Waspada Hipotermia saat Mendaki! Kenali Gejala dan Cara Penanganannya
Cuaca ekstrem di pegunungan meningkatkan risiko hipotermia; artikel ini menjelaskan gejala, tingkat keparahan, dan langkah pertolongan pertama.
Apa, Siapa, Di mana, Kapan, Mengapa, dan Bagaimana? Seorang pendaki gunung di daerah pegunungan tinggi berisiko mengalami hipotermia akibat paparan suhu dingin ekstrem dalam waktu lama. Kondisi ini terjadi ketika suhu tubuh turun di bawah 35 derajat Celcius. Dokter spesialis penyakit dalam dari RSUI, dr. Faisal Parlindungan Sp.PD, menjelaskan bahwa gejala dan penanganan hipotermia bervariasi tergantung tingkat keparahannya. Informasi ini penting diketahui para pendaki untuk mencegah dan menangani kondisi berbahaya ini.
Hipotermia merupakan kondisi medis serius yang dapat mengancam jiwa jika tidak ditangani dengan tepat. Gejala awal mungkin tidak disadari, sehingga kewaspadaan dan pengetahuan tentang tanda-tanda hipotermia sangat penting, terutama bagi mereka yang beraktivitas di lingkungan bersuhu rendah. Penanganan yang cepat dan tepat dapat meningkatkan peluang kesembuhan dan mencegah komplikasi serius.
Artikel ini akan membahas secara rinci mengenai gejala hipotermia pada berbagai tingkat keparahan, serta langkah-langkah pertolongan pertama yang dapat dilakukan untuk membantu korban hipotermia. Informasi ini diharapkan dapat menjadi panduan bagi para pendaki dan siapa pun yang mungkin menghadapi situasi darurat serupa di lingkungan bersuhu dingin.
Gejala Hipotermia Berdasarkan Tingkat Keparahan
Gejala hipotermia bervariasi tergantung tingkat keparahannya. Pada hipotermia ringan (suhu tubuh 32-35°C), gejala yang muncul meliputi menggigil, kulit pucat dan dingin, bicara melambat atau cadel, serta denyut jantung dan pernapasan sedikit meningkat. Penderita juga mungkin mengalami kebingungan ringan dan kesulitan berkonsentrasi.
Pada hipotermia sedang (suhu 28-32°C), menggigil dapat berkurang atau berhenti karena tubuh kehilangan kemampuan menghasilkan panas. Tanda lainnya termasuk denyut nadi dan pernapasan melambat, kelemahan otot, koordinasi buruk, kesulitan berjalan, disorientasi, kebingungan, bicara tidak jelas, tidak responsif, dan perilaku aneh seperti melepas pakaian meskipun kedinginan. Kondisi ini memerlukan penanganan segera.
Hipotermia berat (suhu kurang dari 28°C) merupakan kondisi yang sangat kritis. Penderita biasanya tidak sadarkan diri dan mengalami gangguan irama jantung. 'Pernapasan dan denyut jantung sangat lambat atau sulit dideteksi dan pupil melebar dan tidak bereaksi terhadap cahaya,' jelas dr. Faisal. Pertolongan medis profesional harus segera dicari.
Langkah Pertolongan Pertama untuk Hipotermia
Langkah pertama dalam menolong korban hipotermia adalah memindahkannya ke tempat yang lebih hangat dan terlindung dari angin, hujan, atau salju. Tujuan utama adalah menghentikan kehilangan panas dan membantu tubuh kembali hangat. 'Jika ada tenda, segera masukkan orang tersebut ke dalamnya. Jika tidak ada tempat berlindung, buat penghalang dari tas atau benda lain untuk melindungi dari angin,' saran dr. Faisal.
Jika pakaian korban basah, segera ganti dengan pakaian kering. 'Kalau tidak ada baju ganti, bungkus tubuhnya dengan jaket atau sleeping bag,' tambahnya. Selimut darurat dan kompres hangat juga dapat membantu menahan panas tubuh. Letakkan kompres hangat di area ketiak, leher, atau selangkangan, tempat pembuluh darah besar berada, agar panas lebih cepat menyebar.
Jika korban masih sadar, berikan makanan tinggi kalori dan minuman hangat non-alkohol dan non-kafein. 'Minuman hangat seperti teh manis atau cokelat panas. Makanan tinggi kalori seperti cokelat atau kacang juga bisa membantu tubuh menghasilkan panas,' kata dr. Faisal. Setelah upaya pemanasan, periksa suhu tubuh, denyut jantung, tekanan darah, dan pernapasan korban. Amati juga tanda gangguan kognitif.
Penanganan Lanjutan dan Pencegahan
Setelah memberikan pertolongan pertama, segera cari pertolongan medis profesional. Hipotermia dapat menyebabkan aritmia dan tekanan darah rendah. Jika korban tidak responsif, bernapas sangat pelan, atau tidak bernapas, resusitasi jantung paru (RJP) mungkin diperlukan. Dalam situasi ini, segera hubungi layanan medis darurat.
Pencegahan hipotermia sangat penting. Saat mendaki gunung atau berada di lingkungan bersuhu dingin, kenakan pakaian yang sesuai, tetap terhidrasi, dan pantau suhu tubuh secara berkala. Jika Anda mendaki dalam kelompok, saling awasi kondisi satu sama lain. Ketahui tanda-tanda awal hipotermia dan bertindak cepat jika diperlukan.
Dengan memahami gejala dan langkah-langkah penanganan hipotermia, kita dapat mengurangi risiko komplikasi serius dan meningkatkan peluang keselamatan bagi para pendaki dan siapa pun yang terpapar suhu dingin ekstrem. Kesigapan dan pengetahuan merupakan kunci dalam menghadapi situasi darurat seperti ini.