Bappeda NTB Fokus Tekan Kemiskinan Lewat Konsumsi Beras dan Rokok
Bappeda NTB menetapkan beras dan rokok sebagai komoditas utama penyebab kemiskinan di NTB, fokus pada peningkatan konsumsi kalori dan menekan kebiasaan merokok.
![Bappeda NTB Fokus Tekan Kemiskinan Lewat Konsumsi Beras dan Rokok](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/0x0/ori/image_bank/2025/01/21/000238.089-bappeda-ntb-fokus-tekan-kemiskinan-lewat-konsumsi-beras-dan-rokok-1.jpg)
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) menetapkan beras dan rokok sebagai fokus utama dalam upaya menekan angka kemiskinan. Hal ini diungkapkan Kepala Bidang Perekonomian dan Sumber Daya Alam Bappeda NTB, Iskandar Zulkarnain, di Mataram pada Senin, 20 Januari.
Beras dan Rokok: Penyumbang Kemiskinan Terbesar
Menurut Iskandar, beras sebagai kebutuhan pokok, dan kebiasaan konsumsi masyarakat, menjadi faktor penting dalam pengukuran kemiskinan. Data BPS menunjukkan bahwa 11,91 persen penduduk NTB masih hidup di bawah garis kemiskinan pada September 2024, meskipun angka ini menurun dari 12,91 persen pada Maret 2024. Analisis lebih lanjut menunjukkan kontribusi signifikan beras dan rokok terhadap angka kemiskinan, terutama di daerah perkotaan dan pedesaan.
Di perkotaan, beras menyumbang 26,22 persen terhadap kemiskinan, diikuti rokok kretek filter sebesar 7,47 persen. Sementara di pedesaan, beras mencapai 30,10 persen dan rokok kretek filter 8,04 persen.
Kebiasaan Konsumsi dan Kalori
Iskandar menjelaskan bahwa kurangnya asupan kalori harian, terutama karena kebiasaan masyarakat yang jarang sarapan, turut berkontribusi pada angka kemiskinan. Meskipun memiliki aset seperti ternak sapi, masyarakat, khususnya di Lombok Utara, seringkali kekurangan asupan kalori harian, meskipun secara ekonomi sebenarnya mampu. Kondisi ini menjadi atensi serius bagi Bappeda NTB.
Tantangan Mengurangi Kebiasaan Merokok
Sementara itu, kebiasaan merokok menjadi tantangan tersendiri. Meskipun harga rokok terus meningkat, hal ini belum cukup untuk mengurangi kebiasaan merokok di masyarakat. Rokok memberikan andil besar terhadap kemiskinan karena pengeluaran untuk rokok cukup signifikan bagi sebagian masyarakat.
Solusi dan Koordinasi
Bappeda NTB berencana berkoordinasi dengan pemerintah daerah kabupaten/kota dan organisasi nirlaba untuk mengatasi masalah ini. Upaya untuk meningkatkan konsumsi gizi seimbang dan mengurangi kebiasaan merokok menjadi fokus utama dalam program penanggulangan kemiskinan NTB ke depannya. Strategi yang komprehensif dan terkoordinasi dibutuhkan untuk menekan angka kemiskinan di NTB secara efektif.
Kesimpulannya, Bappeda NTB menyadari kompleksitas masalah kemiskinan, dan menempatkan intervensi pada pola konsumsi beras dan kebiasaan merokok sebagai langkah strategis dalam upaya menekan angka kemiskinan di Nusa Tenggara Barat.