China Bantah BRICS Targetkan AS: Kerja Sama Fokus pada Pembangunan Bersama
China menegaskan kerja sama BRICS tidak bertujuan melawan AS, melainkan fokus pada pembangunan dan kemakmuran bersama, menanggapi ancaman tarif 100 persen dari Presiden Trump jika BRICS membuat mata uang bersama.

Beijing, 18 Februari 2024 - Ketegangan antara Amerika Serikat dan negara-negara anggota BRICS kembali mencuat. Pernyataan Presiden AS Donald Trump yang mengancam akan mengenakan tarif 100 persen pada negara-negara BRICS jika mereka menciptakan mata uang bersama, dibantah tegas oleh Pemerintah China. China menekankan bahwa kerja sama dalam blok BRICS tidak ditujukan untuk menargetkan negara manapun, termasuk Amerika Serikat.
Tanggapan Resmi China atas Ancaman AS
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Guo Jiakun, dalam konferensi pers di Beijing, menyampaikan bahwa BRICS berkomitmen pada keterbukaan, inklusivitas, dan kerja sama yang saling menguntungkan. Ia menegaskan, "Sebagai platform penting untuk kerja sama antara pasar berkembang dan negara berkembang, BRICS menganjurkan keterbukaan, inklusivitas dan kerja sama yang saling menguntungkan, bukan konfrontasi blok, dan tidak menargetkan pihak ketiga mana pun." Pernyataan ini muncul sebagai respons langsung terhadap ancaman Trump yang dilontarkan beberapa jam sebelum pertemuannya dengan Perdana Menteri India, Narendra Modi.
Trump sebelumnya menyatakan bahwa BRICS didirikan dengan tujuan yang salah dan sebagian besar anggotanya kini merasa ragu untuk membahasnya. Ia bahkan mengancam, "jika mereka ingin bermain-main dengan dolar, maka mereka akan dikenakan tarif 100 persen." Ancaman ini dinilai oleh China sebagai langkah yang kontraproduktif.
Fokus BRICS: Pembangunan dan Kemakmuran Bersama
Guo Jiakun menambahkan bahwa tujuan utama BRICS adalah mewujudkan pembangunan dan kemakmuran bersama. China, sebagai anggota kunci BRICS, siap untuk terus bekerja sama dengan negara-negara anggota lainnya untuk memperkuat kerja sama praktis di berbagai bidang. Hal ini bertujuan untuk memberikan kontribusi lebih besar bagi pertumbuhan ekonomi dunia yang berkelanjutan dan stabil. China juga kembali menegaskan penolakannya terhadap perang dagang dan tarif, yang dianggap hanya merugikan semua pihak.
Pernyataan ini selaras dengan pernyataan Presiden Rusia, Vladimir Putin, pada KTT BRICS 2023. Putin menyerukan de-dolarisasi dan mendorong perluasan penyelesaian transaksi dalam mata uang nasional serta peningkatan kerja sama antarbank. Langkah ini menunjukkan upaya BRICS untuk mengurangi ketergantungan pada dolar AS dalam transaksi internasional.
BRICS: Kekuatan Ekonomi Global
BRICS, yang awalnya terdiri dari Brasil, Rusia, India, dan China, kini telah berkembang pesat. Afrika Selatan bergabung pada tahun 2011, dan baru-baru ini, Mesir, Ethiopia, Indonesia, Iran, dan Uni Emirat Arab juga bergabung. Meskipun nama akronim BRICS tetap dipertahankan, blok ini kini mewakili kekuatan ekonomi global yang signifikan. Anggota BRICS menguasai sekitar 40 persen populasi dunia dan 35 persen produk domestik bruto (PDB) global.
Kesimpulan
Pernyataan tegas China membantah tuduhan bahwa BRICS menargetkan AS. Fokus utama BRICS tetap pada kerja sama ekonomi dan pembangunan bersama, dengan upaya untuk mengurangi ketergantungan pada dolar AS. Ancaman tarif dari AS dinilai sebagai langkah yang kontraproduktif dan tidak menguntungkan bagi semua pihak. Ke depan, dinamika hubungan antara BRICS dan AS akan tetap menjadi perhatian utama dalam panggung geopolitik global.