Indonesia Terapkan Strategi Seimbang Lawan Terorisme: Gabungan Pendekatan Keras dan Lunak
BNPT Indonesia memadukan pendekatan keras dan lunak dalam strategi kontra-terorisme untuk mencegah ancaman terorisme yang masih ada pasca-penyerahan diri Jamaah Islamiyah.

Indonesia terus berupaya melawan ancaman terorisme dengan strategi seimbang yang menggabungkan pendekatan keras dan lunak. Hal ini disampaikan oleh Deputi Kerja Sama Internasional Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Andhika Chrisnayudhanto, dalam Forum Keamanan Global (GSF) di Doha, Qatar pada 30 April 2025. Ancaman terorisme di Indonesia tetap ada meskipun organisasi radikal Jamaah Islamiyah (JI) telah dibubarkan. Strategi ini difokuskan pada pencegahan ancaman potensial yang belum hilang pasca-pembubaran JI, serta tren ancaman lone wolf dan radikalisasi pemuda.
Menurut Andhika, BNPT akan terus berinteraksi dengan ribuan mantan anggota JI dan memastikan bahwa mereka yang tidak terlibat dalam deklarasi pembubaran memahami sepenuhnya konsekuensinya. Pendekatan seimbang ini dinilai penting untuk mencegah munculnya ancaman baru dan memastikan stabilitas keamanan nasional. Hal ini sejalan dengan komitmen Indonesia dalam memerangi terorisme secara komprehensif.
Pernyataan Andhika ini disampaikan dalam panel diskusi bertajuk "How Terrorism Ends: A Law Enforcement Case Study from Southeast Asia" di GSF 2025. Diskusi ini juga membahas peran aktor non-negara dalam jaringan kejahatan terorganisir, termasuk kelompok teroris, yang berpotensi membahayakan keamanan global. Perdana Menteri dan Menteri Luar Negeri Qatar, Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al-Thani, menekankan bahwa aktor non-negara ini sering mengeksploitasi kelemahan keamanan suatu wilayah, kekacauan yang merajalela, dan ketidakpuasan publik terhadap pemerintah.
Strategi Kontra-Terorisme Indonesia: Sebuah Pendekatan Berimbang
Strategi kontra-terorisme Indonesia yang dibahas di GSF menekankan pentingnya pendekatan terintegrasi. BNPT tidak hanya fokus pada penindakan hukum (hard approach) terhadap pelaku terorisme, tetapi juga pada upaya deradikalisasi dan pencegahan (soft approach) untuk menanggulangi akar masalah terorisme. Pendekatan ini melibatkan berbagai pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, masyarakat sipil, dan tokoh agama.
Salah satu fokus utama adalah rehabilitasi dan reintegrasi mantan anggota kelompok teroris. BNPT memberikan dukungan dan bimbingan kepada mereka agar dapat kembali ke kehidupan masyarakat dan menghindari kembali ke jalan radikalisme. Upaya ini termasuk pelatihan vokasi, konseling psikologis, dan bantuan ekonomi.
Selain itu, BNPT juga aktif dalam kampanye pencegahan radikalisasi, terutama di kalangan pemuda. Program-program edukasi dan sosialisasi dilakukan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang bahaya terorisme dan pentingnya nilai-nilai toleransi dan moderasi. Upaya ini bertujuan untuk membentengi generasi muda dari pengaruh ideologi ekstremis.
Partisipasi Indonesia di Forum Keamanan Global
Keikutsertaan Indonesia dalam GSF 2025 menyoroti kemajuan positif negara dalam memerangi terorisme dan ekstremisme kekerasan. Indonesia memberikan contoh praktik terbaik bagi komunitas internasional dalam hal strategi kontra-terorisme yang komprehensif dan berimbang. Partisipasi ini juga menunjukkan komitmen Indonesia dalam kerja sama internasional untuk mengatasi ancaman keamanan global.
GSF 2025 sendiri mengangkat tema "The Impact of Non-State Actors on Global Security", membahas berbagai isu keamanan global, termasuk peran aktor non-negara dalam perang siber dan informasi, pengaruh sektor swasta pada keamanan energi dan lingkungan, dampak aktor non-negara di zona konflik terhadap kedaulatan dan stabilitas negara, serta strategi untuk memerangi kejahatan terorganisir yang melibatkan jaringan ilegal dan penyanderaan lintas batas.
Partisipasi aktif Indonesia dalam forum internasional seperti GSF menunjukkan komitmen negara dalam membangun kerja sama global untuk mengatasi tantangan keamanan bersama. Indonesia secara konsisten berbagi pengalaman dan pengetahuan dalam memerangi terorisme, sekaligus belajar dari negara-negara lain untuk meningkatkan efektivitas strategi kontra-terorisme.
Dengan menggabungkan pendekatan keras dan lunak, Indonesia berupaya untuk menciptakan lingkungan yang aman dan kondusif bagi masyarakat, sekaligus mencegah munculnya ancaman terorisme di masa depan. Strategi ini menjadi contoh bagi negara-negara lain dalam menghadapi tantangan serupa.