Rupiah Melemah: Pasar Menunggu Data NFP AS dan Cadangan Devisa
Pelemahan rupiah disebabkan oleh sikap wait and see pelaku pasar menjelang rilis data Non-Farm Payroll AS dan laporan cadangan devisa Indonesia, serta pertumbuhan ekonomi Indonesia yang di bawah target.
Rupiah melemah pada perdagangan Kamis, ditutup di angka Rp16.341 per dolar AS, turun 49 poin (0,30 persen) dibandingkan penutupan sebelumnya. Pelemahan ini terjadi di tengah antisipasi pelaku pasar terhadap rilis data ekonomi penting baik domestik maupun internasional.
Faktor Pelemahan Rupiah
Analis Bank Woori Saudara, Rully Nova, menjelaskan bahwa sikap wait and see pelaku pasar menjelang rilis data Non-Farm Payroll (NFP) Amerika Serikat (AS) menjadi faktor utama pelemahan rupiah. Data NFP, yang akan dirilis Jumat malam, sangat berpengaruh terhadap pergerakan pasar keuangan global, termasuk nilai tukar rupiah.
Selain NFP AS, pelaku pasar juga menantikan rilis data cadangan devisa Indonesia dari Bank Indonesia (BI) pada Jumat, 7 Februari. Kedua data ini menciptakan ketidakpastian yang mendorong sikap menunggu dan melihat dari para investor.
Lebih lanjut, Rully menambahkan bahwa pelemahan rupiah juga dipengaruhi oleh sentimen negatif dari pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2024 yang tidak mencapai target APBN. Hal ini menimbulkan kekhawatiran akan potensi stagnasi ekonomi domestik.
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia di Bawah Target
Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan IV 2024 mencapai 5,02 persen year on year (yoy), lebih rendah dari target APBN sebesar 5,3 persen. Hal ini diungkapkan oleh Plt. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Amalia Adininggar Widyasanti. Meskipun pertumbuhan ekonomi kumulatif sepanjang tahun mencapai 5,03 persen, angka ini tetap menjadi sorotan dan mempengaruhi sentimen pasar.
"Ekonomi Indonesia berdasarkan besaran Produk Domestik Bruto pada triwulan IV 2024 atas dasar harga berlaku Rp5.674,93 triliun, atas dasar harga konstan Rp3.296,74 triliun, sehingga pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan IV 2024 jika dibandingkan triwulan IV 2023 atau secara yoy tumbuh sebesar 5,02 persen," jelas Amalia.
Angka pertumbuhan ekonomi yang kurang optimal ini menambah tekanan terhadap rupiah. Investor cenderung lebih berhati-hati dalam berinvestasi di tengah ketidakpastian prospek ekonomi domestik.
Pergerakan Kurs Rupiah
Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia juga menunjukkan pelemahan, berada di level Rp16.330 per dolar AS, turun dari Rp16.308 per dolar AS pada perdagangan sebelumnya. Pergerakan rupiah diperkirakan akan tetap fluktuatif dalam beberapa hari ke depan, tergantung pada rilis data NFP AS dan perkembangan ekonomi domestik.
Para analis memperkirakan rupiah akan diperdagangkan dalam kisaran Rp16.300 - Rp16.350 per dolar AS dalam waktu dekat. Namun, pergerakan sebenarnya bisa lebih volatil tergantung pada reaksi pasar terhadap data yang akan dirilis.
Kesimpulan
Pelemahan rupiah saat ini merupakan gabungan dari faktor eksternal dan internal. Sikap wait and see pelaku pasar menjelang rilis data NFP AS dan laporan cadangan devisa Indonesia, dikombinasikan dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang di bawah target, menciptakan tekanan terhadap nilai tukar rupiah. Pemantauan terhadap perkembangan ekonomi global dan domestik sangat penting untuk memahami pergerakan rupiah selanjutnya.