Tarif AS Tak Signifikan Pengaruhi Bisnis BRI, Laba Tembus Rp13,8 Triliun
Direktur Utama BRI menyatakan perang tarif AS diproyeksikan tidak berdampak signifikan pada bisnis BRI, yang tetap tumbuh positif di tengah ketidakpastian ekonomi global dengan laba bersih Rp13,8 triliun di kuartal I 2025.
Jakarta, 30 April 2025 - Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), Hery Gunardi, menyampaikan bahwa perang tarif yang digulirkan Amerika Serikat (AS) diperkirakan tidak akan memberikan dampak signifikan terhadap kinerja bisnis BRI dan perekonomian Indonesia secara keseluruhan. Hal ini disampaikannya dalam konferensi pers daring Paparan Kinerja Keuangan BRI Triwulan I Tahun 2025 pada Rabu lalu. Pernyataan ini menjawab pertanyaan publik mengenai potensi dampak negatif kebijakan ekonomi AS terhadap perekonomian domestik, khususnya sektor perbankan.
Hery Gunardi menjelaskan bahwa ekonomi Indonesia, termasuk bisnis BRI, sangat bergantung pada permintaan domestik. Oleh karena itu, selain potensi depresiasi mata uang, dampak perang tarif AS terhadap bisnis BRI dan Indonesia secara keseluruhan diproyeksikan relatif terbatas. Meskipun demikian, BRI tetap mewaspadai potensi dampak jangka pendek dari kebijakan tarif baru tersebut.
BRI menyadari adanya ketidakpastian ekonomi global di triwulan I 2025, terutama akibat tensi geopolitik dan dampak lanjutan perang tarif yang menekan perdagangan internasional dan rantai pasok. Namun, perseroan optimistis karena adanya negosiasi antara Indonesia dan AS yang diharapkan menghasilkan kesepakatan yang menguntungkan kedua belah pihak. Hal ini menunjukkan kesiapan BRI dalam menghadapi tantangan global.
Kinerja BRI Kuartal I 2025: Tumbuh Positif di Tengah Ketidakpastian
Meskipun menghadapi tantangan ekonomi global, BRI Group mencatatkan kinerja positif pada triwulan I 2025. Laba bersih mencapai angka yang mengesankan, yaitu Rp13,80 triliun. Aset BRI juga tumbuh sebesar 5,49 persen secara tahunan (year on year/yoy), mencapai Rp2.098,23 triliun. Pertumbuhan ini menunjukkan ketahanan dan daya saing BRI di tengah kondisi ekonomi yang dinamis.
Penyaluran kredit BRI juga mengalami peningkatan sebesar 4,97 persen yoy, mencapai Rp1.373,66 triliun. Sektor UMKM tetap menjadi fokus utama BRI, dengan porsi mencapai 81,97 persen dari total kredit atau senilai Rp1.126,02 triliun. Hal ini sejalan dengan komitmen BRI untuk memberdayakan UMKM di Indonesia.
BRI juga menunjukkan perbaikan dalam rasio Non-Performing Loan (NPL) dan Loan at Risk (LAR). NPL turun dari 3,11 persen pada akhir triwulan I 2024 menjadi 2,97 persen pada akhir triwulan I 2025. Demikian pula, LAR juga membaik dari 12,68 persen menjadi 11,12 persen dalam periode yang sama. Perseroan telah menyiapkan pencadangan yang cukup untuk mengantisipasi potensi pemburukan kualitas aset, dengan rasio NPL coverage mencapai 200,60 persen.
Fundamental Ekonomi Indonesia Tetap Kuat
Hery Gunardi menekankan bahwa fundamental ekonomi Indonesia tetap resilien. Hal ini terlihat dari cadangan devisa yang meningkat dari 155,7 miliar dolar AS pada akhir Desember 2024 menjadi 157,1 miliar dolar AS pada akhir Maret 2025. Konsumsi domestik, meskipun belum pulih sepenuhnya sejak pandemi COVID-19, masih menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Meskipun demikian, Hery mengakui bahwa konsumsi domestik yang belum sepenuhnya pulih menjadi tantangan bagi UMKM yang sangat bergantung pada daya beli masyarakat. Oleh karena itu, BRI berkomitmen untuk terus memperkuat perannya sebagai bank yang prorakyat, dengan fokus pada pengembangan dan pemberdayaan UMKM sebagai upaya nyata dalam mendukung pertumbuhan dan ketahanan ekonomi Indonesia. Komitmen ini mencerminkan peran BRI dalam pembangunan ekonomi nasional.
Dari sisi pendanaan, BRI berhasil menghimpun Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar Rp1.421,6 triliun, yang sebagian besar berasal dari dana murah (CASA) dengan proporsi 65,77 persen atau setara dengan Rp934,95 triliun. Kinerja positif BRI juga didukung oleh likuiditas yang memadai dan permodalan yang kuat, ditunjukkan oleh Loan to Deposit Ratio (LDR) sebesar 86,03 persen dan Capital Adequacy Ratio (CAR) sebesar 24,03 persen.
BRI optimistis mampu menghadapi tantangan ekonomi global ke depan dengan tetap fokus pada pemberdayaan UMKM dan menjaga fundamental ekonomi yang kuat. Perusahaan juga akan terus memantau perkembangan situasi ekonomi global dan menyesuaikan strategi bisnisnya agar tetap adaptif dan kompetitif.