50 Anak Putus Sekolah di Palembang Dilatih Membuat Songket
Pemerintah Kota Palembang melatih 50 anak putus sekolah untuk membuat songket, sebuah keterampilan yang diharapkan dapat memberdayakan mereka secara ekonomi dan melestarikan budaya lokal.

Palembang, 17 Februari 2024 - Dalam upaya memberdayakan anak putus sekolah dan melestarikan warisan budaya, Pemerintah Kota (Pemkot) Palembang meluncurkan program pelatihan pembuatan songket. Sebanyak 50 anak putus sekolah di Palembang mendapatkan kesempatan untuk mempelajari keterampilan menenun songket, kain tradisional yang kaya akan sejarah dan nilai budaya Palembang Darussalam serta Kerajaan Sriwijaya.
Pelatihan Menenun Songket untuk Anak Putus Sekolah
Kepala Dinas Perindustrian Palembang, Korlena, menjelaskan bahwa program ini bertujuan untuk memberikan keterampilan yang dapat meningkatkan taraf hidup anak-anak putus sekolah. "Kami melatih 50 anak putus sekolah di Kota Palembang kemampuan membuat songket yang pengerjaannya dilakukan secara menenun," ujar Korlena dalam keterangannya di Palembang, Senin.
Para peserta pelatihan tidak hanya mempelajari teknik menenun, tetapi juga diajarkan tentang nilai-nilai budaya yang terkandung dalam setiap helai songket. Mereka diajak untuk memahami sejarah dan proses pembuatan songket secara tradisional, sehingga mampu menghasilkan karya yang berkualitas dan bernilai tinggi.
Hasil Karya Dipamerkan dan Dijual
Hasil karya para peserta pelatihan songket ini turut dipamerkan dalam Pameran Songket Dekranasda Kota Palembang. Hal ini memberikan kesempatan bagi para peserta untuk mempromosikan hasil karya mereka dan mendapatkan penghasilan tambahan. Warga Palembang dan wisatawan dapat langsung membeli songket hasil karya anak-anak tersebut.
Songket Palembang, dengan keindahan motif dan teknik pembuatannya yang rumit, memiliki harga jual yang cukup tinggi, berkisar antara Rp1.000.000 hingga Rp3.500.000 per lembar. Proses pembuatannya pun cukup memakan waktu, antara dua minggu hingga satu bulan, tergantung pada kerumitan motif dan ukuran kain.
Apresiasi dan Dukungan Pemerintah
Penjabat Wali Kota Palembang, Cheka Virgowansyah, memberikan apresiasi yang tinggi kepada para peserta pelatihan. Ia bangga melihat anak-anak putus sekolah mampu berkreasi dan menghasilkan karya yang bernilai tinggi. "Meskipun putus sekolah, mereka bisa berbuat sesuatu yang sangat berharga dan membanggakan," kata Cheka.
Cheka juga menekankan pentingnya melestarikan budaya Palembang, termasuk kain songket dan tanjak (peci khas Palembang). Ia bahkan mengajak masyarakat untuk mengenakan songket minimal seminggu sekali sebagai bentuk kecintaan terhadap budaya lokal. Bahkan, istri Cheka sendiri memiliki koleksi kain songket sebagai bukti kecintaan pada budaya Palembang.
Dukungan untuk UMKM
Lebih lanjut, Cheka mengajak para pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) untuk memanfaatkan fasilitas yang disediakan oleh Pemkot Palembang, khususnya Dekranasda Palembang. Dekranasda menyediakan ruang bagi pengembangan usaha kerajinan tangan, termasuk songket.
"Songket ini dibuat memakan waktu satu bulan dengan kerumitannya, jadi saya baru tahu dan wajar kalau hasilnya memiliki nilai yang mahal," tambah Cheka, menunjukkan kekagumannya terhadap proses pembuatan songket yang rumit dan penuh detail.
Program pelatihan pembuatan songket ini diharapkan dapat menjadi contoh bagi daerah lain dalam memberdayakan anak putus sekolah dan melestarikan warisan budaya. Selain meningkatkan keterampilan dan penghasilan, program ini juga menanamkan rasa bangga dan cinta terhadap budaya lokal.