Muhasabah Kebakaran Jakarta: Tantangan, Upaya, dan Solusi Menuju Kota Lebih Aman
Rentetan kebakaran di Jakarta mendorong evaluasi menyeluruh terhadap kesiapan penanggulangan bencana, termasuk infrastruktur, SDM, dan kesadaran masyarakat, dengan mengadopsi teknologi dan strategi inovatif.
![Muhasabah Kebakaran Jakarta: Tantangan, Upaya, dan Solusi Menuju Kota Lebih Aman](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/0x0/ori/image_bank/2025/01/31/230203.420-muhasabah-kebakaran-jakarta-tantangan-upaya-dan-solusi-menuju-kota-lebih-aman-1.jpg)
Serangkaian kebakaran di Jakarta, mulai dari permukiman padat hingga pusat perbelanjaan besar seperti Glodok Plaza, menyoroti perlunya evaluasi menyeluruh terhadap sistem penanggulangan kebakaran di kota ini. Tahun 2024 mencatat 1.970 kasus kebakaran di Jakarta, angka yang mengkhawatirkan. Kejadian ini mendorong kita untuk bertanya, seberapa siap Jakarta menghadapi ancaman ‘si jago merah’?
Mengapa Kebakaran Sering Terjadi di Jakarta?
Beberapa faktor berkontribusi pada tingginya angka kebakaran di Jakarta. Cuaca panas ekstrem, instalasi listrik yang tak sesuai standar, kelalaian manusia, dan kurangnya sistem pencegahan yang efektif merupakan masalah utama. Permukiman padat penduduk semakin meningkatkan risiko penyebaran api dengan cepat. Situasi ini menuntut langkah konkret untuk meningkatkan keselamatan warga.
Tantangan Penanggulangan Kebakaran di Jakarta
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta menghadapi berbagai tantangan. Mohammad Yohan dari BPBD DKI Jakarta menyebutkan keterbatasan infrastruktur untuk menjangkau lokasi sulit dan kurangnya kesadaran masyarakat sebagai kendala utama. Sementara itu, Plt. Kepala Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (Gulkarmat) Jakarta, Satriadi Gunawan, mengakui kekurangan personel dan pos pemadam kebakaran. Dari 267 kelurahan, hanya 172 yang memiliki pos pemadam kebakaran.
Sekretaris Komisi A DPRD DKI Jakarta, Mujiyono, menambahkan bahwa jumlah personel pemadam kebakaran masih jauh dari ideal (11.200 orang berdasarkan rekomendasi Kemendagri dan Kemenpan-RB). Terbatasnya anggaran belanja pegawai (maksimal 30% dari total belanja daerah), dengan belanja pegawai DKI Jakarta yang sudah mencapai Rp22,3 triliun dari total Rp82,6 triliun, menjadi kendala utama dalam menambah jumlah personel.
Upaya Mitigasi Kebakaran yang Dilakukan Pemprov DKI Jakarta
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah melakukan berbagai upaya mitigasi. Dinas Gulkarmat DKI Jakarta telah memasang 42 hidran mandiri di daerah rawan kebakaran dan menargetkan setiap RT memiliki minimal dua Alat Pemadam Api Ringan (APAR). Sosialisasi dan pemberdayaan masyarakat dilakukan melalui berbagai saluran, seperti balai warga, pengeras suara (woro-woro), kerja sama dengan DKM masjid, dan penempelan stiker pencegahan kebakaran. Sejak tahun 2024, sebanyak 4.474 RW di lima wilayah DKI Jakarta telah mendapatkan sosialisasi. Sosialisasi juga dilakukan di sekolah-sekolah.
Solusi dan Inspirasi dari Luar Negeri
Kebakaran besar di Los Angeles memberikan pelajaran berharga. Kepala Bidang Operasi Dinas Gulkarmat DKI Jakarta, Suheri, menyoroti penggunaan cairan khusus pemadam, teknologi seperti drone, dan koordinasi yang efektif di Los Angeles. Suheri menekankan pentingnya tiga aspek: kesiapan SDM (petugas dan masyarakat), lingkungan sekitar, dan sarana prasarana proteksi kebakaran. Penggunaan teknologi, seperti yang diterapkan di Los Angeles, memungkinkan pemadaman api yang lebih tepat sasaran dan aman bagi petugas.
Sosialisasi yang masif, seperti program ‘Gerakan Masyarakat Punya APAR (Gempar)’ di Jakarta Selatan, juga perlu diperluas untuk meningkatkan kesadaran dan kemampuan masyarakat dalam menghadapi kebakaran. Peningkatan kesadaran dan kesiapsiagaan masyarakat menjadi kunci utama untuk mengurangi angka kebakaran di Jakarta.