BARQ Desak Israel Akhiri Blokade Gaza: Krisis Kemanusiaan Mengancam Jutaan Warga Palestina
Barisan Aliansi Resistensi Al-Aqsa (BARQ) mendesak penghentian blokade Gaza oleh Israel, yang telah menyebabkan krisis kemanusiaan akut dan mengancam jutaan warga Palestina dengan kelaparan.

Jakarta, 26 Maret 2025 - Barisan Aliansi Resistensi Al-Aqsa (BARQ) meluncurkan seruan mendesak kepada Israel untuk segera mengakhiri blokade Jalur Gaza. Blokade tersebut dinilai telah menciptakan krisis kemanusiaan yang parah dan mengancam kelangsungan hidup jutaan warga Palestina. Pernyataan ini disampaikan dalam temu media di Jakarta, Rabu, bertepatan dengan peringatan Hari Al-Quds Internasional 2025.
Presidium BARQ, Abbas Husain, menegaskan tuntutan utama organisasi tersebut: penghentian total blokade Gaza. "Kami menuntut dihentikannya blokade total atas Gaza yang telah menciptakan krisis kemanusiaan akut," tegas Husain. Pernyataan ini disampaikan di tengah laporan mengkhawatirkan dari otoritas setempat mengenai kondisi kemanusiaan di Gaza yang semakin memburuk.
Krisis kemanusiaan di Gaza bukan sekadar isu kemanusiaan, melainkan juga pelanggaran HAM yang sistematis. Blokade tersebut telah menyebabkan kekurangan pangan, bahan bakar, dan obat-obatan, yang berdampak langsung pada kesehatan dan kesejahteraan warga Palestina. Kondisi ini diperparah oleh pembatasan akses bantuan kemanusiaan dari luar.
Tuntutan BARQ: Akhiri Blokade dan Adili Penjahat Perang
Selain menuntut diakhirinya blokade, BARQ juga menyampaikan sejumlah tuntutan lain. Mereka mendesak agar seluruh pelaku kejahatan perang Israel diadili sesuai dengan hukum internasional. "Kami menyambut vonis ICC (Mahkamah Pidana Internasional) terhadap Netanyahu sebagai penjahat perang dan menyerukan agar seluruh pelaku kejahatan perang Zionis diadili tanpa kompromi," kata Abbas Husain.
BARQ menekankan pentingnya pertanggungjawaban atas pelanggaran HAM yang terjadi di Gaza. Mereka menyerukan kepada komunitas internasional untuk mengambil tindakan tegas terhadap Israel dan memastikan keadilan bagi korban konflik. Tuntutan ini didasarkan pada prinsip-prinsip hukum internasional dan hak asasi manusia.
Lebih lanjut, BARQ juga mendesak perluasan gerakan Boikot, Divestasi, dan Sanksi (BDS) sebagai bentuk perlawanan terhadap penjajahan Israel. "Kami mengecam hipokrisi negara-negara Barat yang mendukung penjajahan Israel sambil mengklaim menjunjung HAM. Kami mendorong perluasan gerakan boikot, divestasi, dan sanksi (BDS) sebagai langkah nyata melawan kolonialisme modern," ujar Husain.
Gaza Menghadapi Kelaparan Massal
Kondisi di Gaza semakin memprihatinkan. Kepala Kantor Media Pemerintah Gaza, Ismail Thawabteh, menyatakan bahwa Gaza telah memasuki fase pertama kelaparan. "Gaza secara resmi memasuki tahap pertama kelaparan dengan hampir dua juta orang benar-benar kehilangan ketahanan pangan," kata Thawabteh.
Ia menambahkan, "Warga Palestina sedang menghadapi bencana kemanusiaan yang belum pernah terjadi sebelumnya akibat penutupan perbatasan oleh Israel dan penghalangan masuknya bantuan kemanusiaan." Akibat blokade, pasokan makanan pokok di pasar-pasar Gaza menipis. Puluhan toko roti bahkan terpaksa berhenti beroperasi karena kesulitan mendapatkan bahan bakar.
Situasi ini menggambarkan betapa seriusnya dampak blokade Israel terhadap kehidupan warga Palestina di Gaza. Krisis kemanusiaan yang terjadi menuntut respons segera dari komunitas internasional untuk mencegah terjadinya bencana kemanusiaan yang lebih besar.
BARQ berharap tuntutan mereka didengar oleh komunitas internasional dan Israel segera mengakhiri blokade Gaza. Hanya dengan mengakhiri blokade, krisis kemanusiaan di Gaza dapat diatasi dan warga Palestina dapat hidup dengan layak dan terbebas dari ancaman kelaparan.