Aktivitas Gunung Marapi Menurun, Tapi Tekanan di Dalam Masih Tinggi
Badan Geologi melaporkan penurunan aktivitas Gunung Marapi di Sumatera Barat, namun tekanan di dalam gunung api masih tinggi dan kondisi belum stabil.

Gunung Marapi di Sumatera Barat menunjukkan penurunan aktivitas vulkanik dalam periode 16-28 Februari 2025, demikian disampaikan Badan Geologi Kementerian ESDM. Penurunan ini terlihat dari berkurangnya jumlah gempa hembusan, gempa vulkanik dangkal, dan gempa vulkanik dalam. Namun, Kepala Badan Geologi, Muhammad Wafid, menekankan bahwa tekanan di dalam gunung api masih tinggi dan kondisi belum stabil.
Laporan Badan Geologi mencatat sejumlah aktivitas kegempaan. Tercatat lima kali gempa letusan, 126 kali gempa hembusan, tujuh kali gempa vulkanik dangkal, 18 kali gempa vulkanik dalam, 27 kali gempa tektonik lokal, dan 27 kali gempa tektonik jauh. Tremor menerus juga tercatat dengan amplitudo 0,5-23,3 milimeter, dominan 10 milimeter. Meskipun terjadi penurunan aktivitas gempa, tinggi kolom abu masih tercatat maksimal 700 meter di atas puncak.
"Secara umum aktivitas gempa Gunung Marapi cenderung menurun bila dibandingkan dua minggu sebelumnya, kecuali gempa letusan yang relatif sama," jelas Muhammad Wafid dalam keterangan tertulisnya. Meskipun terjadi penurunan aktivitas, pihak berwenang tetap waspada dan terus memantau situasi Gunung Marapi secara ketat.
Analisis Aktivitas Gunung Marapi
Penurunan aktivitas gempa hembusan mengindikasikan pelepasan energi yang berkurang. Namun, peningkatan kembali nilai RSAM (Real-time Seismic Amplitude Measurement) pada akhir Februari menunjukkan adanya fluktuasi tekanan di dalam gunung api. Variasi kecepatan seismik (dv/v) juga masih berfluktuasi dengan simpangan besar, menunjukkan kondisi medium yang belum stabil. Nilai dv/v yang rendah (di bawah nol) dan koherensi yang rendah, meskipun sedikit naik, menunjukkan tekanan yang masih tinggi di dalam tubuh gunung api.
Data tiltmeter Stasiun Batupalano menunjukkan fluktuasi deflasi (pengempisan) dengan kemiringan kecil. Secara jangka panjang, terlihat kecenderungan deflasi pada tubuh gunung api. Hal ini menunjukkan adanya perubahan bentuk pada gunung api yang perlu dipantau secara terus menerus.
Meskipun terjadi penurunan aktivitas secara umum, kondisi ini tidak serta merta menandakan berakhirnya ancaman bahaya. Penting untuk tetap waspada dan mengikuti arahan dari pihak berwenang terkait.
Kesimpulan Aktivitas Gunung Marapi
Kesimpulannya, meskipun aktivitas Gunung Marapi menunjukkan penurunan dalam periode 16-28 Februari 2025, tekanan di dalam gunung api masih tinggi dan kondisi belum stabil. Penurunan aktivitas kegempaan perlu diinterpretasikan dengan hati-hati dan tidak dapat diartikan sebagai tanda berakhirnya ancaman bahaya. Pemantauan intensif dan kewaspadaan tetap diperlukan untuk mengantisipasi potensi peningkatan aktivitas vulkanik di masa mendatang. Masyarakat di sekitar Gunung Marapi diimbau untuk tetap tenang dan mengikuti arahan dari pihak berwenang.
Data yang dikumpulkan menunjukkan kompleksitas aktivitas Gunung Marapi. Perlu analisis lebih lanjut dan pemantauan yang berkelanjutan untuk memahami sepenuhnya dinamika gunung api ini dan memastikan keselamatan masyarakat.