BPBD Kalsel Tingkatkan Kesiapsiagaan Tangani Karhutla: Kalimantan Selatan Peringkat Kedua Nasional Rawan Bencana
BPBD Kalsel tingkatkan perencanaan dan kapasitas SDM untuk tangani karhutla melalui simulasi terpadu. Bagaimana strategi mereka menghadapi ancaman kebakaran hutan dan lahan?

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) secara proaktif meningkatkan sistem perencanaan mitigasi bencana. Upaya ini juga diikuti dengan peningkatan kapasitas sumber daya manusia (SDM) di lapangan. Langkah strategis ini bertujuan untuk memahami situasi dan respons yang efektif dalam penanganan.
Peningkatan kapasitas ini diwujudkan melalui serangkaian kegiatan simulasi komprehensif. Simulasi tersebut meliputi Table Top Exercise (TTX) dan Command Post Exercise (CPX). Kegiatan ini melibatkan berbagai lembaga terkait di Banjarbaru pada Senin lalu.
Menurut Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Kalsel, Bambang Dedi Mulyadi, simulasi ini adalah koordinasi terpadu. Ini merupakan langkah krusial dalam menghadapi ancaman karhutla. Terutama menjelang musim kemarau yang berpotensi meningkatkan risiko kebakaran hutan dan lahan.
Strategi Kolaboratif Hadapi Ancaman Karhutla
Keberhasilan dalam penanggulangan karhutla sangat bergantung pada sinergi dan keterpaduan lintas lembaga. Bambang Dedi Mulyadi menekankan pentingnya koordinasi yang kuat antarpihak terkait. Hal ini juga mencakup kesepakatan mengenai beberapa sistem perencanaan dalam menangani bencana ini.
Simulasi Table Top Exercise (TTX) dan Command Post Exercise (CPX) menjadi wadah penting untuk mencapai tujuan tersebut. Kegiatan ini memungkinkan para pemangku kepentingan untuk berlatih dan menyelaraskan prosedur respons. Dengan demikian, diharapkan penanganan karhutla dapat berjalan lebih efektif dan terkoordinasi.
Berbagai pihak turut serta dalam kegiatan simulasi ini, menunjukkan komitmen bersama dalam penanganan karhutla. Mereka termasuk BPBD Kalsel, Polda Kalsel, Korem 101/Antasi, Lanud Syamsudin Noor, serta BMKG. Selain itu, Manggala Agni, SKPD terkait, organisasi kemasyarakatan, dan lembaga lainnya juga berpartisipasi aktif.
Kolaborasi yang terus-menerus ini menjadi kunci untuk memperkuat kapasitas daerah dalam menghadapi bencana. Bambang menegaskan bahwa kegiatan seperti ini penting untuk menghasilkan kesepakatan bersama. Kesepakatan ini akan memperkuat kemampuan respons terhadap karhutla di masa mendatang.
Kalimantan Selatan: Potensi Bencana Tinggi, Indeks Ketahanan Meningkat
Data dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menempatkan Provinsi Kalimantan Selatan pada posisi yang signifikan. Kalsel menduduki peringkat kedua nasional sebagai daerah dengan tingkat risiko bencana yang tinggi. Fakta ini menjadi perhatian serius bagi pemerintah daerah dan masyarakat.
Meskipun demikian, terdapat kabar baik terkait indeks ketahanan bencana di Kalsel. Indeks ini menunjukkan peningkatan yang positif, dari sebelumnya 0,46 poin menjadi 0,5 poin. Peningkatan ini mencerminkan upaya dan investasi dalam mitigasi bencana yang mulai menunjukkan hasil.
Namun, Bambang Dedi Mulyadi mengingatkan bahwa kondisi ini tidak boleh membuat lengah. Meskipun indeks ketahanan bencana menunjukkan angka yang bagus, kesiapsiagaan tetap harus ditingkatkan. Ini mengingat daerah Kalimantan Selatan memang memiliki kerawanan terhadap berbagai jenis bencana, termasuk karhutla.
Peningkatan kesiapsiagaan menjadi krusial untuk memastikan bahwa Kalsel dapat merespons secara cepat dan efektif. Dengan demikian, dampak dari potensi bencana dapat diminimalisir. Upaya ini juga sejalan dengan komitmen untuk melindungi masyarakat dan lingkungan dari ancaman bencana.
Tren Penurunan Kasus Karhutla dan Upaya Pencegahan Berkelanjutan
Terkait dengan bencana karhutla, Provinsi Kalimantan Selatan menunjukkan tren yang fluktuatif namun positif. Bambang mengungkapkan bahwa kejadian karhutla di Kalsel mengalami penurunan kasus pada tahun tertentu. Indeks karhutla pada tahun 2022 berada di angka 1,22 poin.
Pada tahun 2023, indeks tersebut sedikit meningkat menjadi 1,29 poin, menunjukkan adanya tantangan. Namun, pada tahun 2024, indeks karhutla kembali turun menjadi 1,22 poin. Penurunan ini merupakan indikasi positif dari upaya pencegahan yang telah dilakukan.
Menurut Bambang, penurunan indeks kejadian karhutla pada tahun 2024 merupakan hasil nyata dari sinergi lintas lembaga. Berbagai pihak telah melakukan upaya terpadu untuk mencegah karhutla. Ini termasuk sosialisasi, patroli, dan penegakan hukum.
Oleh karena itu, langkah kolaborasi ini harus terus dilakukan dan diperkuat. Kegiatan simulasi seperti Table Top Exercise (TTX) dan Command Post Exercise (CPX) menjadi instrumen penting. Simulasi ini memastikan koordinasi dan kesiapsiagaan tetap optimal dalam menghadapi ancaman karhutla di masa depan.