BNPT Sasar Gen Z dan Gen Alpha Cegah Terorisme: Bahaya Radikalisasi di Era Digital
BNPT fokus cegah radikalisme pada Gen Z dan Gen Alpha lewat kontra-radikalisasi dan deradikalisasi, hadapi ancaman terorisme di era digital.

Jakarta, 23 April 2024 - Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) meluncurkan program pencegahan terorisme yang menyasar Generasi Z (11-28 tahun) dan Generasi Alpha (1-15 tahun). Langkah ini diambil merespon data Indeks Potensi Radikalisme (IPR) 2022 yang menunjukkan angka radikalisasi tertinggi justru berada pada Gen Z, mencapai 10,4 persen.
Kepala BNPT, Komjen Pol. Eddy Hartono, mengungkapkan keprihatinannya terhadap potensi brainwash yang dapat dialami Gen Z dan Gen Alpha. Beliau menekankan pentingnya langkah pencegahan dini mengingat tingginya angka radikalisasi di kalangan generasi muda. "Jadi jangan sampai Gen Z atau Gen Alpha ini di-brainwash dengan berbagai isu dari penyebar radikalisasi," tegas Komjen Pol. Eddy dalam Rapat Kerja Nasional Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Ke-12.
Kemudahan akses informasi dan kemajuan teknologi digital yang telah menjadi bagian integral kehidupan Gen Z dan Gen Alpha, sayangnya, juga disalahgunakan oleh kelompok radikal. Propaganda, perekrutan, pelatihan, hingga pendanaan terorisme kini semakin mudah disebar melalui internet. Situasi ini diperparah dengan peningkatan aktivitas pro-terorisme daring pasca pandemi COVID-19.
Strategi BNPT dalam Pencegahan Terorisme
BNPT menerapkan tiga strategi utama dalam upaya pencegahan tindak pidana terorisme: kesiapsiagaan nasional, kontra-radikalisasi, dan deradikalisasi. Kesiapsiagaan nasional meliputi pemberdayaan masyarakat, penguatan aparatur, perlindungan dan peningkatan sarana prasarana, serta pengembangan kajian terorisme. Langkah ini bertujuan untuk memperkuat fondasi keamanan nasional dalam menghadapi ancaman terorisme.
Kontra-radikalisasi dijalankan melalui kegiatan kontranarasi, kontrapropaganda, dan kontraideologi. Strategi ini fokus pada melawan penyebaran paham radikal dengan memberikan pemahaman yang benar dan menetralisir propaganda menyesatkan. BNPT berupaya aktif memberikan pemahaman yang benar dan menetralisir pengaruh propaganda kelompok radikal.
Sementara itu, deradikalisasi dilakukan secara terencana, terpadu, sistematis, dan berkesinambungan. Proses ini bertujuan untuk menghilangkan atau mengurangi pemahaman radikal terorisme yang telah tertanam. "Deradikalisasi dilaksanakan oleh Tim Koordinasi Deradikalisasi yang terdiri dari perwakilan kementerian/lembaga terkait," jelas Komjen Pol. Eddy. Tim ini bekerja sama untuk memastikan proses deradikalisasi efektif dan menyeluruh.
Pentingnya Peran Masyarakat dan Teknologi
Peran serta masyarakat sangat penting dalam upaya pencegahan terorisme. Kewaspadaan terhadap penyebaran paham radikal di lingkungan sekitar dan melaporkan aktivitas mencurigakan kepada pihak berwenang merupakan langkah krusial. Selain itu, literasi digital yang baik juga sangat penting untuk meningkatkan ketahanan generasi muda terhadap propaganda radikalisme online.
BNPT juga menyadari pentingnya memanfaatkan teknologi dalam melawan terorisme. Pemantauan media sosial dan internet untuk mendeteksi penyebaran propaganda radikal merupakan bagian dari strategi kontra-radikalisasi. Selain itu, BNPT juga berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk mengembangkan teknologi yang dapat membantu dalam pencegahan dan penanggulangan terorisme.
Dalam menghadapi tantangan era digital, strategi BNPT yang komprehensif ini diharapkan mampu mencegah penyebaran paham radikalisme dan melindungi generasi muda Indonesia dari ancaman terorisme. Upaya kolaboratif antara pemerintah, masyarakat, dan berbagai pihak terkait sangat penting untuk keberhasilan program ini.
Gen Z dan Gen Alpha merupakan aset bangsa yang perlu dijaga dan dilindungi dari ancaman radikalisme. Dengan strategi yang tepat dan kolaborasi yang kuat, Indonesia dapat menciptakan lingkungan yang aman dan kondusif bagi generasi penerus bangsa.