BCA Catat 3-4 Miliar Serangan Siber di Tahun 2024, Sistem Keamanan Tetap Kokoh
Bank BCA melaporkan peningkatan drastis serangan siber di tahun 2024, mencapai 3-4 miliar serangan, namun menegaskan sistem keamanan mereka tetap handal dan mampu mencegah serangan.

Tangerang, 22 Februari 2024 - Bank Central Asia (BCA) melaporkan peningkatan signifikan serangan siber yang mereka hadapi sepanjang tahun 2024. EVP Group Strategic IT BCA, David Formula, mengungkapkan bahwa jumlah serangan mencapai angka yang fantastis, yaitu tiga hingga empat miliar serangan. Angka ini jauh meningkat dibandingkan tahun 2023 yang hanya mencatat 1,9 miliar serangan. Serangan tersebut menyasar berbagai sektor, dengan perusahaan IT menjadi target utama para peretas.
Meskipun perbankan berada di urutan ketujuh dalam daftar target serangan siber, jumlah serangan yang diterima BCA tetap mengkhawatirkan. David Formula menjelaskan, "Meski perbankan berada di urutan ketujuh dari sasaran hacker, kami mencatat ada tiga hingga empat miliar selama 2024. Jumlah ini meningkat dari 2023 yang tercatat ada 1,9 miliar serangan siber." Peningkatan ini menunjukkan tren global yang mengkhawatirkan, di mana kejahatan siber semakin canggih dan masif.
BCA, sebagai salah satu bank terbesar di Indonesia dengan 32 juta pelanggan dan 180 juta transaksi per hari, menganggap keamanan dan kenyamanan pelanggan sebagai prioritas utama. Oleh karena itu, peningkatan jumlah serangan siber ini menjadi tantangan serius yang harus dihadapi oleh pihak bank. Langkah-langkah antisipasi dan mitigasi risiko menjadi sangat krusial untuk menjaga integritas sistem dan melindungi data nasabah.
Jenis Serangan Siber dan Upaya Pencegahan
David Formula menjelaskan bahwa jenis serangan siber yang paling sering terjadi di sektor perbankan adalah Distributed Denial-of-Service (DDoS) dan malware. Serangan DDoS bertujuan untuk melumpuhkan layanan jaringan dengan membanjiri server, jaringan, atau situs web dengan lalu lintas data yang berlebihan. Sementara itu, malware merupakan perangkat lunak berbahaya yang dirancang untuk merusak sistem komputer, server, atau jaringan komputer.
Beruntungnya, tim IT BCA sejauh ini mampu mengantisipasi dan mencegah serangan-serangan tersebut melumpuhkan sistem jaringan BCA. "Sejauh ini, Tim IT bisa melakukan antisipasi dan tidak ada serangan yang berhasil melumpuhkan sistem jaringan BCA," kata David Formula. Keberhasilan ini menunjukkan efektifitas strategi keamanan siber yang diterapkan oleh BCA.
BCA juga secara aktif berkoordinasi dengan penyedia layanan internet di berbagai negara untuk menanggulangi serangan siber yang berasal dari luar negeri. Kerjasama internasional ini penting untuk mencegah serangan serupa terhadap perbankan lain di Indonesia. Selain itu, BCA juga melaporkan setiap insiden serangan siber kepada Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk menjaga stabilitas sistem keuangan nasional.
Imbauan kepada Pelanggan
EVP Contact Center & Digital Services BCA, Adrianus Wagimin, mengimbau kepada seluruh pelanggan BCA untuk selalu waspada dan melaporkan segala kecurigaan aktivitas mencurigakan melalui call center resmi. Hal ini penting untuk mencegah kerugian akibat berbagai modus penipuan yang marak terjadi.
Adrianus Wagimin mengingatkan pelanggan agar tidak memberikan data pribadi kepada orang yang tidak dikenal, meskipun dengan iming-iming hadiah. "Kami imbau kepada pelanggan, agar tidak memberikan data pribadi apapun kepada orang tak dikenal dengan iming - iming hadiah. Karena ini modus yang kerap terjadi," ujarnya. Penting bagi nasabah untuk selalu menjaga kerahasiaan data pribadi dan berhati-hati terhadap upaya-upaya phishing.
BCA terus berupaya meningkatkan sistem keamanan sibernya untuk melindungi data nasabah dan menjaga kelancaran operasional. Kerjasama dengan berbagai pihak, baik dalam negeri maupun luar negeri, menjadi kunci dalam menghadapi tantangan kejahatan siber yang semakin kompleks.