Aisyiyah Usul Tasyakuran Haid Pertama Lawan P2GP
PP Aisyiyah mengusulkan tradisi tasyakuran haid pertama sebagai alternatif untuk melawan praktik P2GP yang masih kuat di beberapa daerah di Indonesia, sekaligus mengedukasi masyarakat tentang pemahaman Islam yang benar.
Jakarta, 7 Februari 2024 - Pimpinan Pusat (PP) Aisyiyah menginisiasi sebuah gagasan baru untuk menanggulangi praktik Pelukaan dan Pemotongan Genital Perempuan (P2GP) yang masih kuat di beberapa daerah di Indonesia. Mereka mengusulkan adanya tradisi tasyakuran untuk memperingati haid pertama seorang anak perempuan.
Ketua Majelis Tabligh dan Ketarjihan PP Aisyiyah, Evi Sovia Inayati, menjelaskan bahwa momen haid pertama merupakan simbol dimulainya kehidupan baru bagi seorang perempuan. "Momen ini menandai transisi penting, memasuki dunia baru sebagai hamba Allah dengan tanggung jawab keagamaan dan sosial yang lebih besar," ujarnya dalam wawancara pada Jumat lalu.
Menimbang Tradisi dan Modernisasi
Evi Sovia Inayati mengakui kuatnya tradisi khitan perempuan dan pesta-pesta yang menyertainya di berbagai daerah. Ia menekankan perlunya strategi perubahan tradisi tersebut melalui edukasi masyarakat. "Strategi ini membutuhkan kerja sama berbagai pihak, dengan pendekatan yang menyeluruh dan berkelanjutan," tambahnya.
PP Aisyiyah menyadari bahwa perubahan tidak bisa instan. Oleh karena itu, mereka mengusulkan pendekatan yang komprehensif, menggabungkan pendekatan bayani (penjelasan), burhani (bukti), dan irfani (pengalaman spiritual) melalui berbagai metode seperti tabligh, ceramah, dan sosialisasi intensif.
Dampak Negatif P2GP dan Upaya Pencegahan
Sekretaris Umum PP Aisyiyah, Tri Hastuti Nur Rochimah, menegaskan kembali bahaya P2GP. "Sunat perempuan lebih banyak mudharatnya daripada manfaatnya, dan hal ini sudah diakui dunia internasional. Sayangnya, praktik ini masih sering terjadi di Indonesia," tegasnya.
Tri Hastuti menjelaskan bahwa praktik P2GP di Indonesia berakar pada budaya dan pemahaman agama yang keliru. Oleh karena itu, Aisyiyah gencar melakukan edukasi masyarakat, salah satunya dengan menyebarkan pemahaman Islam yang benar kepada tokoh agama dan masyarakat.
"Tokoh agama dan masyarakat memiliki pengaruh besar. Mereka menjadi kunci untuk menghentikan praktik ini," tambah Tri Hastuti. Aisyiyah berupaya mengubah persepsi dan pemahaman masyarakat melalui pendekatan yang bijaksana dan berkelanjutan.
Tasyakuran Haid Pertama: Sebuah Alternatif Positif
Inisiatif tasyakuran haid pertama ini diharapkan dapat menjadi alternatif positif yang dapat mengimbangi kuatnya tradisi P2GP. Acara ini diharapkan dapat memberikan makna positif bagi perempuan memasuki masa baligh, tanpa harus melalui prosedur medis yang berisiko.
Dengan mengganti fokus dari praktik yang merugikan menjadi perayaan positif, Aisyiyah berharap dapat menciptakan perubahan budaya yang lebih sehat dan bermartabat bagi perempuan Indonesia. Perubahan ini membutuhkan waktu, kesabaran, dan kerjasama dari berbagai pihak.
Melalui pendekatan edukasi dan penyebaran pemahaman agama yang benar, Aisyiyah optimistis dapat mengurangi dan pada akhirnya menghilangkan praktik P2GP, serta menggantikannya dengan tradisi-tradisi yang lebih positif dan memberdayakan perempuan.
Kesimpulan
Usulan tasyakuran haid pertama dari PP Aisyiyah merupakan langkah inovatif dalam upaya memberantas P2GP. Inisiatif ini menunjukkan komitmen Aisyiyah dalam memperjuangkan hak-hak perempuan dan menyebarkan pemahaman Islam yang benar. Semoga upaya ini dapat didukung oleh berbagai pihak untuk menciptakan masa depan yang lebih baik bagi perempuan Indonesia.