795 Kasus TBC di Jayawijaya Tahun 2024, Dinkes: Pengobatan Gratis Tapi Ada Kendala!
Dinas Kesehatan Jayawijaya telah menangani 795 kasus TBC dari target 1.605 kasus pada tahun 2024, kendala utama pengobatan TBC adalah pasien yang tidak tuntas mengonsumsi obat.

Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Jayawijaya, Papua Pegunungan, melaporkan telah menangani 795 kasus tuberkulosis (TBC) sepanjang tahun 2024. Angka ini diperoleh dari upaya penanganan yang dilakukan oleh Dinkes Jayawijaya terhadap penyakit menular yang menjadi perhatian nasional. Meskipun pengobatan TBC diberikan secara gratis, capaian ini masih jauh dari target 1.605 kasus yang ditetapkan, hanya mencapai 49,53 persen.
Kepala Bidang (Kabid) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Kabupaten Jayawijaya, Theresia F Resubun, mengungkapkan bahwa program penanganan penyakit AIDS, Tuberkulosis, dan Malaria (ATM) merupakan program unggulan nasional yang membutuhkan penanganan serius. Namun, tantangan besar dihadapi di Wamena, Jayawijaya, karena daerah ini menjadi jalur transit tujuh kabupaten lain di Papua Pegunungan, sehingga angka penyakit menular cenderung tetap tinggi.
Resubun menjelaskan bahwa pengobatan TBC di setiap puskesmas Kabupaten Jayawijaya diberikan secara cuma-cuma. "Masyarakat cukup datang, periksa. Ketika didiagnosa mengalami TBC maka bisa memperoleh pengobatan gratis selama waktu yang ditentukan," kata Resubun. Meskipun pengobatan gratis tersedia, masih terdapat kendala yang signifikan dalam proses penyembuhan.
Kendala Pengobatan TBC di Jayawijaya
Salah satu kendala utama yang dihadapi adalah ketidakpatuhan pasien dalam menyelesaikan pengobatan. Banyak pasien yang tidak rutin mengonsumsi obat, sehingga pengobatan harus dimulai dari awal lagi jika terjadi putus obat, bahkan hanya sehari saja. "Dalam penanganan kasus TBC, obat dikonsumsi terus selama waktu yang ditentukan, tidak boleh bolong sehari pun, ketika hal itu terjadi maka pengobatannya dari awal lagi," jelas Resubun. Hal ini tentu menjadi tantangan tersendiri bagi petugas kesehatan dalam upaya menekan angka kasus TBC.
Resubun menekankan pentingnya kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatan. "Yang menjadi masalah, pengobatan TBC tidak tuntas, di mana masyarakat biasanya tidak datang mengambil obat." Oleh karena itu, ia berharap agar pasien TBC rutin mengonsumsi obat dan melakukan pemeriksaan berkala sebelum obat habis untuk memastikan keberhasilan pengobatan. Hal ini penting untuk mencegah munculnya kasus TBC resisten obat yang lebih sulit ditangani.
Dinkes Jayawijaya menyadari pentingnya edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat tentang pentingnya menyelesaikan pengobatan TBC. Upaya edukasi dan peningkatan akses layanan kesehatan di daerah terpencil menjadi fokus utama agar pengobatan dapat diakses oleh semua lapisan masyarakat. Dengan komitmen dan kerja sama semua pihak, diharapkan angka kasus TBC di Jayawijaya dapat ditekan dan masyarakat dapat hidup sehat tanpa ancaman penyakit menular.
Strategi ke depan yang perlu dilakukan Dinkes Jayawijaya antara lain:
- Meningkatkan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya pengobatan TBC yang tuntas.
- Memperkuat sistem pengawasan dan pemantauan pengobatan TBC untuk memastikan kepatuhan pasien.
- Meningkatkan akses layanan kesehatan di daerah terpencil agar pengobatan dapat dijangkau oleh semua masyarakat.
- Membangun kemitraan dengan berbagai pihak, termasuk organisasi masyarakat dan lembaga swadaya masyarakat, untuk mendukung upaya penanggulangan TBC.
Dengan berbagai upaya tersebut, diharapkan angka kasus TBC di Jayawijaya dapat ditekan dan masyarakat dapat hidup sehat tanpa ancaman penyakit menular.