Batik Ramah Lingkungan: Inovasi Lilin Kelapa Sawit Berkelanjutan di Inacraft 2025
Inacraft 2025 menjadi saksi peluncuran batik berlilin kelapa sawit berkelanjutan, sebuah inovasi yang memadukan budaya Indonesia dengan praktik ramah lingkungan dan membuka peluang pasar baru bagi UMKM.
![Batik Ramah Lingkungan: Inovasi Lilin Kelapa Sawit Berkelanjutan di Inacraft 2025](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/0x0/ori/image_bank/2025/02/06/230311.696-batik-ramah-lingkungan-inovasi-lilin-kelapa-sawit-berkelanjutan-di-inacraft-2025-1.jpg)
Jakarta, 6 Februari 2025 - Inacraft 2025 menjadi panggung bagi sebuah inovasi yang menarik perhatian: peluncuran batik dengan lilin (malam) berbasis kelapa sawit berkelanjutan. Kolaborasi antara Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan (FPKBL), WWF, RSPO, dan Daemeter menandai langkah signifikan dalam memadukan warisan budaya Indonesia dengan praktik bisnis yang ramah lingkungan.
Inovasi Batik Ramah Lingkungan
Penggunaan lilin kelapa sawit berkelanjutan dalam pembuatan batik menawarkan solusi inovatif. Menurut Angga Prathama Putra, Sustainable Commodities Lead WWF-Indonesia, batik ini diharapkan menjadi produk unggulan karena menggabungkan kekayaan budaya Indonesia dengan komitmen terhadap keberlanjutan. Konsumen, imbuhnya, turut berkontribusi pada pelestarian lingkungan dengan membeli produk ini.
Angga menekankan pentingnya mempromosikan praktik berkelanjutan dalam berbagai produk untuk memberikan konsumen pilihan yang bertanggung jawab. Ia juga melihat potensi besar perpaduan budaya dan keberlanjutan untuk menjawab tantangan pasar domestik yang semakin peduli terhadap produk ramah lingkungan.
Kolaborasi dalam proyek ini, menurut Angga, sangat penting. Kerja sama dengan FPKBL, misalnya, menjadi langkah strategis untuk menginspirasi pembatik lain di Indonesia. WWF-Indonesia sendiri memberikan pelatihan Rencana Aksi Berkelanjutan kepada FPKBL untuk memastikan penggunaan lilin batik bersertifikasi RSPO.
Potensi Kelapa Sawit Berkelanjutan
Prama Yudha Amdan, Head of Corporate Communications Apical Group, menyebut peluncuran batik ini sebagai terobosan penting dalam industri. Ia menyoroti potensi kelapa sawit yang selama ini dikenal sebagai komoditas utama, kini dapat diolah menjadi berbagai produk, termasuk bahan baku untuk batik.
Prama menambahkan, "Kelapa sawit adalah tanaman masa depan karena rentang produk turunannya sangat luas mulai dari untuk konsumsi hingga bahan bakar. Mulai dari kebutuhan dapur sampai pembuatan avtur." Hal ini menunjukkan diversifikasi produk turunan kelapa sawit yang dapat memberikan manfaat ekonomi dan lingkungan.
M Windrawan Inantha, Deputy Director Market Transformation, melihat penerapan standar keberlanjutan di seluruh rantai pasok kelapa sawit membuka peluang baru bagi berbagai industri, termasuk sektor kreatif seperti batik. Ia menekankan bahwa pendekatan inovatif ini menguntungkan semua pihak, terutama UMKM.
Harapan untuk Masa Depan
Keberhasilan peluncuran batik berlilin kelapa sawit berkelanjutan ini diharapkan dapat menginspirasi pelaku usaha lain untuk menerapkan nilai-nilai keberlanjutan. WWF-Indonesia juga berharap produk ini dapat terhubung dengan pasar dan industri dampingan mereka. Langkah ini menunjukkan potensi besar dalam menggabungkan pelestarian lingkungan dengan perkembangan ekonomi yang berkelanjutan.
Inovasi ini juga menunjukkan bagaimana kolaborasi antar berbagai pihak, dari organisasi lingkungan hingga pelaku usaha, dapat menghasilkan produk yang bernilai budaya dan ramah lingkungan. Dengan demikian, konsumen dapat menikmati keindahan batik sambil berkontribusi pada pelestarian lingkungan.
Ke depannya, diharapkan lebih banyak lagi inovasi serupa yang muncul, sehingga Indonesia dapat menjadi contoh dalam memadukan budaya, ekonomi, dan keberlanjutan lingkungan.