AASH Temukan Promosi Pangan Sehat Krusial Atasi Stunting di Lombok Timur
Studi AASH di Lombok Timur mengungkapkan pentingnya promosi pangan sehat untuk mengatasi stunting, terutama terkait keragaman protein hewani dan keamanan pangan.

Studi awal Action Against Stunting Hub (AASH) Indonesia di Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, mengungkap fakta mengejutkan terkait masih tingginya angka stunting. Studi yang dilakukan sejak 2019 hingga 2024 ini menemukan kendala utama dalam penanggulangan stunting adalah kurangnya promosi pangan sehat, khususnya mengenai keragaman protein hewani dan keamanan pangan. Temuan ini diungkapkan oleh Ketua Tim Peneliti Sistem Pangan Studi AASH, Dr. Ir. Umi Fahmida, MSc, pada Jumat pekan lalu di Jakarta.
Lebih dari 70 persen responden mengalami kesulitan mengakses informasi dan promosi terkait makanan bergizi padat, seperti sayuran hijau, ayam, dan ikan. Padahal, keragaman protein, terutama kombinasi protein hewani dan nabati, sangat penting untuk memenuhi kebutuhan gizi anak dan mencegah stunting. Umi Fahmida menjelaskan, "Berdasarkan kandungan gizi, perlu keragaman sumber protein untuk pemenuhan gizi yang baik, khususnya pada zat gizi yang bermasalah, dan juga perlunya kombinasi protein hewani, contohnya makanan yang memadukan hati, telur, ikan dan tahu/tempe untuk dapat memberikan asupan zat gizi yang lebih lengkap."
Meskipun terdapat keinginan untuk mengonsumsi makanan bergizi, promosi yang kurang efektif menjadi hambatan utama. Meskipun tenaga kesehatan telah berupaya melakukan promosi, studi ini menemukan potensi peran pedagang sayur dalam mensosialisasikan pangan sehat. Ini menunjukkan perlunya strategi promosi yang lebih terintegrasi dan melibatkan berbagai pihak.
Peran Promosi Pangan Sehat dan Pengolahan Makanan
Studi AASH menekankan pentingnya promosi pangan sehat yang lebih efektif. Umi Fahmida menyarankan inovasi pengolahan pangan kaya zat besi, kalsium, seng, dan folat, seperti abon hati ayam atau biskuit ikan teri, untuk meningkatkan daya tarik dan konsumsi makanan bergizi. Hal ini penting untuk mengatasi masalah kekurangan gizi mikro yang seringkali menjadi faktor penyebab stunting.
Selain promosi, keamanan pangan juga menjadi perhatian utama. Tingginya kontaminasi mikroba pada rantai pangan, terutama di tingkat pedagang eceran, menjadi ancaman serius bagi kesehatan anak. Oleh karena itu, perlu ditingkatkan pengawasan dan edukasi terkait praktik higiene dan sanitasi pangan yang baik.
Studi AASH juga akan menganalisis dampak paparan berbagai faktor, mulai dari gizi, mikrobiom, kesehatan usus, hingga stres emosional, terhadap risiko stunting pada 1000 hari pertama kehidupan. Analisis ini akan memberikan pemahaman yang lebih komprehensif tentang faktor-faktor penyebab stunting dan membantu merancang intervensi yang lebih tepat sasaran.
Pendekatan Holistik dalam Penanggulangan Stunting
Studi AASH mengadopsi pendekatan holistik atau menyeluruh (Whole Child Approach) dalam penanggulangan stunting. Pendekatan ini tidak hanya fokus pada aspek gizi, tetapi juga mencakup berbagai faktor lain, seperti lingkungan tempat tinggal, pendidikan, dan sistem pangan yang lebih luas. Semua domain tersebut saling berkaitan dan mempengaruhi perkembangan anak.
Direktur Perumusan Standar Keamanan dan Mutu Pangan Badan Pangan Nasional, Yusra Egayanti, menegaskan pentingnya ketersediaan, keterjangkauan, dan keamanan pangan dalam upaya pencegahan stunting. Ia menambahkan bahwa ketersediaan protein hewani masih menjadi tantangan nasional dalam dua tahun terakhir.
Studi AASH yang didanai oleh UKRI-GCRF ini dilakukan di tiga negara, yaitu India, Indonesia, dan Senegal, dengan Lombok Timur sebagai lokasi studi di Indonesia. Studi ini dikoordinasikan oleh SEAMEO RECFON dan PKGR UI, dan bertujuan untuk mempercepat upaya penurunan stunting melalui pendekatan yang komprehensif dan terintegrasi.
Kesimpulannya, upaya promosi pangan sehat merupakan kunci penting dalam penanggulangan stunting di Indonesia. Selain promosi, perlu juga diperhatikan aspek keamanan pangan dan pendekatan holistik yang mempertimbangkan berbagai faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak.