Apical Luncurkan Lilin Batik Ramah Lingkungan dari Sawit Berkelanjutan
Apical Group berkolaborasi dengan WWF-Indonesia dan FPKBL meluncurkan lilin batik berbahan sawit berkelanjutan di INACRAFT 2025, mendorong hilirisasi sawit dan praktik bisnis ramah lingkungan.
![Apical Luncurkan Lilin Batik Ramah Lingkungan dari Sawit Berkelanjutan](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/0x0/ori/image_bank/2025/02/07/130038.288-apical-luncurkan-lilin-batik-ramah-lingkungan-dari-sawit-berkelanjutan-1.jpg)
Jakarta, 7 Februari 2025 - Produsen kelapa sawit terkemuka, Apical Group, membuat gebrakan baru di industri batik Indonesia. Mereka memperkenalkan lilin batik atau malam yang terbuat dari kelapa sawit berkelanjutan, sebuah inovasi yang memadukan warisan budaya Indonesia dengan komitmen terhadap lingkungan.
Inovasi Lilin Batik Ramah Lingkungan
Penggunaan lilin batik berbahan sawit berkelanjutan ini pertama kali diperkenalkan di ajang INACRAFT 2025 di Jakarta Convention Center (JCC). Kolaborasi Apical dengan Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan (FPKBL), WWF-Indonesia, dan RSPO (Roundtable on Sustainable Palm Oil) menghasilkan produk batik ramah lingkungan yang siap memasuki pasar.
"Batik ini diharapkan menjadi produk unggulan karena memadukan keunikan budaya Indonesia dengan praktik berkelanjutan," ujar Head of Corporate Communications Apical Group, Prama Yudha Amdan. Inovasi ini bukan hanya sekadar produk baru, tetapi juga terobosan penting dalam industri batik dan hilirisasi kelapa sawit.
Bahan baku lilin batik ini adalah Hydrogenated Palm Stearin (HPS), produk turunan kelapa sawit yang diproduksi Apical. Langkah ini menunjukkan potensi kelapa sawit yang melampaui komoditas semata, dan membuka peluang ekonomi baru bagi UMKM.
Hilirisasi Sawit dan Dampak Ekonomi
Prama Yudha menambahkan, "Ketika industri lain baru bersiap melaksanakan hilirisasi, kami (kelapa sawit) sudah rampung. Bahkan efek dorongan ekonomi yang terjadi tidak hanya pada aktivitas usaha padat modal, tapi juga dirasakan aktivitas usaha kecil dan menengah seperti para perajin batik ini." Hal ini membuktikan komitmen Apical dalam mendorong pertumbuhan ekonomi berkelanjutan.
Kolaborasi ini memberikan dampak positif bagi para perajin batik. Mereka mendapatkan akses ke bahan baku berkualitas dan berkelanjutan, sekaligus meningkatkan daya saing produk mereka di pasar.
Dukungan WWF-Indonesia dan RSPO
WWF-Indonesia berperan penting dalam memastikan keberlanjutan proses produksi. Angga Prathama Putra, Sustainable Commodities Lead WWF-Indonesia, menjelaskan, "Pelestarian lingkungan dan praktik berkelanjutan harus dilakukan secara kolaborasi." WWF-Indonesia memberikan pelatihan dan pendampingan kepada FPKBL dalam menyusun rencana aksi dan mendapatkan sertifikasi RSPO.
Proses sertifikasi ini meliputi audit Supply Chain Certification Standard (SCCS) untuk memastikan seluruh rantai pasok memenuhi standar RSPO. "Batik ramah lingkungan ini merupakan jawaban bagi konsumen yang ingin memastikan produk yang dibeli tidak berkontribusi pada kerusakan lingkungan," tambah Angga.
Membuka Peluang Pasar Baru
Deputy Director Market Transformation RSPO, M Windrawan Inantha, menyatakan keyakinannya bahwa standar keberlanjutan di seluruh rantai pasok kelapa sawit membuka peluang baru bagi berbagai industri. Inovasi ini menjadi contoh nyata bagaimana produk berbasis kelapa sawit berkelanjutan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.
"Kami berharap inovasi seperti ini dapat menjadi role model bagi industri lainnya untuk mengadopsi praktik bisnis berkelanjutan, sekaligus dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan manfaat produk berbasis kelapa sawit yang berkelanjutan," tutup Windrawan.
Ke depannya, diharapkan lilin batik berbahan sawit berkelanjutan ini dapat diterima luas oleh pasar dan menginspirasi pelaku usaha lain untuk menerapkan prinsip-prinsip keberlanjutan dalam bisnis mereka. Inovasi ini menjadi bukti nyata bahwa pertumbuhan ekonomi dan pelestarian lingkungan dapat berjalan beriringan.