BPBD Pasaman Barat Butuh Tambahan Peralatan Penanggulangan Bencana
BPBD Pasaman Barat, Sumatera Barat membutuhkan tambahan alat berat dan peralatan kebencanaan untuk penanggulangan bencana alam yang sering terjadi, terutama banjir dan longsor, mengingat tingginya kerugian dan dampak yang ditimbulkan.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pasaman Barat, Sumatera Barat membutuhkan tambahan peralatan dan alat berat untuk menangani bencana alam. Kepala Pelaksana BPBD Pasaman Barat, Jhon Edwar, mengungkapkan hal ini di Simpang Empat, Minggu, 2 Februari 2024. Pasaman Barat, dikenal sebagai daerah rawan bencana, sangat membutuhkan peningkatan sarana dan prasarana penanggulangan bencana.
Peralatan yang dibutuhkan meliputi ekskavator mini, backhoe loader, dan pipa hisap air. Alat-alat berat mini ini dinilai krusial untuk mempercepat proses bantuan saat terjadi bencana, khususnya banjir dan longsor yang sering terjadi di daerah tersebut. Selama ini, BPBD Pasaman Barat bergantung pada alat berat dari Dinas Pekerjaan Umum Penataan Ruang kabupaten dan provinsi, yang menyebabkan keterlambatan penanganan.
Dengan memiliki alat berat sendiri, penanggulangan bencana bisa lebih cepat dan efisien. Oleh karena itu, BPBD Pasaman Barat telah mengusulkan bantuan ekskavator mini kepada Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Saat ini, BPBD hanya memiliki mobil operasional, tangki air bersih, speed boat, pompa, dan mesin pemotong kayu.
Luas wilayah Pasaman Barat mencapai 3.864,02 kilometer persegi, meliputi 11 kecamatan dan 90 nagari (desa). Kondisi geografis yang beragam, meliputi pegunungan, dataran rendah, perbukitan, dan pantai, membuat daerah ini rentan terhadap berbagai bencana. Sepanjang tahun 2024, kerugian akibat bencana alam mencapai Rp3,2 miliar, dengan 8 orang meninggal dan 3 orang luka-luka.
Berbagai jenis bencana melanda Pasaman Barat di tahun 2024, termasuk banjir, longsor, erosi, angin kencang, orang hilang, kebakaran, pohon tumbang, dan gelombang tinggi. Bencana tersebut mengakibatkan 444 kepala keluarga (519 jiwa) mengungsi, kerusakan 34 rumah rusak berat, 9 rusak sedang, 3 rusak ringan, dan 1.460 rumah terdampak. Lima rumah bahkan hanyut terbawa banjir.
Selain rumah warga, bencana juga merusak satu unit rumah ibadah, satu unit perkantoran, lima unit irigasi, dua bendungan, 11 unit jembatan, 745 meter jalan, 123 hektare sawah, dan 365 hektare perkebunan. Melihat besarnya dampak dan frekuensi bencana, peningkatan kapasitas penanggulangan bencana menjadi sangat penting.
Untuk mengantisipasi bencana di masa mendatang, BPBD Pasaman Barat berencana membentuk kelompok siaga bencana di 90 nagari pada tahun 2025. Upaya edukasi dan peningkatan mitigasi bencana, terutama di daerah pesisir, juga akan ditingkatkan. Hal ini diharapkan dapat meminimalisir kerugian dan dampak buruk dari bencana alam di masa mendatang.