Tradisi 27 Tahun: Kanji Rumbi Masjid Al-Furqan Beurawe, Sajian Ramadhan yang Tak Lekang oleh Waktu
Selama 27 tahun, Masjid Al-Furqan di Gampong Beurawe, Banda Aceh, konsisten membagikan bubur kanji rumbi setiap Ramadhan, berkat sumbangan warga dan keterlibatan generasi muda.
Masjid Al-Furqan di Gampong Beurawe, Banda Aceh, telah mempertahankan tradisi berbagi bubur kanji rumbi selama 27 tahun berturut-turut. Tradisi mulia ini dimulai pada tahun 1998 oleh Ustadz Said Yusuf Assegaf, seorang ulama asal India. Setiap hari di bulan Ramadhan, masjid ini memasak dan membagikan ratusan porsi bubur kanji rumbi yang kaya rempah kepada masyarakat sekitar.
Tradisi ini bukan sekadar kegiatan keagamaan, tetapi juga menjadi perekat sosial yang memperkuat ikatan persaudaraan di Gampong Beurawe. Bubur kanji rumbi, dengan bahan utama beras dan rempah-rempah pilihan, menjadi hidangan istimewa yang dinantikan warga setiap bulan Ramadhan. Proses pembuatannya yang memakan waktu sekitar 2,5 jam, melibatkan generasi muda, memastikan kelangsungan tradisi ini untuk tahun-tahun mendatang.
Keberadaan tradisi ini tak lepas dari peran serta masyarakat Gampong Beurawe. Donasi dan infak dari warga menjadi sumber dana utama untuk membeli bahan-bahan pembuatan bubur kanji rumbi. Hal ini menunjukkan kepedulian dan semangat berbagi yang tinggi di tengah masyarakat.
Warisan Ulama India dan Keterlibatan Generasi Muda
Muhammad Al Kausar, pengurus Badan Kemakmuran Masjid (BKM) Al-Furqan, menjelaskan bahwa tradisi ini berawal dari inisiatif Ustadz Said Yusuf Assegaf pada tahun 1998. Sejak saat itu, kanji rumbi menjadi hidangan tak terpisahkan dari Ramadhan di Masjid Al-Furqan. Kini, tradisi ini terus dijaga dengan melibatkan generasi muda dalam proses pembuatannya. "Kalau kita lihat tadi di belakang, ada dua orang pemuda yang ikut memasak kanji rumbi. Ini generasi kelima yang turun-temurun kita bina terus," kata Kausar.
Keterlibatan generasi muda ini menjadi kunci keberlanjutan tradisi. Mereka tidak hanya membantu proses memasak, tetapi juga turut melestarikan nilai-nilai sosial dan keagamaan yang terkandung di dalamnya. Hal ini memastikan bahwa tradisi berbagi kanji rumbi akan tetap lestari dari generasi ke generasi.
Setiap harinya, Masjid Al-Furqan memasak dua belanga besar kanji rumbi, menghasilkan sekitar 700 porsi. Sebanyak 300 porsi disajikan untuk berbuka puasa di masjid, sementara 400 porsi dibagikan kepada masyarakat sekitar. Biaya yang dibutuhkan untuk satu belanga sekitar Rp800.000, sehingga total biaya setiap hari mencapai Rp1.600.000.
Dana Masyarakat dan Popularitas Kanji Rumbi
Dana untuk memasak kanji rumbi bersumber dari derma dan infak masyarakat Gampong Beurawe. Kausar berharap agar partisipasi warga tetap berlanjut untuk menjaga kelangsungan tradisi ini. "Kami berharap masyarakat terus berpartisipasi dengan donasinya, dengan infaknya, untuk kita sama-sama berbagi di Beurawe," ujarnya.
Popularitas kanji rumbi Masjid Al-Furqan Beurawe telah meluas hingga ke luar Gampong Beurawe. Banyak warga dari berbagai daerah sekitar Banda Aceh yang datang untuk mencicipi bubur kanji rumbi yang terkenal kelezatannya. "Warga Banda Aceh dan sekitarnya sudah tahu kanji rumbi Beurawe dan mereka membawa tempat sendiri untuk mencicipinya," tambah Kausar.
Tradisi ini tidak hanya berlangsung di bulan Ramadhan, tetapi juga pada momen-momen tertentu lainnya, seperti puasa enam hari setelah Idul Fitri. "Di puasa enam hari bulan Syawal, kita juga ada buka puasa bersama di masjid dengan masakan kanji rumbi," jelas Kausar.
Tradisi memasak dan membagikan bubur kanji rumbi di Masjid Al-Furqan Beurawe merupakan contoh nyata dari semangat berbagi dan kepedulian sosial di tengah masyarakat. Keberlanjutan tradisi ini menjadi bukti nyata bagaimana nilai-nilai keagamaan dan budaya dapat tetap lestari dan diwariskan dari generasi ke generasi.