Ancaman Tarif Trump: Rupiah Diperkirakan Melemah Kembali
Ancaman kebijakan tarif baru dari Presiden Trump terhadap Kanada dan Meksiko diprediksi akan kembali melemahkan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, meskipun pertumbuhan PDB AS kuartal IV 2024 lebih rendah dari perkiraan.

Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, kembali mengancam Kanada dan Meksiko dengan kebijakan tarif 25 persen. Ancaman ini, menurut analis mata uang Doo Financial Futures, Lukman Leong, akan membuat nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar AS. Hal ini terjadi di Jakarta pada Jumat, 31 Januari.
Meskipun data pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) AS kuartal IV 2024 menunjukkan angka lebih rendah dari perkiraan (2,3 persen dibandingkan perkiraan 2,6 persen), melemahnya dolar AS hanya bersifat sementara. Defisit neraca perdagangan AS yang mencapai US$ 237 miliar menjadi penyebab pertumbuhan yang lebih rendah dari ekspektasi. Namun, ancaman tarif Trump kembali mendorong penguatan dolar AS dan berdampak negatif pada rupiah.
Lukman Leong menjelaskan, "Rupiah diperkirakan akan kembali melemah terhadap dolar AS yang menguat. Dolar AS yang sempat melemah pasca data pertumbuhan PDB AS kuartal IV 2024 yang lebih rendah dari perkiraan berbalik menguat setelah Trump kembali mengancam tarif 25 persen kepada Kanada dan Meksiko."
Ia menambahkan bahwa importir AS telah mengantisipasi kebijakan Trump dengan melakukan impor jauh sebelum ia menjabat. Hal ini mengurangi dampak langsung dari kebijakan tarif tersebut terhadap perekonomian AS dalam jangka pendek, namun tetap memberikan sentimen negatif bagi pasar mata uang.
Pada pembukaan perdagangan Jumat, rupiah melemah 40 poin (0,25 persen) terhadap dolar AS, mencapai Rp16.297 per dolar AS dari posisi sebelumnya Rp16.257 per dolar AS. Pergerakan ini selaras dengan prediksi pelemahan akibat ancaman kebijakan tarif Trump.
Untuk hari ini, kurs rupiah diperkirakan akan berada di kisaran Rp16.200 hingga Rp16.350 per dolar AS. Pergerakan nilai tukar rupiah akan terus dipantau dengan cermat mengingat ketidakpastian kebijakan ekonomi AS yang masih tinggi.
Kesimpulannya, ancaman tarif Trump, meskipun diiringi dengan pertumbuhan PDB AS yang lebih rendah dari perkiraan, tetap menjadi faktor utama yang mempengaruhi pelemahan rupiah. Situasi ini menunjukkan betapa pentingnya pengaruh kebijakan ekonomi global terhadap perekonomian domestik Indonesia.