Keanggotaan BRICS: Dorongan Signifikan bagi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia?
Indonesia bergabung dengan BRICS, blok ekonomi terbesar dunia, berpotensi mendorong pertumbuhan ekonomi nasional lewat perluasan perdagangan dengan China, India, dan Rusia, meskipun ada tantangan yang perlu diatasi.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, optimistis bahwa bergabungnya Indonesia dalam BRICS akan memberikan dampak positif yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2025. Pengumuman ini disampaikan dalam konferensi pers di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Rabu lalu. Keanggotaan ini membuka peluang pasar baru dan memperkuat posisi Indonesia dalam kerja sama ekonomi global.
Potensi Pasar BRICS yang Menjanjikan
BRICS, yang terdiri dari Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan, menguasai hampir 60 persen PDB global. Potensi pasarnya sangat besar, terutama dari tiga negara utama: China, India, dan Rusia. Airlangga menekankan optimalisasi perdagangan dengan ketiga negara ini sebagai kunci utama dalam memanfaatkan keanggotaan BRICS.
Hubungan dagang Indonesia dengan China sudah kuat melalui ASEAN-China Free Trade Agreement (ACFTA) dan Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP). BRICS diharapkan akan semakin memperluas peluang perdagangan dengan China. Sementara itu, negosiasi kerja sama perdagangan dengan Uni Ekonomi Eurasia (EAEU), yang mencakup Rusia dan negara-negara bekas Uni Soviet, telah mencapai 80 persen.
Penyelesaian negosiasi ini akan membuka akses pasar yang lebih luas lagi bagi Indonesia. Airlangga menambahkan bahwa hubungan dagang dengan India juga terus diperkuat, ditandai dengan kunjungan Presiden Prabowo ke India baru-baru ini untuk membahas berbagai isu perdagangan.
Tantangan dan Peluang Ekspor
Meskipun peluangnya besar, Indonesia masih menghadapi beberapa tantangan. Perbedaan tarif bea masuk untuk kelapa sawit Indonesia dan Malaysia, serta pengenaan anti-dumping duty terhadap beberapa produk manufaktur Indonesia, seperti PVC, perlu diatasi. Namun, Airlangga yakin Indonesia dapat memanfaatkan pasar BRICS untuk memperluas ekspor produk-produk kompetitif.
Selain itu, keanggotaan BRICS juga membuka akses bagi Indonesia untuk mendapatkan bahan baku penting dari Rusia, seperti fosfat dan gandum, yang akan mendukung industri dalam negeri. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2024 telah mencapai 5,03 persen (yoy) berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), dan keanggotaan BRICS diharapkan dapat mendorong pertumbuhan yang lebih tinggi lagi.
Kesimpulan
Keanggotaan Indonesia dalam BRICS menawarkan potensi besar bagi pertumbuhan ekonomi nasional. Meskipun ada tantangan yang perlu diatasi, peluang perluasan pasar dan akses ke bahan baku penting dari negara-negara anggota BRICS sangat menjanjikan. Pemerintah Indonesia perlu memanfaatkan momentum ini untuk memperkuat strategi perdagangan dan mengatasi hambatan yang ada guna meraih manfaat maksimal dari keanggotaan ini.