Wamenekraf: Film Sore Buktikan Kualitas Film Indonesia Tak Kalah Saing, Raih 1,7 Juta Penonton!
Wakil Menteri Ekonomi Kreatif Irene Umar menyatakan kesuksesan Film Indonesia "Sore: Istri dari Masa Depan" dengan 1,7 juta penonton buktikan kualitas karya anak bangsa.

Jakarta, 26 Juli – Industri perfilman nasional kembali menunjukkan taringnya dengan kesuksesan gemilang film “Sore: Istri dari Masa Depan”. Wakil Menteri Ekonomi Kreatif, Irene Umar, menegaskan bahwa pencapaian ini merupakan bukti nyata kualitas karya anak bangsa yang mampu bersaing di kancah global. Film ini berhasil menarik perhatian lebih dari 1,7 juta penonton, sebuah angka yang membanggakan bagi sinema dalam negeri.
Irene Umar menambahkan, cerita yang disajikan dalam film “Sore: Istri dari Masa Depan” sangat relevan dengan kehidupan banyak orang. Kedalaman visual, narasi yang kuat, dan pengembangan karakter yang mendalam menjadi kunci utama dalam menghadirkan sebuah karya berkualitas. Capaian ini juga sejalan dengan data Lembaga Sensor Film (LSF) yang menunjukkan bahwa sekitar 80 juta orang telah menjadi bagian dari penonton Film Indonesia.
Produser film, Suryana Paramita, mengungkapkan rasa syukur atas respons positif yang diterima. Ia berharap kesuksesan ini dapat memicu lebih banyak kolaborasi positif dalam ekosistem kreatif. Pemerintah melalui Wamenekraf juga berkomitmen untuk terus mendukung Film Indonesia agar memiliki daya saing tinggi, bahkan dengan judul-judul besar film asing yang tayang di bioskop.
Dampak dan Kualitas Film Indonesia
Kualitas cerita Film Indonesia terus berkembang pesat, terbukti dengan hadirnya “Sore: Istri dari Masa Depan” yang awalnya merupakan sebuah serial web. Transformasi dari web series menjadi film layar lebar ini menunjukkan fleksibilitas dan potensi adaptasi cerita yang kuat dalam industri kreatif. Hal ini juga memperkaya pilihan tontonan bagi masyarakat serta membuka peluang baru bagi para kreator.
Salah satu faktor pendukung kesuksesan film ini adalah lagu “Terbuang dalam Waktu” dari Barasuara. Lagu tersebut berhasil menduduki posisi top 1 di chart viral 50 Indonesia pada platform Spotify. Integrasi musik yang kuat dengan narasi film mampu menciptakan nuansa emosional yang mendalam, sehingga meninggalkan kesan kuat bagi para penonton.
Irene Umar secara khusus menyoroti tema cinta tanpa syarat dan kesempatan kedua dalam hidup yang diangkat oleh “Sore: Istri dari Masa Depan”. Pengembangan nuansa rasa yang mendalam dalam film ini dianggap mampu memberikan dampak luas pada penontonnya. Film tidak hanya menjadi hiburan, tetapi juga sarana refleksi dan inspirasi.
Pemerintah menyatakan kesiapannya untuk mendukung penuh Film Indonesia agar dapat bersaing dengan produksi asing. Dukungan ini diharapkan dapat mendorong lebih banyak karya berkualitas tinggi yang tidak hanya menghibur, tetapi juga mengangkat citra budaya dan kreativitas bangsa di mata dunia.
Kisah di Balik Layar dan Kolaborasi Apik
Film “Sore: Istri dari Masa Depan” mengisahkan Jonathan (diperankan oleh Dion Wiyoko) yang dikejutkan oleh kehadiran seorang perempuan bernama Sore (diperankan oleh Sheila Dara). Sore mengaku sebagai istrinya dari masa depan, dan secara perlahan Jonathan mulai percaya setelah Sore mengetahui detail-detail pribadi tentang dirinya, bahkan terkait waktu kematiannya.
Karya ini merupakan kolaborasi keempat antara Sheila Dara Aisha dan Dion Wiyoko sebagai pemeran utama, dengan Yandy Laurens sebagai penulis sekaligus sutradara. Konsistensi kolaborasi ini menunjukkan chemistry yang kuat antara tim kreatif, menghasilkan sinergi yang terlihat jelas dalam kualitas produksi film.
Kesuksesan “Sore: Istri dari Masa Depan” juga didukung oleh jajaran produser eksekutif dan kolaborator ternama. Mereka adalah Melyana Tjahyadikarta, Queen Yeap, Slingshot Pictures, Imajinari, Miles Films, Studio Artemis, Jagartha, Trinity Entertainment Network, dan Dwidaya Amadeo Gemintang. Keterlibatan berbagai pihak ini mencerminkan ekosistem kreatif yang solid.
Selain itu, film ini juga menjalin kerja sama strategis dengan mitra lokal seperti Artotel Wanderlust, SukkhaCitta, dan HMNS. Kemitraan ini tidak hanya mendukung produksi film, tetapi juga menghidupkan ekosistem kreatif antar berbagai bidang seni. Hal ini membuktikan bahwa film dapat menjadi lokomotif untuk memajukan industri kreatif secara keseluruhan.