20 Kasus Kebakaran di Tapin Sepanjang 2024, Tapin Utara Terparah
Sebanyak 20 kebakaran permukiman terjadi di Kabupaten Tapin, Kalimantan Selatan sepanjang tahun 2024, dengan Kecamatan Tapin Utara menjadi wilayah terdampak terbanyak, didorong kepadatan penduduk dan jarak tempuh ke lokasi kejadian.

Kabupaten Tapin, Kalimantan Selatan (Kalsel) mengalami 20 kasus kebakaran permukiman hingga akhir tahun 2024. Data dari Dinas Pemadam Kebakaran (Damkar) Tapin menunjukkan Kecamatan Tapin Utara sebagai wilayah yang paling parah terdampak, dengan 8 kejadian kebakaran.
Kepala Bidang Damkar Tapin, Yandra, menjelaskan kepadatan penduduk dan jumlah bangunan yang signifikan di Tapin Utara menjadi faktor utama tingginya angka kebakaran di sana. Kecamatan lain yang terdampak, meskipun dengan jumlah kasus lebih rendah, antara lain Bungur (5 kasus), Tapin Selatan (4 kasus), Binuang (2 kasus), dan Candi Laras Selatan (1 kasus).
Berbagai faktor penyebab kebakaran teridentifikasi. Korsleting listrik menjadi penyebab utama dalam 5 kejadian, diikuti kelalaian manusia atau human error sebanyak 6 kasus. Kebocoran atau penyalahgunaan kompor gas juga berkontribusi terhadap 4 insiden, sementara sisanya disebabkan faktor lain.
Tantangan jarak tempuh menjadi kendala bagi tim Damkar Tapin dalam beberapa peristiwa. Yandra menyatakan idealnya waktu respons Damkar adalah 15 menit, namun jarak tempuh ke lokasi kejadian yang cukup jauh seringkali memperlambat penanganan. Kondisi ini mendorong usulan pembangunan posko Damkar di setiap kecamatan untuk mempercepat respons dan meminimalisir dampak kebakaran.
Dampak jarak tempuh yang jauh terhadap penanganan kebakaran di Tapin cukup signifikan. Waktu respons yang lebih lama meningkatkan risiko kerugian dan kerusakan yang lebih besar. Keberadaan posko di setiap kecamatan diharapkan dapat mengatasi masalah ini secara efektif.
Selain masalah jarak, edukasi dan kewaspadaan masyarakat juga menjadi fokus utama. Yandra mengimbau masyarakat untuk lebih berhati-hati, terutama dalam penggunaan listrik dan kompor gas. Pencegahan melalui edukasi dan peningkatan kewaspadaan dinilai krusial untuk mengurangi risiko kebakaran di masa mendatang.
Pembangunan posko di setiap kecamatan merupakan solusi strategis untuk meningkatkan efektivitas penanganan kebakaran di Tapin. Dengan waktu respons yang lebih cepat, diharapkan kerugian dan dampak kebakaran dapat diminimalisir. Selain itu, edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat tetap penting agar kesadaran akan bahaya kebakaran dan langkah pencegahannya meningkat.
Kesimpulannya, tingginya angka kebakaran di Tapin tahun 2024 didorong oleh kepadatan penduduk, jarak tempuh ke lokasi kejadian, dan faktor manusia. Langkah strategis seperti pembangunan posko di setiap kecamatan dan peningkatan kesadaran masyarakat melalui edukasi diharapkan dapat mengurangi risiko dan dampak kebakaran di masa yang akan datang.