Puluhan Ribu Warga Ramaikan Festival Rimpu Bima: Budaya Lokal, Ekonomi Kreatif, dan Pariwisata Bersatu
Festival Rimpu 2025 di Bima, NTB, sukses besar dengan puluhan ribu peserta yang mengenakan busana adat, menampilkan keindahan budaya lokal, serta mendorong ekonomi kreatif dan pariwisata.
Festival Rimpu Mantika 2025 di Kota Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB), pada 26 April 2025, telah sukses besar dengan dihadiri puluhan ribu warga. Pawai Rimpu yang menjadi puncak acara menampilkan semarak budaya lokal dan sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi kreatif serta pariwisata daerah. Wali Kota Bima, Rahman, menyatakan apresiasinya atas antusiasme masyarakat dalam melestarikan warisan budaya tersebut.
Acara dimulai pukul 06.20 WITA di Paruga Nae Convention Hall dengan peserta yang berdesakan mengenakan busana tradisional. Perempuan mengenakan Rimpu, simbol kehormatan perempuan Bima dari suku Mbojo, sementara laki-laki mengenakan Sambolo dan Saremba Tembe. Pawai yang penuh warna ini berakhir di Lapangan Serasuba sekitar pukul 13.00 WITA, menunjukkan semangat kebersamaan dan harmoni dalam keberagaman.
Festival Rimpu bukan hanya sekadar peragaan busana adat. Acara ini juga menjadi bukti nyata komitmen Pemerintah Kota Bima dalam mendukung visi pembangunan berbasis budaya dan kearifan lokal. Wali Kota Rahman menekankan pentingnya Rimpu sebagai warisan budaya yang tak hanya milik masa lalu, tetapi juga kunci untuk menatap masa depan Bima yang lebih baik. Festival ini juga memberikan dampak positif bagi perekonomian lokal.
Merayakan Budaya dan Menggerakkan Ekonomi
Festival Rimpu dirancang sebagai ruang ekspresi budaya, kolaborasi ekonomi kreatif, dan promosi pariwisata. Pengemasan festival tahun ini dinilai lebih inklusif, kaya warna, dan sarat makna filosofi masyarakat Bima. Bagi warga Bima, Rimpu lebih dari sekadar kain tenun; ia adalah simbol kehormatan perempuan Bima.
Pawai sepanjang satu kilometer di akhiri dengan hiburan dan undian berhadiah. Keberhasilan festival ini juga mendapat dukungan penuh dari Kementerian Ekonomi Kreatif (Kemenekraf) RI. Direktur Fasyen Kemenekraf, Rohani Astuti, mengatakan bahwa Rimpu memiliki potensi besar untuk diperkenalkan ke tingkat internasional.
Rohani menambahkan bahwa Festival Rimpu menjadi etalase potensi daerah dan peluang untuk berkembang. Festival ini bukan hanya perayaan budaya, tetapi juga motor penggerak ekonomi daerah, khususnya bagi pelaku UMKM, seniman, desainer, dan kreator lokal. Menurutnya, ekonomi kreatif harus mampu menghasilkan nilai tambah dan berdampak nyata secara ekonomi bagi para pelakunya.
Simbol Kehormatan dan Identitas Perempuan Mbojo
Rimpu, kain tenun yang dililitkan di kepala perempuan Bima, merupakan simbol kehormatan dan identitas perempuan suku Mbojo. Penggunaan Rimpu dalam Festival Rimpu semakin menegaskan nilai budaya dan kearifan lokal yang ingin dilestarikan.
Kehadiran puluhan ribu warga dalam festival ini menunjukkan betapa pentingnya Rimpu bagi masyarakat Bima. Mereka bukan hanya merayakan budaya, tetapi juga menunjukkan rasa bangga dan memiliki terhadap warisan leluhur mereka.
Dengan keberhasilan Festival Rimpu 2025, diharapkan dapat terus mendorong pelestarian budaya lokal, meningkatkan perekonomian daerah, dan mempromosikan pariwisata Bima ke kancah nasional maupun internasional.
Potensi Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
Festival Rimpu telah membuktikan bahwa budaya lokal dapat menjadi daya tarik wisata yang kuat dan sekaligus menjadi penggerak ekonomi kreatif. Keberhasilan festival ini menjadi contoh nyata bagaimana kearifan lokal dapat diintegrasikan dengan pengembangan ekonomi dan pariwisata.
Dengan dukungan dari pemerintah dan partisipasi aktif masyarakat, Festival Rimpu diharapkan dapat menjadi agenda tahunan yang semakin besar dan lebih meriah, serta memberikan manfaat yang lebih luas bagi masyarakat Bima.
Ke depan, pengembangan potensi ekonomi kreatif berbasis budaya lokal seperti Rimpu perlu terus didorong untuk menciptakan lapangan kerja, meningkatkan pendapatan masyarakat, dan melestarikan warisan budaya Indonesia.
Festival Rimpu 2025 telah menjadi bukti nyata bahwa budaya dan ekonomi dapat berjalan beriringan, menciptakan dampak positif bagi masyarakat dan daerah. Semoga keberhasilan ini dapat menginspirasi daerah lain untuk mengembangkan potensi lokal mereka.