Runway Bandara Ngurah Rai Tutup Sementara Akibat Insiden Pesawat Airfast
Penutupan sementara runway Bandara I Gusti Ngurah Rai di Bali akibat kendala teknis pesawat Airfast menyebabkan penundaan dan pengalihan sejumlah penerbangan domestik dan internasional.
Insiden yang melibatkan pesawat Airfast di Bandara I Gusti Ngurah Rai, Bali, pada Sabtu, 8 September 2023, pukul 09.26 WITA, menyebabkan penutupan sementara runway bandara tersebut. Pesawat Airfast dengan nomor registrasi DH PK OAM 6 yang terbang dari Benete, Sumbawa Barat, mengalami kendala teknis saat mendarat. Beruntung, ketujuh penumpang pesawat kecil tersebut berhasil dievakuasi tanpa cedera serius. Penutupan runway dilakukan untuk memastikan keselamatan dan keamanan operasional penerbangan.
General Manager Bandara I Gusti Ngurah Rai, Ahmad Syaugi Shahab, membenarkan insiden tersebut dan menjelaskan bahwa penutupan runway berlangsung selama kurang lebih dua jam, dari pukul 10.15 WITA hingga 12.10 WITA. Penutupan ini sesuai dengan NOTAM Nomor A0668/25 NOTAMN. Selama penutupan, petugas bandara fokus pada evakuasi penumpang dan pesawat, serta memeriksa runway untuk memastikan tidak ada objek asing yang tertinggal yang dapat membahayakan penerbangan selanjutnya. "Akibat kendala tersebut, pesawat sempat berada di runway, sehingga untuk alasan keselamatan dan keamanan operasional penerbangan, untuk sementara runway tidak dapat didarati dan digunakan untuk lepas landas," jelas Ahmad Syaugi.
Insiden ini berdampak signifikan pada operasional Bandara Ngurah Rai. Sejumlah penerbangan mengalami penundaan (delayed) dan pengalihan (divert) ke bandara lain. Dampaknya terasa baik pada penerbangan keberangkatan maupun kedatangan, baik domestik maupun internasional.
Dampak Penutupan Runway terhadap Penerbangan
Penutupan runway Bandara Ngurah Rai mengakibatkan dampak yang cukup luas pada jadwal penerbangan. Tercatat, 10 penerbangan keberangkatan mengalami penundaan, terdiri dari lima penerbangan domestik dan lima internasional. Sementara itu, 21 penerbangan kedatangan juga terdampak, dengan rincian sembilan penerbangan domestik dan 12 internasional.
Untuk mengurangi dampak lebih besar, sejumlah penerbangan dialihkan (divert) ke beberapa bandara alternatif. Enam penerbangan dialihkan ke Lombok, lima ke Surabaya, tiga ke Makassar, dua ke Semarang, satu ke Jakarta, dan satu ke Banyuwangi. Selain itu, tiga penerbangan memilih untuk kembali ke bandara asal (Return To Base/RTB), yaitu di Lombok, Jakarta, dan Singapura.
Pihak bandara bekerja keras untuk meminimalisir dampak penutupan runway. Proses evakuasi penumpang dan pemeriksaan runway dilakukan secara cepat dan efisien. Koordinasi dengan berbagai pihak terkait, termasuk maskapai penerbangan, juga dilakukan untuk memastikan kelancaran operasional penerbangan setelah runway kembali dibuka.
Langkah-langkah Antisipasi dan Keselamatan Penerbangan
Kejadian ini menggarisbawahi pentingnya prosedur keselamatan dan keamanan penerbangan. Penutupan runway merupakan langkah yang tepat untuk mencegah potensi kecelakaan yang lebih besar. Proses evakuasi yang cepat dan efisien juga menunjukkan kesiapsiagaan petugas bandara dalam menghadapi situasi darurat.
Kejadian ini juga menjadi pengingat akan pentingnya pemeliharaan dan perawatan pesawat secara berkala untuk mencegah terjadinya kendala teknis saat penerbangan. Langkah-langkah antisipasi dan prosedur darurat yang terencana dengan baik terbukti efektif dalam meminimalisir dampak negatif dari insiden ini.
Pihak berwenang kemungkinan akan melakukan investigasi lebih lanjut untuk mengetahui penyebab pasti kendala teknis pada pesawat Airfast. Hasil investigasi diharapkan dapat memberikan rekomendasi untuk mencegah kejadian serupa di masa mendatang dan meningkatkan keselamatan penerbangan secara keseluruhan.
Meskipun terjadi penundaan dan pengalihan penerbangan, pihak Bandara Ngurah Rai berupaya semaksimal mungkin untuk memberikan informasi dan bantuan kepada para penumpang yang terdampak. Komunikasi yang efektif dan koordinasi yang baik antara pihak bandara dan maskapai penerbangan sangat penting dalam situasi seperti ini.
Kejadian ini menjadi pembelajaran berharga bagi seluruh stakeholder di industri penerbangan untuk selalu memprioritaskan keselamatan dan keamanan penerbangan. Perbaikan prosedur, peningkatan pemeliharaan, dan pelatihan yang berkelanjutan akan membantu mencegah kejadian serupa di masa depan.