Basarnas Latih 160 Relawan Tanggap Bencana, Perkuat Mitigasi di Solok Selatan
Basarnas sukses melatih 160 relawan tanggap bencana di Solok Selatan, Sumatera Barat, meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi potensi bencana di wilayah tersebut.

Badan SAR Nasional (Basarnas) baru-baru ini menggelar pelatihan intensif bagi 160 relawan tanggap bencana dan potensi SAR di Kabupaten Solok Selatan, Sumatera Barat. Kegiatan ini bertujuan untuk mengoptimalkan peran serta masyarakat dalam upaya mitigasi bencana di daerah tersebut. Pelatihan ini menjadi krusial mengingat keterbatasan personel Basarnas di Solok Selatan yang hanya berjumlah lima orang.
Direktur Bina Tenaga Basarnas, Marsma TNI Tarjoni, menyatakan bahwa keterlibatan aktif masyarakat sangat diperlukan untuk memastikan respons bencana yang cepat dan tepat. Inisiatif ini merupakan bagian dari upaya Basarnas dalam mengoptimalkan partisipasi publik, terutama di tengah kebijakan efisiensi nasional. Basarnas sendiri berperan sebagai perpanjangan tangan pemerintah dalam penanggulangan bencana, baik di darat, laut, maupun udara.
Pelatihan yang dilaksanakan di Padang Aro pada Jumat, 01 Agustus ini, menjadi langkah strategis untuk memperkuat kapasitas lokal. Wakil Bupati Solok Selatan, Yulian Efi, menyambut baik kehadiran Basarnas dan dukungan pemerintah pusat. Ia menekankan bahwa kegiatan ini bukan hanya relevan untuk kondisi darurat, tetapi juga berfungsi sebagai edukasi jangka panjang bagi masyarakat setempat.
Pentingnya Peran Masyarakat dalam Mitigasi Bencana
Keterbatasan personel Basarnas di daerah menjadi alasan utama mengapa pelatihan relawan sangat dibutuhkan. Dengan hanya lima anggota SAR yang bertugas di Solok Selatan, peran serta masyarakat menjadi vital dalam merespons insiden bencana secara efektif. Pelatihan ini dirancang untuk membekali relawan dengan pengetahuan dan keterampilan dasar yang diperlukan.
Marsma TNI Tarjoni menegaskan bahwa Basarnas memiliki tanggung jawab besar dalam penanggulangan bencana di berbagai medan. Oleh karena itu, pemberdayaan masyarakat melalui pelatihan adalah cara efisien untuk memperluas jangkauan respons. Ini juga sejalan dengan komitmen pemerintah dalam membangun ketahanan bencana di tingkat lokal.
Program pelatihan ini mencerminkan strategi Basarnas untuk menciptakan jejaring respons yang lebih luas dan terdesentralisasi. Dengan adanya relawan yang terlatih, diharapkan setiap kejadian bencana dapat ditangani lebih cepat pada tahap awal. Hal ini secara signifikan dapat mengurangi dampak negatif bencana terhadap masyarakat dan lingkungan.
Apresiasi dan Harapan Pemerintah Daerah
Wakil Bupati Solok Selatan, Yulian Efi, menyampaikan apresiasi tinggi atas inisiatif Basarnas dan pemerintah pusat dalam menyelenggarakan pelatihan ini. Menurutnya, kegiatan semacam ini adalah momentum penting untuk membangun kesadaran kolektif. Ia mengajak seluruh peserta pelatihan untuk menjadi agen kesiapsiagaan di lingkungan masing-masing, memastikan pembelajaran tidak berhenti setelah pelatihan selesai.
Pelatihan ini dianggap sebagai langkah awal yang krusial dalam pembentukan jejaring relawan tangguh di tingkat lokal. Pemerintah daerah berharap kolaborasi antara masyarakat, pemerintah daerah, dan Basarnas akan menghasilkan sistem penanggulangan bencana yang lebih responsif dan inklusif. Wilayah Solok Selatan memiliki tantangan geografis yang kompleks, sehingga sistem yang berkelanjutan sangat diperlukan.
Yulian Efi juga menyatakan harapan agar kegiatan pemberdayaan seperti ini dapat terus berlanjut dan diperluas cakupannya di masa mendatang. Koordinasi yang kuat dan solid antarpihak menjadi kunci utama dalam menghadapi berbagai potensi bencana. Dengan demikian, Solok Selatan dapat lebih siap dalam mengelola risiko bencana yang mungkin terjadi.
Metode Pelatihan dan Tujuan Praktis
Kegiatan pemberdayaan relawan ini dilaksanakan melalui kombinasi metode penyampaian materi dan simulasi praktis. Pendekatan ini dirancang untuk memberikan pemahaman yang komprehensif dan kemampuan aplikatif kepada para relawan. Materi yang disampaikan mencakup dasar-dasar penanggulangan bencana, teknik pertolongan pertama, serta prosedur evakuasi yang aman.
Tujuan utama dari metode ini adalah untuk membekali relawan dengan keterampilan yang dapat langsung diterapkan di lapangan. Simulasi memungkinkan peserta untuk merasakan skenario bencana yang realistis, sehingga mereka dapat berlatih mengambil keputusan cepat di bawah tekanan. Ini sangat penting untuk membangun kepercayaan diri dan efektivitas tim relawan.
Dengan perpaduan teori dan praktik, diharapkan para relawan tidak hanya memahami konsep mitigasi bencana, tetapi juga mampu bertindak secara efektif saat dibutuhkan. Pelatihan ini merupakan investasi jangka panjang dalam membangun kapasitas masyarakat untuk melindungi diri dan sesama dari dampak bencana.