Hipertensi: Ancaman Baru Bagi Kesehatan Remaja Indonesia?
INASH mengungkapkan peningkatan kasus hipertensi pada remaja di Indonesia, disebabkan oleh gaya hidup tidak sehat dan konsumsi makanan tinggi kalori serta garam.
Jakarta, 21 Februari 2024 - Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia (INASH) baru-baru ini mengungkapkan adanya permasalahan kesehatan baru yang đáng dikhawatirkan: peningkatan kasus hipertensi pada remaja. Hal ini diungkapkan dalam temu media di Jakarta, Jumat lalu. Mereka menekankan pentingnya perubahan gaya hidup sehat untuk mencegah dan mengendalikan penyakit ini sejak usia muda.
Sekretaris Jenderal INASH, Dr. BRM. Ario Soeryo Kuncoro, Sp.JP(K), FIHA, menjelaskan bahwa hipertensi bukan lagi masalah yang hanya menyerang orang dewasa atau lansia. "Hipertensi bukan hanya peperangan bagi orang dewasa ataupun lansia. Tidak jarang, dalam praktik dokter sehari-hari, hipertensi juga bisa ditemui pada pasien anak-anak, remaja, usia produktif hingga ibu hamil," ujarnya. Peningkatan insidensi, morbiditas, dan mortalitas hipertensi ini menjadi perhatian serius bagi kesehatan masyarakat Indonesia.
Berbagai faktor menjadi penyebab utama peningkatan kasus hipertensi pada remaja. Obesitas, kurangnya aktivitas fisik, terlalu banyak menghabiskan waktu dengan gawai, serta asupan makanan tinggi kalori dan garam menjadi pemicu utama. Pada remaja, faktor-faktor tambahan seperti konsumsi minuman beralkohol dan berkafein, merokok, stres mental, dan kurang tidur juga turut memperparah kondisi ini. "Jika saat usia muda sudah terkena hipertensi, maka sampai dewasa mereka akan menjalani hidup dengan pengobatan hipertensi serta memperbesar risiko penyakit kardiovaskular pada masa dewasa," tegas Dr. Ario.
Hipertensi pada Remaja: Angka Kejadian dan Dampaknya
Data dari Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 menunjukkan prevalensi hipertensi yang mengkhawatirkan. Pada kelompok usia 18-24 tahun, prevalensi hipertensi berdasarkan pengukuran tensimeter mencapai 10,7 persen, dan meningkat menjadi 17,4 persen pada kelompok usia 25-34 tahun. Namun, terdapat kesenjangan antara angka kejadian berdasarkan pengukuran tensimeter dengan diagnosis dokter. Berdasarkan diagnosis dokter, prevalensi hipertensi pada kelompok usia 18-24 tahun hanya 0,4 persen, dan 1,8 persen pada kelompok usia 25-34 tahun.
Kesenjangan ini menimbulkan dugaan bahwa banyak anak muda yang kurang menyadari indikasi hipertensi dan tidak segera memeriksakan diri ke dokter meskipun tekanan darahnya tinggi. Padahal, hipertensi merupakan penyakit kronis yang tidak dapat disembuhkan sepenuhnya, hanya bisa dikontrol. Menderita hipertensi di usia muda akan menurunkan kualitas hidup di masa dewasa dan lanjut usia. Namun, dengan menerapkan gaya hidup sehat, mengonsumsi obat secara teratur, dan melakukan pemantauan rutin, kondisi ini masih dapat diatasi.
Dr. Ario juga menekankan pentingnya memahami bahwa batasan tekanan darah normal pada anak berbeda dengan dewasa. Batasan tersebut disesuaikan dengan kelompok umur, jenis kelamin, dan tinggi badan anak. Pemeriksaan tekanan darah idealnya dimulai sejak usia 3 tahun, setidaknya sekali setahun, bersamaan dengan pengukuran berat dan tinggi badan. Anak-anak dengan riwayat prematur, berat badan lahir rendah (kurang dari 2.500 gram), atau pernah dirawat di ICU, memerlukan pemeriksaan lebih dini.
Pentingnya Pencegahan dan Deteksi Dini
INASH menyoroti pentingnya pencegahan dan deteksi dini hipertensi pada remaja. Orang tua dan remaja perlu lebih memperhatikan gaya hidup sehat, termasuk mengonsumsi makanan bergizi seimbang, mengurangi asupan garam, meningkatkan aktivitas fisik, dan cukup istirahat. Pemeriksaan kesehatan rutin juga sangat penting untuk mendeteksi hipertensi sejak dini dan mencegah komplikasi di kemudian hari. Dengan deteksi dini dan penanganan yang tepat, dampak negatif hipertensi pada remaja dapat diminimalisir.
Kesimpulannya, peningkatan kasus hipertensi pada remaja merupakan masalah kesehatan yang serius dan membutuhkan perhatian bersama. Pencegahan melalui perubahan gaya hidup dan deteksi dini menjadi kunci utama dalam mengatasi masalah ini. Dengan kerjasama antara orang tua, remaja, dan tenaga kesehatan, diharapkan angka kejadian hipertensi pada remaja di Indonesia dapat ditekan.
Oleh Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Mahmudah