Target Produksi Bibit di Persemaian Mandalika Capai 1,5 Juta Batang pada 2025
Persemaian Mandalika di Lombok Tengah menargetkan produksi 1,5 juta bibit pohon pada 2025, dengan kapasitas produksi hingga 5 juta batang untuk mendukung penghijauan dan ekonomi masyarakat NTB.
Kementerian Kehutanan Republik Indonesia menetapkan target ambisius untuk produksi bibit pohon di Persemaian Mandalika, Lombok Tengah. Pada tahun 2025, persemaian ini diproyeksikan mampu memproduksi hingga 1,5 juta batang bibit pohon. Hal ini diungkapkan oleh Dirjen PDASRH Kemenhut, Dyah Murtiningsih, saat mendampingi Menteri Kehutanan, Raja Juli Antoni, dalam kunjungan kerja ke Lombok Tengah, Jumat (16/5).
Pernyataan ini disampaikan di tengah informasi mengenai kapasitas produksi maksimal Persemaian Mandalika yang mencapai 5 juta batang bibit. Luas area persemaian mencapai 32 hektare, dengan 7 hektare lahan yang telah digunakan untuk pembangunan fasilitas produksi. Target produksi 1,5 juta bibit pada 2025 ini mengikuti capaian produksi tahun 2024 yang telah mencapai 1 juta batang bibit.
Jenis bibit yang diproduksi beragam, mencakup tanaman produktif dan tanaman hias. Hal ini diharapkan dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi masyarakat sekitar. Menteri Kehutanan, Raja Juli Antoni, bahkan menargetkan produksi hingga 5 juta bibit pohon di masa mendatang, meskipun saat ini masih dalam tahap finalisasi pembangunan.
Target Produksi Bibit dan Dampaknya terhadap Ekonomi Lokal
Target produksi bibit pohon di Persemaian Mandalika yang mencapai 1,5 juta batang pada tahun 2025 merupakan langkah strategis dalam upaya penghijauan di Nusa Tenggara Barat (NTB). Bibit-bibit tersebut terdiri dari berbagai jenis tanaman, baik tanaman produktif yang dapat meningkatkan pendapatan masyarakat, maupun tanaman hias yang dapat memperindah lingkungan. Dengan demikian, program ini tidak hanya berfokus pada pelestarian lingkungan, tetapi juga pada peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Direktur Jenderal PDASRH Kementerian Kehutanan, Dyah Murtiningsih, menekankan pentingnya peran tanaman produktif dalam mendukung pertumbuhan ekonomi masyarakat. Bibit-bibit ini diharapkan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat untuk ditanam dan dibudidayakan, sehingga dapat menghasilkan produk yang bernilai ekonomis. Hal ini sejalan dengan upaya pemerintah untuk mendorong kemandirian ekonomi masyarakat melalui sektor pertanian dan kehutanan.
Selain itu, produksi bibit dalam jumlah besar juga dapat menciptakan lapangan kerja baru di sekitar Persemaian Mandalika. Mulai dari proses pembibitan, perawatan, hingga pendistribusian bibit, akan melibatkan banyak tenaga kerja lokal. Dengan demikian, program ini juga berkontribusi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui penyerapan tenaga kerja.
Persemaian Mandalika sebagai Pusat Penghijauan NTB
Persemaian Mandalika tidak hanya berperan sebagai pusat produksi bibit, tetapi juga sebagai pusat penghijauan di NTB. Keberadaan persemaian ini diharapkan dapat mempercepat proses penghijauan di berbagai wilayah di NTB, khususnya di daerah-daerah yang mengalami kerusakan hutan atau lahan kritis. Dengan ketersediaan bibit dalam jumlah besar, program penanaman pohon dapat dilakukan secara masif dan terencana.
Selain Persemaian Mandalika, pemerintah juga mengembangkan tiga persemaian lain di NTB, yaitu di Dompu, Sumbawa, dan Lombok Timur. Ketiga persemaian ini juga memiliki kapasitas produksi yang cukup besar, berkisar antara satu hingga satu setengah juta batang bibit per tahun. Dengan adanya beberapa persemaian di berbagai wilayah NTB, diharapkan program penghijauan dapat dilakukan secara merata dan efektif.
Menteri Kehutanan, Raja Juli Antoni, mengajak masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam program penghijauan ini. Beliau menekankan pentingnya kerja sama antara pemerintah dan masyarakat untuk mencapai target penghijauan dan memastikan kesejahteraan masyarakat. Program ini juga merupakan bagian dari upaya pemerintah untuk mewujudkan visi Presiden Prabowo Subianto dalam melestarikan hutan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Program penggantian bisnis proses masyarakat dari menebang menjadi menanam juga menjadi fokus utama. Hal ini menunjukkan komitmen pemerintah untuk mengubah pola pikir dan perilaku masyarakat agar lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan. Dengan demikian, program ini diharapkan dapat memberikan dampak positif yang luas, baik bagi lingkungan maupun bagi perekonomian masyarakat NTB.