China Kecam AS Terkait Sanksi Minyak Venezuela: Desak Pencabutan Tarif
China mengecam keras Amerika Serikat atas pemberlakuan tarif terhadap importir minyak Venezuela dan mendesak pencabutan sanksi sepihak tersebut.
Beijing, 26 Maret 2024 - Ketegangan antara Amerika Serikat (AS) dan China meningkat setelah AS memberlakukan tarif terhadap negara-negara pengimpor minyak Venezuela. China, sebagai importir minyak utama Venezuela, langsung merespon dengan kecaman keras dan desakan pencabutan sanksi tersebut. Perintah eksekutif yang ditandatangani Presiden AS Donald Trump ini berpotensi mengganggu perdagangan minyak global dan memicu eskalasi konflik ekonomi antara dua negara adidaya tersebut.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Guo Jiakun, menyatakan penolakan tegas atas tindakan AS. Dalam konferensi pers di Beijing, Guo Jiakun mendesak AS untuk menghentikan campur tangan dalam urusan dalam negeri Venezuela dan mencabut sanksi sepihak yang dianggap ilegal. Ia menekankan bahwa tindakan AS tersebut hanya akan merugikan bisnis dan konsumen Amerika sendiri. "Perang dagang dan perang tarif tidak memiliki pemenang," tegas Guo Jiakun.
Sanksi AS yang mulai berlaku pada 2 April 2025 ini memberlakukan tarif 25 persen terhadap semua barang yang diimpor ke AS dari negara yang membeli minyak Venezuela, baik langsung maupun tidak langsung. Hal ini berdampak langsung pada perdagangan minyak antara China dan Venezuela, yang hingga Selasa (25 Maret 2024) telah terhenti. China diketahui mengimpor sekitar 503.000 barel minyak mentah dan bahan bakar Venezuela per hari, atau 55 persen dari total ekspor Venezuela.
China Tolak Campur Tangan AS di Venezuela
China secara konsisten mengkritik kebijakan AS yang dianggap sebagai campur tangan dalam urusan dalam negeri negara lain. Guo Jiakun menyebut AS telah lama menyalahgunakan sanksi sepihak dan 'yurisdiksi jangka panjang'. Ia menegaskan bahwa China dengan tegas menentang tindakan tersebut. Penolakan ini bukan hanya karena dampak ekonomi, tetapi juga karena prinsip kedaulatan negara dan non-intervensi dalam urusan dalam negeri negara lain.
Alasan AS memberlakukan sanksi ini adalah karena kebijakan "rezim Nicolas Maduro di Venezuela yang terus menimbulkan ancaman yang tidak biasa dan luar biasa" terhadap keamanan nasional dan kebijakan luar negeri AS. Presiden Trump sebelumnya juga menuduh Venezuela mengirim puluhan ribu anggota geng ke AS. Namun, klaim ini dibantah oleh pemerintah Venezuela dan menuai kecaman dari berbagai pihak internasional.
Penjual dan distributor minyak China kini menunggu arahan dari pemerintah terkait langkah selanjutnya. Mereka masih belum jelas bagaimana perintah AS tersebut akan diterapkan dan apakah Beijing akan meminta mereka untuk menghentikan pembelian minyak dari Venezuela. Situasi ini menimbulkan ketidakpastian di pasar minyak global dan berpotensi memicu fluktuasi harga.
Respons Keras dari AS
Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio, menegaskan bahwa AS tidak akan menoleransi negara atau perusahaan yang memproduksi, mengekstraksi, atau mengekspor minyak dari Venezuela di bawah pemerintahan Maduro. Melalui platform X, Rubio menyatakan bahwa Maduro telah mencurangi pemilu, menjarah rakyatnya, dan bersekongkol dengan musuh-musuh AS. Ia menegaskan bahwa negara yang mengizinkan perusahaannya terlibat dalam perdagangan minyak Venezuela akan dikenakan tarif baru, dan perusahaan terkait akan menghadapi sanksi.
Pernyataan tegas dari Rubio ini menunjukkan bahwa AS bersiap untuk menghadapi konsekuensi dari kebijakannya. Namun, langkah ini juga berpotensi memperburuk hubungan AS dengan negara-negara lain yang memiliki hubungan ekonomi dengan Venezuela. Perselisihan ini bukan hanya tentang minyak, tetapi juga tentang pengaruh geopolitik di Amerika Latin dan di panggung internasional.
Perintah eksekutif AS ini menimbulkan pertanyaan tentang dampak jangka panjang terhadap perdagangan global dan hubungan internasional. Reaksi China menunjukkan bahwa sanksi AS ini tidak hanya berdampak pada Venezuela, tetapi juga memicu reaksi dari negara-negara lain yang memiliki kepentingan ekonomi di Venezuela. Ke depan, perkembangan situasi ini patut untuk terus dipantau.
Situasi ini menunjukkan kompleksitas hubungan internasional dan dampak sanksi ekonomi terhadap perdagangan global. Langkah AS ini berpotensi mengganggu stabilitas pasar minyak dan memicu eskalasi ketegangan antara negara-negara yang terlibat. China, sebagai salah satu negara yang paling terdampak, akan terus berupaya untuk melindungi kepentingan ekonominya dan menentang campur tangan AS dalam urusan dalam negeri Venezuela.