BKSDA Sulsel Bantah Tudingan Pembalakan Liar di Lembanna Malino
Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sulawesi Selatan membantah adanya pembalakan liar di Lembanna Malino, menjelaskan bahwa penebangan pohon yang terjadi hanya melibatkan pohon mati atau yang akan roboh untuk alasan keamanan.

BKSDA Sulsel Bantah Tudingan Pembalakan Liar di Lembanna Malino
Beredar kabar adanya pembalakan liar pohon pinus di Kawasan Taman Wisata Alam (TWA) Lembanna Malino, Kecamatan Tinggimoncong, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Namun, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sulawesi Selatan membantahnya. Kepala Bidang KSDA Wilayah II Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Sulawesi, Mustari Tepu, menegaskan bahwa pohon-pohon yang ditebang merupakan pohon mati atau pohon yang hampir roboh dan membahayakan pengunjung. Pernyataan ini disampaikannya pada Selasa, 28 Januari 2024.
Mustari menjelaskan kesalahpahaman ini muncul dari miskomunikasi antara petugas lapangan dan masyarakat sekitar. BKSDA telah gencar melakukan sosialisasi tentang perlindungan hutan di kawasan konservasi. Lebih lanjut, BKSDA bersama Masyarakat Mitra Polisi Kehutanan (MMPK) rutin melakukan patroli untuk mencegah pembalakan ilegal dan perusakan hutan. Kerja sama dengan masyarakat setempat juga dijalin untuk menjaga kelestarian hutan.
Tidak hanya sebatas pencegahan, BKSDA juga menindak tegas pelanggaran sesuai Undang-undang nomor 32 tahun 2024 tentang Perubahan Atas Undang-undang nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistemnya (KSDAE). Sanksi bagi individu bisa berupa hukuman penjara 2-11 tahun dan denda Rp50 juta-Rp5 miliar, sedangkan korporasi terancam hukuman lebih berat, yaitu penjara 4-40 tahun dan denda Rp200 juta-Rp50 miliar.
BKSDA optimistis bahwa TWA Lembanna Malino tetap terjaga kelestariannya, bahkan menjadi destinasi wisata. Hal ini juga merupakan upaya untuk memberikan efek jera bagi para pelaku pembalakan liar.
Sebelumnya, seorang pengunjung bernama Rustam dan rekan-rekannya menemukan potongan pohon pinus di TWA Lembanna Malino. Rustam, yang juga seorang aktivis lingkungan, mempertanyakan penebangan pohon tersebut menggunakan mesin pemotong di kawasan hutan lindung. Ia mendesak Gakkum Ditjen KLHK Wilayah Sulawesi untuk segera menindaklanjuti temuan ini.
Namun, penjelasan BKSDA menekankan bahwa penebangan yang dilakukan hanya untuk menjaga keselamatan pengunjung dan bukan merupakan pembalakan liar. Mereka juga menyoroti pentingnya kerja sama dengan masyarakat dan penegakan hukum untuk menjaga kelestarian hutan di kawasan tersebut.