Terungkap! Modal Asing Keluar Rp11,30 Triliun dari RI Pekan Ini, Apa Dampaknya?
Bank Indonesia mencatat modal asing keluar bersih Rp11,30 triliun pada pekan keempat Juli 2025. Bagaimana pergerakan investasi dan dampaknya terhadap ekonomi domestik?

Bank Indonesia (BI) melaporkan adanya aliran modal asing keluar bersih dari pasar keuangan domestik Indonesia. Tercatat, modal asing keluar bersih mencapai Rp11,30 triliun pada periode transaksi 21 hingga 24 Juli 2025, menandai pergerakan signifikan di pasar finansial nasional. Data ini dirilis oleh Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Ramdan Denny Prakoso, pada Jumat, 25 Juli 2025.
Pergerakan modal asing keluar bersih ini didominasi oleh pasar Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) yang mencatat outflow sebesar Rp13,50 triliun. Meskipun demikian, terdapat inflow atau modal asing masuk bersih di sektor lain, yaitu pasar saham sebesar Rp100 miliar dan Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp2,10 triliun, yang sedikit menahan laju outflow secara keseluruhan.
Secara akumulatif sejak awal tahun hingga 24 Juli 2025, pasar SBN masih menunjukkan kepercayaan investor asing dengan mencatat modal asing masuk bersih sebesar Rp59,52 triliun. Namun, pasar saham dan SRBI justru mengalami outflow signifikan, masing-masing sebesar Rp58,92 triliun dan Rp60,19 triliun, menunjukkan dinamika yang kompleks dalam investasi asing di Indonesia.
Rincian Pergerakan Modal Asing
Data terbaru dari Bank Indonesia menunjukkan bahwa dominasi aliran modal asing keluar bersih pada pekan keempat Juli 2025 berasal dari pasar SRBI. Angka Rp13,50 triliun yang keluar dari SRBI ini menjadi faktor utama yang menyebabkan total outflow bersih mencapai Rp11,30 triliun. Ini mengindikasikan adanya penyesuaian posisi investor di instrumen jangka pendek yang diterbitkan BI.
Di sisi lain, pasar saham dan SBN menunjukkan ketahanan dengan mencatat aliran modal asing masuk bersih. Pasar saham menerima Rp100 miliar, sementara SBN menarik Rp2,10 triliun. Meskipun jumlahnya tidak sebesar outflow di SRBI, ini menunjukkan bahwa daya tarik investasi pada aset-aset jangka panjang pemerintah dan ekuitas masih ada di mata investor asing.
Analisis lebih lanjut terhadap data tahun berjalan mengungkap gambaran yang lebih luas mengenai pergerakan modal asing. Pasar SBN tetap menjadi magnet utama bagi investor asing dengan akumulasi inflow mencapai Rp59,52 triliun hingga Juli 2025. Namun, outflow besar dari SRBI dan pasar saham secara year-to-date menunjukkan adanya diversifikasi atau penarikan investasi dari instrumen tertentu.
Indikator Ekonomi Terkait: Rupiah, SBN, dan CDS
Pergerakan modal asing ini juga tercermin pada sejumlah indikator ekonomi makro Indonesia. Nilai tukar rupiah pada Jumat (25/7) pagi dibuka melemah di level Rp16.315 per dolar Amerika Serikat (AS), dibandingkan penutupan hari sebelumnya di Rp16.280 per dolar AS. Pelemahan rupiah ini bisa menjadi salah satu dampak dari adanya aliran modal keluar dari pasar keuangan domestik.
Premi risiko investasi Indonesia, yang diukur melalui credit default swaps (CDS) 5 tahun, menunjukkan perbaikan. CDS tercatat turun dari 72,51 basis poin (bps) pada 18 Juli 2025 menjadi 70,90 bps pada 24 Juli 2025. Penurunan CDS mengindikasikan persepsi risiko investasi di Indonesia yang membaik, meskipun ada outflow modal asing jangka pendek.
Sementara itu, imbal hasil atau yield SBN 10 tahun relatif stabil di level 6,49 persen pada Jumat (25/7) pagi, sedikit turun dari 6,50 persen pada penutupan Kamis (24/7). Stabilitas yield SBN ini menunjukkan kepercayaan pasar terhadap obligasi pemerintah. Pergerakan ini kontras dengan imbal hasil US Treasury Note 10 tahun yang turun ke level 4,396 persen pada akhir perdagangan Kamis (24/7), mencerminkan dinamika pasar global.
Strategi Bank Indonesia Menjaga Stabilitas
Menyikapi dinamika pergerakan modal asing dan fluktuasi pasar, Bank Indonesia terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah dan otoritas terkait. Langkah ini merupakan bagian dari upaya menjaga stabilitas ekonomi nasional di tengah ketidakpastian global.
BI juga mengoptimalkan strategi bauran kebijakan untuk mendukung ketahanan eksternal ekonomi Indonesia. Pendekatan komprehensif ini meliputi kebijakan moneter, makroprudensial, dan sistem pembayaran, yang dirancang untuk meredam dampak dari gejolak pasar keuangan global dan domestik.