BI: Penurunan Suku Bunga di Perbankan Butuh Waktu Hingga Dua Triwulan
Bank Indonesia (BI) memprediksi penurunan suku bunga di perbankan akan memakan waktu hingga dua triwulan setelah BI-Rate diturunkan menjadi 5,75 persen pada Januari 2025.

Bank Indonesia (BI) mengumumkan bahwa penurunan suku bunga acuan (BI-Rate) pada Januari 2025 lalu, yang kini berada di angka 5,75 persen, belum serta merta berdampak pada penurunan suku bunga kredit dan simpanan di perbankan nasional. Deputi Gubernur BI, Juda Agung, menjelaskan bahwa proses penyesuaian ini membutuhkan waktu yang tidak singkat, diperkirakan antara satu hingga dua triwulan.
Dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI bulan Februari 2025, Juda Agung menekankan, "Untuk di dana pihak ketiga (DPK) atau suku bunga dana dan suku bunga kredit, memang perlu waktu antara 1 triwulan sampai 2 triwulan." Hal ini berarti, masyarakat perlu bersabar untuk merasakan dampak penurunan BI-Rate terhadap biaya pinjaman dan bunga simpanan mereka.
Meskipun dampak penurunan BI-Rate belum terlihat signifikan di suku bunga perbankan, Juda Agung menyatakan bahwa transmisi kebijakan moneter BI telah terlihat di pasar uang. Hal ini terlihat dari penurunan suku bunga pasar uang (IndONIA) menjadi 5,70 persen pada 18 Februari 2025, turun dari 6,02 persen di awal Januari 2025. Namun, data BI menunjukkan bahwa suku bunga deposito 1 bulan dan suku bunga kredit pada Januari 2025 masih relatif stabil di angka 4,81 persen dan 9,20 persen.
BI Pertahankan BI-Rate di Level 5,75 Persen
Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada 18 dan 19 Februari 2025 memutuskan untuk mempertahankan BI-Rate di level 5,75 persen. Keputusan ini diambil setelah mempertimbangkan berbagai faktor ekonomi makro. Suku bunga deposit facility dan lending facility juga tetap dipertahankan masing-masing di level 5 persen dan 6,5 persen.
Meskipun suku bunga perbankan belum menunjukkan penurunan signifikan, BI mencatat pertumbuhan kredit perbankan yang positif. Pertumbuhan kredit mencapai 10,27 persen year on year (yoy) pada Januari 2025, didorong oleh peningkatan permintaan dan penawaran. Likuiditas perbankan juga dinilai memadai, tercermin dari rasio alat liquid terhadap dana pihak ketiga (AL/DPK) yang tinggi, yaitu 26,03 persen pada Januari 2025.
BI optimistis bahwa penurunan suku bunga di perbankan akan segera menyusul. Namun, proses ini membutuhkan waktu dan kesabaran. BI akan terus memantau perkembangan situasi ekonomi dan melakukan penyesuaian kebijakan moneter jika diperlukan.
Penjelasan Lebih Lanjut Mengenai Transmisi Kebijakan Moneter
Transmisi kebijakan moneter BI, meskipun telah terlihat dampaknya di pasar uang, membutuhkan waktu untuk sepenuhnya berdampak pada suku bunga perbankan. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk mekanisme penentuan suku bunga di masing-masing bank, kondisi likuiditas perbankan, dan ekspektasi inflasi.
BI terus memantau perkembangan suku bunga perbankan dan akan melakukan evaluasi secara berkala. Kejelasan waktu yang dibutuhkan untuk penurunan suku bunga di perbankan ini diharapkan dapat memberikan kepastian kepada pelaku usaha dan masyarakat.
Data yang dirilis BI menunjukkan bahwa pertumbuhan kredit yang kuat dan likuiditas perbankan yang memadai menjadi indikator positif bagi perekonomian Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa sektor perbankan dalam kondisi yang sehat dan siap mendukung pertumbuhan ekonomi ke depan.
Meskipun penurunan suku bunga di perbankan belum terlihat secara langsung, BI menekankan bahwa kebijakan moneter yang telah diambil bertujuan untuk menjaga stabilitas ekonomi makro dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. BI akan terus berkomitmen untuk menjalankan tugasnya dalam menjaga stabilitas sistem keuangan Indonesia.
Secara keseluruhan, BI optimis terhadap prospek ekonomi Indonesia ke depan. Dengan kebijakan moneter yang tepat dan kondisi likuiditas perbankan yang memadai, diharapkan perekonomian Indonesia dapat terus tumbuh secara berkelanjutan dan inklusif.