eSIM: Teknologi Pencegah Identitas Palsu dalam Registrasi Nomor SIM
Kemkominfo sebut teknologi eSIM dan biometrik berhasil mencegah penggunaan identitas palsu dalam registrasi kartu SIM, dengan akurasi hingga 95,6 persen.
Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) menyatakan bahwa teknologi embedded SIM (eSIM) telah berhasil mencegah praktik penggunaan identitas palsu dalam proses registrasi nomor kartu SIM. Hal ini disampaikan langsung oleh Direktur Jenderal Ekosistem Digital Kemkominfo, Edwin Hidayat Abdullah, di Kantor Kemkominfo, Jakarta, Jumat (16/5). Penerapan teknologi biometrik pada eSIM menjadi kunci utama dalam meningkatkan keamanan registrasi kartu SIM.
Edwin menjelaskan bahwa berbeda dengan sistem registrasi sebelumnya, eSIM dengan teknologi biometrik mengharuskan calon pengguna untuk melakukan pengenalan wajah (face recognition). Proses ini memastikan bahwa data wajah yang dipindai sesuai dengan data yang tersimpan di Dukcapil. Sistem ini dinilai mampu membatasi penggunaan KTP orang lain untuk registrasi kartu SIM baru.
Lebih lanjut, Edwin menekankan bahwa teknologi biometrik pada eSIM memiliki tingkat akurasi yang tinggi, mencapai level enam atau setara dengan 95,6 persen. Tingkat akurasi ini menjamin kesesuaian antara hasil pemindaian wajah pengguna dengan data di Dukcapil, sehingga meminimalisir potensi penipuan identitas.
Keunggulan eSIM dan Biometrik dalam Keamanan Registrasi SIM
Salah satu keunggulan utama eSIM dengan teknologi biometrik adalah kewajiban verifikasi wajah secara langsung. Penggunaan foto atau gambar tidak akan berhasil dalam proses verifikasi, sehingga praktik pemalsuan data dengan identitas orang lain menjadi hampir mustahil. "Ini yang membuat penggunaan identitas orang itu hampir tidak mungkin," tegas Edwin.
Kemkominfo mendorong masyarakat untuk beralih ke eSIM karena selain meningkatkan keamanan data pribadi, teknologi ini juga menawarkan kemudahan bagi pengguna. Beberapa operator seluler di Indonesia telah menyediakan layanan eSIM, dan pemerintah berharap adopsi teknologi ini akan semakin meningkat.
Sejak diluncurkan pada Februari lalu, tercatat sekitar 700.000 orang di Indonesia telah menjadi pelanggan eSIM biometrik. Angka ini menunjukkan potensi besar eSIM dalam meningkatkan keamanan dan efisiensi sistem registrasi kartu SIM.
eSIM: Solusi Masa Depan dan Dukungan Operator Seluler
eSIM, yang tertanam langsung di dalam perangkat, tidak hanya meningkatkan keamanan data, tetapi juga mendukung ekosistem Internet of Things (IoT) dan efisiensi operasional industri telekomunikasi. Migrasi ke eSIM juga sejalan dengan tren global, dengan proyeksi 3,4 miliar unit perangkat berbasis eSIM di dunia pada tahun 2025.
Meskipun tren global menunjukkan peningkatan adopsi eSIM, di Indonesia, perlu adanya dukungan lebih lanjut dari para operator seluler untuk mempercepat migrasi ke teknologi ini. Pemerintah berharap dengan kolaborasi yang baik, penggunaan eSIM dapat semakin meluas dan memberikan manfaat yang lebih besar bagi masyarakat.
Dengan tingkat akurasi yang tinggi dan kemudahan penggunaannya, eSIM dengan teknologi biometrik menawarkan solusi yang efektif dalam mencegah penggunaan identitas palsu dalam registrasi nomor SIM. Hal ini sejalan dengan upaya pemerintah dalam melindungi data pribadi masyarakat dan menciptakan ekosistem digital yang aman dan terpercaya.
Ke depannya, diharapkan semakin banyak masyarakat yang beralih ke eSIM, sehingga praktik penipuan identitas dapat ditekan seminimal mungkin. Dukungan penuh dari operator seluler menjadi kunci keberhasilan implementasi eSIM secara luas di Indonesia.