Danantara: Harapan Baru untuk Kurangi Ketergantungan BUMN pada PMN
Ekonom Wijayanto Samirin optimistis Danantara, badan investasi baru, dapat mengurangi ketergantungan BUMN pada Penyertaan Modal Negara (PMN) dengan menarik investasi dan mitra strategis, meskipun tantangan seperti kerumitan regulasi dan potensi politisasi

Jakarta, 17 Februari 2024 - Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara), sebuah badan investasi baru, diharapkan mampu mengurangi ketergantungan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) terhadap Penyertaan Modal Negara (PMN). Hal ini disampaikan oleh Ekonom Universitas Paramadina, Wijayanto Samirin, dalam wawancara dengan Antara.
Wijayanto menjelaskan bahwa fleksibilitas Danantara dalam menarik investasi dan bermitra dengan pihak strategis akan menjadi kunci keberhasilannya. Struktur Danantara yang lebih lincah dibandingkan BUMN konvensional diyakini mampu membuka peluang investasi domestik dan asing yang lebih besar.
Potensi Danantara dalam Mengurangi Ketergantungan PMN
Menurut Wijayanto, "Setting Danantara juga membuatnya lebih lincah menarik investasi atau merangkul strategic partner dibandingkan format BUMN konvensional. Dampaknya, ketergantungan BUMN terhadap PMN akan bisa dikurangi." Ia menambahkan bahwa pengelolaan yang lebih profesional dan berorientasi korporasi akan meningkatkan Good Corporate Governance (GCG) di BUMN.
Dengan DNA korporasi yang lebih kuat, BUMN diharapkan mampu mengambil risiko bisnis secara terukur, lebih inovatif, dan lebih fleksibel dalam bermanuver, termasuk dalam menjalankan bisnis di luar negeri. Ini akan mengurangi kebutuhan akan suntikan dana PMN yang selama ini menjadi andalan BUMN.
Tantangan yang Dihadapi Danantara
Meskipun potensi Danantara sangat besar, Wijayanto mengingatkan adanya beberapa tantangan. Salah satunya adalah kerumitan Legal Framework atau kerangka hukum yang masih rumit. Selain itu, struktur kepemimpinan yang terlalu banyak berpotensi menimbulkan inefisiensi dan hambatan dalam pengambilan keputusan.
Lebih lanjut, Wijayanto menekankan pentingnya mencegah politisasi dalam pengelolaan Danantara. "Selain itu, belum ada jaminan yang solid bahwa politisasi tidak akan terjadi di Danantara. Ini berpotensi menimbulkan kerumitan-kerumitan di masa mendatang," ujarnya. Hal ini krusial untuk menjaga kredibilitas dan keberlanjutan Danantara.
Peluncuran Danantara dan Aset Kelolaan
Presiden Prabowo Subianto mengumumkan peluncuran Danantara pada 24 Februari 2024. Pada tahap awal, Danantara akan mengelola aset lebih dari 900 miliar dolar AS. "Danantara yang akan diluncurkan pada 24 Februari, bulan ini, akan menginvestasikan sumber daya alam dan aset negara kita ke dalam proyek-proyek yang berkelanjutan dan berdampak tinggi di berbagai sektor, seperti energi terbarukan, manufaktur canggih, industri hilir, produksi pangan, dan lain-lain," kata Prabowo.
Investasi ini diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia secara berkelanjutan dan mengurangi ketergantungan pada sektor-sektor tradisional. Keberhasilan Danantara akan sangat bergantung pada kemampuannya mengatasi tantangan yang ada dan menjalankan mandatnya dengan transparan dan akuntabel.
Kesimpulan
Danantara hadir sebagai harapan baru dalam meningkatkan efisiensi dan daya saing BUMN. Potensi pengurangan ketergantungan pada PMN sangat besar, namun keberhasilannya bergantung pada pengelolaan yang profesional, transparan, dan terbebas dari politisasi. Tantangan regulasi dan struktur organisasi perlu segera diatasi untuk memastikan Danantara dapat mencapai tujuannya.