Tagana Tasikmalaya Siap Siaga: Bantuan Pangan Tercukupi untuk Korban Tanah Bergerak di Cineam
Bencana tanah bergerak di Cineam, Tasikmalaya, telah menyebabkan ratusan warga mengungsi, namun Tagana memastikan ketersediaan bantuan pangan, terutama untuk kebutuhan buka puasa dan sahur selama masa tanggap darurat.
Bencana tanah bergerak yang terjadi di Desa Cikondang, Kecamatan Cineam, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat pada 4 Maret 2025 telah mengakibatkan dampak yang signifikan terhadap kehidupan warga setempat. Peristiwa ini telah menyebabkan 273 jiwa dari 104 kepala keluarga terdampak, memaksa mereka mengungsi ke berbagai tempat, termasuk kantor desa dan rumah saudara. Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya telah menetapkan status tanggap darurat hingga 11 Maret 2025, sebagai respon atas bencana tersebut.
Ketua Forum Koordinasi Tagana Kabupaten Tasikmalaya, Jembar Adisetya, menyatakan bahwa bantuan pangan bagi para pengungsi telah terpenuhi. Tagana telah mendirikan dapur umum di Kantor Desa Cikondang untuk memastikan ketersediaan makanan, khususnya untuk kebutuhan buka puasa dan sahur selama bulan Ramadan. "Sampai saat ini kami mendirikan dapur umum untuk memenuhi kebutuhan buka puasa dan sahur warga yang mengungsi di Kantor Desa Cikondang," ujar Jembar Adisetya.
Kerja sama antar instansi pemerintah dan relawan menjadi kunci dalam penanggulangan bencana ini. Selain Tagana, Dinas Sosial Kabupaten Tasikmalaya, Dinas Sosial Provinsi Jawa Barat, PPKBP3A Kabupaten Tasikmalaya, dan berbagai instansi lainnya turut serta dalam proses evakuasi dan penyaluran bantuan. Respon cepat dan terkoordinasi ini menunjukkan komitmen pemerintah dalam membantu warga yang terdampak.
Bantuan Terpusat dan Terdistribusi
Dapur umum yang didirikan di Kantor Desa Cikondang menyediakan 300 porsi makanan per hari, tidak hanya untuk para pengungsi (44 KK, 104 jiwa) tetapi juga untuk para relawan dan petugas yang bertugas di lokasi bencana. Para pengungsi yang berada di tempat lain, seperti gedung olahraga dan rumah saudara, juga mendapatkan jaminan kebutuhan pangan. Sistem distribusi bantuan pangan ini dirancang untuk menjangkau seluruh korban yang membutuhkan.
Evakuasi warga dilakukan secara terencana dan terbagi ke beberapa lokasi. Sebanyak 104 jiwa dievakuasi ke Kantor Desa Cikondang, sementara 121 jiwa lainnya memilih mengungsi ke rumah keluarga. Lokasi pengungsian lainnya juga tersedia di GOR dan aula Kantor Desa Cikondang. Langkah ini bertujuan untuk memastikan keamanan dan kenyamanan para pengungsi.
Selain bantuan pangan, pemerintah juga berupaya untuk mengatasi kerusakan infrastruktur yang diakibatkan oleh bencana tanah bergerak. Kerusakan yang terjadi cukup signifikan, meliputi 91 unit rumah (55 rusak berat, 36 rusak sedang), satu masjid yang roboh, dua madrasah, dan satu bangunan PAUD yang rusak berat. Selain itu, bencana ini juga menyebabkan retakan pada lahan perkebunan seluas 10 hektare, kerusakan pada 14 kolam ikan, dan retakan tanah dengan kedalaman sekitar 4 meter di beberapa titik.
Dampak Luas dan Upaya Penanganan
Bencana tanah bergerak di Cineam tidak hanya berdampak pada kerusakan bangunan dan infrastruktur, tetapi juga berdampak pada perekonomian warga sekitar. Kerusakan lahan perkebunan dan kolam ikan akan berdampak pada mata pencaharian warga. Pemerintah daerah perlu mempertimbangkan upaya pemulihan ekonomi bagi warga yang terdampak, selain bantuan pangan dan perbaikan infrastruktur.
Retakan tanah yang terus meluas akibat curah hujan tinggi menjadi perhatian serius. Hal ini menuntut adanya pemantauan dan antisipasi lebih lanjut untuk mencegah meluasnya dampak bencana. Upaya mitigasi bencana perlu dilakukan untuk mencegah kejadian serupa di masa mendatang. Pemerintah perlu melakukan kajian geologis untuk mengidentifikasi daerah rawan bencana tanah bergerak dan membuat rencana tata ruang yang memperhatikan aspek keamanan.
Tanggap darurat yang ditetapkan hingga 11 Maret 2025 diharapkan dapat memberikan waktu yang cukup bagi pemerintah dan relawan untuk melakukan penanganan dan pemulihan pasca bencana. Keberhasilan penanganan bencana ini bergantung pada koordinasi yang baik antara berbagai pihak, ketersediaan sumber daya, dan kesiapsiagaan dalam menghadapi potensi bencana susulan.
Kejadian ini menjadi pengingat pentingnya kesiapsiagaan menghadapi bencana alam. Peningkatan sistem peringatan dini, edukasi masyarakat tentang mitigasi bencana, dan pembangunan infrastruktur yang tahan bencana menjadi hal-hal krusial yang perlu diperhatikan untuk meminimalisir dampak bencana di masa mendatang.