Beban Berat Pemerintahan Prabowo-Gibran: Tantangan Ekonomi dan Politik
Pakar Unej menyoroti beban berat pemerintahan Prabowo-Gibran, dihadapkan pada janji politik populis, utang negara, proyek infrastruktur, dan dinamika politik dalam negeri.
Pakar politik Universitas Jember (Unej) menyoroti tantangan besar yang dihadapi pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka. Kombinasi janji kampanye yang populis, beban utang negara yang signifikan, dan proyek infrastruktur yang telah berjalan, menciptakan situasi yang kompleks bagi pemerintahan baru ini. Situasi ini diungkap dalam sebuah siniar (podcast) bertajuk '100 hari pemerintahan Prabowo-Gibran dan peluncuran buku Jalan Terjal Etika Politik, Catatan Pilu Pemilu 2024' di Unej, Jumat (7/7).
Janji Politik vs. Anggaran Terbatas
Andang Subaharianto, pakar politik dan budaya Unej, menjelaskan dilema yang dihadapi pemerintahan Prabowo-Gibran. Di satu sisi, mereka harus memenuhi janji-janji kampanye yang berorientasi pada rakyat, seperti program makan bergizi gratis (MBG) dan bantuan sosial. Di sisi lain, anggaran negara yang tersedia terbatas. Ini menciptakan tantangan besar dalam mengalokasikan sumber daya secara efektif dan efisien.
Situasi ini diperparah oleh kewajiban pembayaran utang negara yang cukup besar di tahun ini dan tahun depan. Pemerintah terpaksa melakukan kebijakan efisiensi di berbagai sektor, yang berpotensi menghambat pertumbuhan ekonomi.
Proyek Infrastruktur Warisan dan Target Pertumbuhan Ekonomi
Selain masalah anggaran dan utang, pemerintahan Prabowo-Gibran juga mewarisi proyek infrastruktur besar seperti Ibu Kota Nusantara (IKN). Proyek ini membutuhkan pendanaan dan manajemen yang cermat, menambah beban pemerintahan yang sudah berat. Target pertumbuhan ekonomi 8 persen yang telah dicanangkan juga menjadi tantangan tersendiri, mengingat kebijakan efisiensi yang diterapkan.
Andang Subaharianto menekankan pentingnya prioritas dan pemilihan program yang tepat. Pemerintah harus mampu menentukan program mana yang harus didahulukan untuk mencapai keseimbangan antara pemenuhan janji politik dan keberlanjutan ekonomi.
Dinamika Politik dan Potensi Permasalahan
Tidak hanya tantangan ekonomi, pemerintahan Prabowo-Gibran juga menghadapi dinamika politik yang kompleks. Kontroversi dan polemik yang menyertai kemenangan mereka di Pilpres menjadi potensi permasalahan yang perlu diantisipasi. Ikhwan Setiawan, Dosen Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Unej, menggambarkan situasi politik saat ini sebagai 'politik deg-degan'.
Meskipun didukung mayoritas parlemen, pemerintahan ini menghadapi berbagai isu, seperti kasus pagar laut dan kisruh elpiji bersubsidi. Pernyataan Sufmi Dasco Ahmad, petinggi Gerindra, tentang adanya menteri yang kurang seirama, semakin memperkuat kekhawatiran akan potensi konflik internal kabinet.
Kesimpulan: Tantangan Kepemimpinan Prabowo
Buku karya Andang Subaharianto, yang diluncurkan dalam siniar tersebut, menyoroti peran sentral Prabowo Subianto dalam pemerintahan. Masa lalu Prabowo, gagasan-gagasannya, dan orang-orang di sekitarnya akan menjadi faktor penentu dalam dinamika politik dan ekonomi Indonesia ke depan. Pemerintahan Prabowo-Gibran menghadapi tantangan berat, memerlukan strategi dan kepemimpinan yang kuat untuk mengatasi berbagai permasalahan yang ada dan mencapai tujuan-tujuan yang telah dicanangkan.
Keberhasilan pemerintahan ini dalam mengelola ekonomi, mengatasi dinamika politik, dan memenuhi janji-janji kampanye akan menentukan stabilitas dan kemajuan Indonesia di masa mendatang. Tantangan yang dihadapi bukan hanya sekedar masalah teknis, tetapi juga ujian kepemimpinan yang sesungguhnya.