Danantara: Akselerator Hilirisasi Perkebunan Indonesia Menuju Indonesia Emas 2045
PasaRDana menilai Danantara mampu mempercepat hilirisasi bisnis perkebunan negara, mendorong transparansi BUMN, dan meningkatkan nilai tambah ekspor Indonesia.

Pekanbaru, 1 Maret 2024 (ANTARA) - Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara) dinilai memiliki potensi besar untuk mempercepat hilirisasi bisnis perkebunan di Indonesia. Hal ini disampaikan oleh Co-Founder PasaRDana, Dr. Hans Kwee, di Pekanbaru. Pernyataan ini muncul setelah observasi terhadap kinerja perusahaan perkebunan negara dan potensi sinergi dengan Danantara dalam mencapai tujuan Indonesia Emas 2045.
Menurut Dr. Hans Kwee, kehadiran Danantara akan mendorong transparansi dan tata kelola yang baik (good governance) di perusahaan-perusahaan perkebunan milik negara, khususnya PT Perkebunan Nusantara (PTPN) Group. Meningkatnya transparansi ini diharapkan akan meningkatkan kepercayaan investor baik domestik maupun internasional, sehingga menarik lebih banyak investasi ke sektor perkebunan Indonesia.
Hilirisasi perkebunan dinilai sebagai langkah strategis untuk meningkatkan nilai tambah ekspor Indonesia dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Sebagai negara agraris dengan tanah yang subur, sektor perkebunan memiliki potensi besar untuk menyerap tenaga kerja, meningkatkan pendapatan masyarakat, dan berkontribusi signifikan terhadap kesejahteraan rakyat Indonesia. Oleh karena itu, optimalisasi sektor ini menjadi sangat penting.
Peran Danantara dalam Transformasi PTPN Group
Dr. Hans Kwee menekankan peran penting Danantara dalam membantu PTPN Group untuk mengoptimalkan aset dan mendorong kolaborasi yang lebih kuat, baik di dalam negeri maupun dengan mitra strategis global. Ia menilai sinergi ini sangat efektif, mengingat PTPN Group telah melakukan berbagai upaya efisiensi dan transformasi perusahaan dalam beberapa tahun terakhir.
Transformasi tersebut mencakup konsolidasi anak usaha dari 14 menjadi tiga entitas bisnis (PTPN I, PTPN IV, dan PT Sinergi Gula Nusantara), restrukturisasi utang, efisiensi operasional, peningkatan akuntabilitas, dan transformasi EBITDA. Hasilnya, PTPN Group berhasil beralih dari perusahaan yang merugi menjadi perusahaan yang mencetak laba, dengan laba bersih konsolidasi mencapai Rp13,6 triliun sejak 2021 hingga Kuartal III 2024.
Upaya efisiensi dan peningkatan profitabilitas yang dilakukan PTPN Group ini dinilai sejalan dengan tujuan pembentukan Danantara, yaitu mendorong transformasi ekonomi dengan pendekatan profesional dan penerapan good governance. Dengan demikian, sinergi antara keduanya diyakini akan menghasilkan dampak yang signifikan bagi sektor perkebunan Indonesia.
Meskipun BUMN perbankan masih memimpin dari sisi nilai aset, Dr. Hans Kwee menegaskan bahwa PTPN Group memiliki posisi strategis yang tidak kalah penting. Nilai aset PTPN Group terus meningkat, dan masih banyak potensi kenaikan nilai tambah jika aset dikelola secara optimal.
Potensi Besar PTPN Group dan Hilirisasi Sawit
Berdasarkan data Kementerian BUMN 2023, PTPN Group berada di urutan ke-11 sebagai pemilik aset terbesar di Indonesia, dengan total aset mencapai Rp143,9 triliun. Luas lahan Holding BUMN Perkebunan mencapai 1,18 juta hektare, dan Palm Co, salah satu sub holding-nya, memiliki lahan sawit terbesar di dunia, melampaui Sime Darby (Malaysia) dan Golden Agri (Sinar Mas).
Keunggulan ini memberikan potensi besar bagi hilirisasi produk sawit, yang akan memberikan nilai tambah yang signifikan bagi perekonomian Indonesia. Dengan dukungan Danantara, diharapkan hilirisasi ini dapat berjalan lebih cepat dan efisien, menghasilkan dampak positif yang lebih besar bagi Indonesia.
Kesimpulannya, kolaborasi antara Danantara dan PTPN Group memiliki potensi besar untuk mempercepat hilirisasi bisnis perkebunan Indonesia. Langkah ini sejalan dengan upaya pemerintah untuk mencapai Indonesia Emas 2045 melalui optimalisasi sektor perkebunan dan peningkatan nilai tambah ekspor.