Aktivitas Gempa Gunung Marapi Meningkat, Badan Geologi Catat Peningkatan Signifikan
Badan Geologi mencatat peningkatan aktivitas kegempaan Gunung Marapi di Sumatera Barat, dengan peningkatan gempa vulkanik dan tremor yang signifikan pada awal hingga pertengahan Februari 2025.

Gunung Marapi, yang terletak di Kabupaten Agam dan Tanah Datar, Sumatera Barat, mengalami peningkatan aktivitas kegempaan yang signifikan. Badan Geologi Kementerian ESDM mencatat peningkatan ini terjadi pada awal hingga pertengahan Februari 2025. Peningkatan tersebut meliputi gempa vulkanik, tremor, dan aktivitas hembusan serta letusan. Hal ini mengindikasikan peningkatan pasokan fluida dari kedalaman gunung berapi.
Kepala Badan Geologi, Muhammad Wafid, dalam keterangan tertulisnya menjelaskan bahwa peningkatan aktivitas ini berkaitan erat dengan peningkatan pasokan fluida dari dalam gunung. "Di awal hingga pertengahan Februari 2025 terjadi peningkatan gempa vulkanik dan tremor Gunung Marapi yang berkaitan dengan peningkatan pasokan fluida dari kedalaman," ungkap Wafid.
Peningkatan aktivitas ini menjadi perhatian serius mengingat potensi bahaya yang ditimbulkan. Data pemantauan visual dan instrumental menunjukkan aktivitas Gunung Marapi masih berada pada level tinggi, sehingga kewaspadaan dan pemantauan terus dilakukan.
Analisis Data Kegempaan Gunung Marapi
Berdasarkan hasil evaluasi periode 1-15 Februari 2025, Badan Geologi mencatat peningkatan signifikan pada beberapa jenis gempa. Gempa vulkanik dangkal meningkat menjadi 42 kali, gempa vulkanik dalam tercatat sebanyak 37 kali, dan gempa tektonik lokal naik dari 27 menjadi 40 kali. Peningkatan ini menunjukkan adanya peningkatan tekanan di dalam tubuh gunung api.
Aktivitas hembusan dan letusan juga meningkat sebagai respons dari akumulasi tekanan fluida. Data variasi kecepatan seismik dan koherensi yang masih rendah menunjukkan bahwa tekanan (stress) pada tubuh gunung api masih tinggi, dan kondisi medium di dekat permukaan gunung belum stabil. Kondisi ini menandakan potensi peningkatan aktivitas vulkanik masih ada.
Meskipun demikian, laju emisi gas sulfur dioksida (SO2) yang terukur dari satelit Sentinel masih tergolong rendah, tercatat 82 ton per hari pada 15 Februari 2025. Namun, Badan Geologi tetap mengingatkan akan potensi bahaya gas vulkanik beracun lainnya di kawah puncak Gunung Marapi, seperti karbon dioksida (CO2), karbon monoksida (CO), dan hidrogen sulfida (H2S).
Potensi Bahaya dan Rekomendasi
Peningkatan aktivitas Gunung Marapi ini menunjukkan perlunya kewaspadaan dan pemantauan yang lebih intensif. Meskipun laju emisi SO2 masih rendah, potensi bahaya dari gas vulkanik beracun lainnya tetap menjadi ancaman. Masyarakat di sekitar Gunung Marapi diimbau untuk tetap tenang dan mengikuti arahan dari pihak berwenang.
Badan Geologi terus memantau perkembangan aktivitas Gunung Marapi secara ketat. Data-data pemantauan akan terus dievaluasi untuk memberikan informasi yang akurat dan tepat waktu kepada masyarakat dan pihak terkait. Penting bagi masyarakat untuk memahami potensi bahaya dan selalu mengikuti perkembangan informasi resmi dari Badan Geologi.
Masyarakat di sekitar Gunung Marapi diharapkan untuk selalu waspada dan mengikuti arahan dari pemerintah daerah dan instansi terkait. Penting untuk selalu memperbarui informasi terkini mengenai aktivitas Gunung Marapi untuk memastikan keselamatan.
Kesimpulannya, peningkatan aktivitas kegempaan Gunung Marapi memerlukan kewaspadaan dan pemantauan berkelanjutan. Meskipun laju emisi SO2 masih rendah, potensi bahaya gas vulkanik lainnya dan kondisi tubuh gunung api yang belum stabil tetap menjadi perhatian utama. Masyarakat diimbau untuk tetap tenang dan mengikuti arahan dari pihak berwenang.