China Ucapkan Selamat atas Terpilihnya Paus Leo XIV, Harap Vatikan Terus Berdialog Konstruktif
Pemerintah China menyampaikan ucapan selamat kepada Paus Leo XIV dan berharap Vatikan dapat terus berdialog konstruktif dengan China serta memajukan hubungan bilateral.

Beijing, 10 Mei (ANTARA) - Dalam sebuah konferensi pers di Beijing hari Jumat, Kementerian Luar Negeri China menyampaikan ucapan selamat kepada Kardinal Robert Francis Prevost atas terpilihnya sebagai Paus ke-267 Gereja Katolik, yang mengambil nama kepausan Leo XIV. Pengumuman ini mengejutkan dunia, mengingat hubungan diplomatik yang kompleks antara China dan Vatikan. Peristiwa bersejarah ini menandai babak baru dalam hubungan kedua negara, khususnya dalam konteks diplomasi dan kerja sama internasional.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Lin Jian, menyatakan, "Kami mengucapkan selamat kepada Kardinal Robert Prevost yang terpilih sebagai Paus baru. Kami berharap, di bawah kepemimpinan Paus baru, Vatikan akan terus berdialog dengan China dalam semangat yang konstruktif." Pernyataan ini menunjukkan niat baik China untuk menjaga hubungan yang lebih baik dengan Tahta Suci, meskipun sejarah hubungan kedua negara diwarnai dengan berbagai tantangan.
Terpilihnya Paus Leo XIV, yang berusia 69 tahun dan merupakan Paus pertama dari Amerika Serikat, menandai tonggak sejarah bagi Gereja Katolik. Pemilihannya dilakukan dalam konklaf selama dua hari yang diikuti oleh 133 kardinal elektor di Kapel Sistina, Vatikan, setelah wafatnya Paus Fransiskus pada 21 April lalu. Kepemimpinan Paus Leo XIV di masa mendatang akan menjadi fokus perhatian dunia, terutama bagaimana ia akan melanjutkan kebijakan pendahulunya dan menghadapi tantangan global yang kompleks.
Hubungan China-Vatikan di Bawah Kepemimpinan Paus Leo XIV
China dan Vatikan telah memutuskan hubungan diplomatik sejak tahun 1951, sebuah realita yang turut mewarnai dinamika politik internasional. Vatikan, hingga saat ini, menjadi satu-satunya negara Eropa yang menjalin hubungan diplomatik dengan Taiwan, sebuah isu sensitif bagi China. Terlepas dari perbedaan pandangan politik tersebut, China dan Vatikan telah menandatangani sebuah perjanjian pada tahun 2018, yang diperpanjang pada tahun 2024. Perjanjian ini memungkinkan komunitas Katolik di China untuk memilih uskup mereka sendiri, dengan persetujuan dari Vatikan.
Perjanjian ini merupakan langkah signifikan dalam membangun kepercayaan dan kerja sama antara kedua belah pihak. Namun, implementasinya masih memerlukan upaya bersama untuk mengatasi berbagai tantangan yang ada. Dengan terpilihnya Paus Leo XIV, terdapat harapan baru akan terjalinnya dialog yang lebih intensif dan konstruktif antara China dan Vatikan dalam berbagai isu, termasuk isu-isu internasional.
Dalam pernyataan resminya, Lin Jian juga menambahkan, "Kami juga berharap Vatikan dapat berkomunikasi secara erat mengenai isu-isu internasional, bersama-sama memajukan hubungan China-Vatikan secara berkelanjutan dan memberikan kontribusi bagi perdamaian, stabilitas, pembangunan serta kemakmuran dunia." Pernyataan ini menggarisbawahi harapan China akan peran Vatikan dalam menjaga perdamaian dan stabilitas global.
Harapan akan Kepemimpinan Paus Leo XIV
Paus Leo XIV, dalam pidato pertamanya, mengingat pesan-pesan yang disampaikan oleh Paus Fransiskus dalam Misa Paskah pada 20 April, sehari sebelum wafatnya. Hal ini menunjukkan penghormatan dan kesinambungan kepemimpinan dalam Gereja Katolik. Paus Leo XIV disebut-sebut akan mendukung keberlanjutan reformasi Gereja Katolik yang saat ini memiliki sekitar 1,4 miliar umat di seluruh dunia. Reformasi ini mencakup berbagai aspek, mulai dari tata kelola internal hingga adaptasi terhadap tantangan zaman modern.
Terpilihnya Paus Leo XIV diharapkan dapat membawa angin segar bagi Gereja Katolik dan hubungannya dengan berbagai negara, termasuk China. Kepemimpinannya akan diuji oleh berbagai tantangan global, baik yang berkaitan dengan isu-isu agama, politik, maupun sosial ekonomi. Bagaimana Paus Leo XIV akan menavigasi kompleksitas hubungan internasional dan memimpin Gereja Katolik di tengah perubahan global akan menjadi fokus perhatian dunia dalam beberapa tahun ke depan.
Ke depannya, perhatian tertuju pada bagaimana Paus Leo XIV akan melanjutkan dan mengembangkan hubungan dengan China. Apakah akan ada perubahan signifikan dalam kebijakan Vatikan terhadap China? Apakah dialog konstruktif yang diharapkan oleh China akan terwujud? Hanya waktu yang akan menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut.
Semoga di bawah kepemimpinan Paus Leo XIV, hubungan antara China dan Vatikan dapat terus berkembang dan berkontribusi pada perdamaian dan kemakmuran dunia.