Siap Nikah? Perkuat Moral & Komunikasi untuk Hindari Ghosting dan KDRT
Prof. Rose Mini Agoes Salim menekankan pentingnya persiapan moral dan keterampilan komunikasi sebelum menikah untuk mencegah ghosting dan KDRT, termasuk melatih empati, self control, dan kemampuan menyelesaikan konflik.
Jakarta, 18 Februari (ANTARA) - Menikah adalah langkah besar yang membutuhkan persiapan matang, tak hanya secara materiil, tetapi juga moral. Guru Besar Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, Prof. Dr. Rose Mini Agoes Salim, M.Psi., mengingatkan pentingnya bekal moral yang kuat sebelum memasuki kehidupan berumah tangga untuk menghindari masalah seperti ghosting dan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT).
Membangun Pondasi Moral yang Kuat
Menurut Prof. Romi, seperti beliau biasa disapa, manusia pada dasarnya mampu membedakan baik dan buruk. Namun, kemampuan ini perlu diasah. "Manusia memiliki moral, sebenarnya bisa membedakan baik dan buruk, tetapi perlu distimulasi dengan baik," jelasnya kepada ANTARA.
Penguatan moral ini meliputi latihan empati, kemampuan memahami orang lain, dan self control. Kemampuan mengendalikan diri sangat penting, karena kurangnya self control seringkali berujung pada rendahnya kepercayaan diri, kesulitan mengekspresikan perasaan, dan minimnya empati terhadap pasangan. Membangun nurani dan kesadaran diri juga menjadi kunci utama.
Selain itu, calon pasangan perlu jeli melihat karakter pasangannya. Adakah kebaikan (kindness), rasa hormat (respect), toleransi, dan keadilan (fairness) dalam dirinya? Sifat-sifat inilah yang akan membentuk individu bermoral baik dan mampu membangun keluarga harmonis. "Sehingga dia dalam keluarga juga akan mempertahankan kemampuan membedakan baik dan buruk dalam bertindak," tambah Prof. Romi.
Keterampilan Mengatasi Konflik
Persiapan sebelum menikah juga mencakup keterampilan mengatasi masalah rumah tangga. Kemampuan menganalisis masalah dan mencari titik temu perbedaan sangat krusial. Pasangan harus siap berjuang menghadapi konflik, bukannya menghindar yang dapat memicu perilaku ghosting.
Komunikasi yang efektif menjadi senjata ampuh dalam menghadapi konflik. Belajarlah mengekspresikan perasaan dengan benar dan asertif, yaitu menyampaikan perasaan atau keinginan tanpa menyakiti orang lain. Sebaliknya, komunikasi agresif (membentak, memaki, memukul) atau submisif (menyindir, menyakitkan hati) dapat memicu KDRT.
Pentingnya Mengenal Pasangan
Sebelum menikah, luangkan waktu untuk mengenal kepribadian masing-masing calon pasangan. Hal ini akan membantu proses adaptasi setelah menikah. "Adaptasi itu mencari titik tengah, harapan yang satu dengan harapan yang lain dicari titik tengahnya," jelas Prof. Romi. Kegagalan menemukan titik temu dapat memicu konflik berkepanjangan dalam rumah tangga.
Kesimpulan
Persiapan sebelum menikah bukan hanya soal materi, tetapi juga moral dan keterampilan komunikasi. Dengan memperkuat moral, melatih self control dan empati, serta mengasah kemampuan komunikasi asertif dan manajemen konflik, kita dapat membangun rumah tangga yang harmonis dan terhindar dari ghosting dan KDRT.