Demo Tolak Revisi UU TNI di Depan Gedung DPR Memanas, Massa Coba Dobrak Gerbang
Aksi demonstrasi mahasiswa dan aliansi masyarakat di depan Gedung DPR terkait penolakan revisi RUU TNI memanas; massa mencoba mendobrak gerbang dan melempari petugas.

Aksi demonstrasi yang dilakukan oleh mahasiswa dan berbagai aliansi masyarakat di depan Gedung DPR RI, Jakarta Pusat pada Kamis petang (20/3) terkait penolakan revisi RUU TNI berakhir ricuh. Massa aksi yang semula menyampaikan aspirasinya secara tertib, berubah menjadi anarkis dengan upaya perusakan dan penyerangan terhadap aparat keamanan. Kejadian ini melibatkan ribuan demonstran dan ribuan personel gabungan kepolisian dan TNI yang berjaga.
Insiden bermula ketika sebagian massa demonstrasi mencoba mendobrak gerbang dan memanjat pagar Gedung DPR. Upaya ini dilakukan meskipun aparat kepolisian telah berulang kali mengimbau agar demonstrasi tetap berjalan damai dan tertib, sesuai ketentuan penyampaian pendapat di muka umum. Imbauan tersebut diabaikan, menyebabkan situasi semakin memanas.
Sebagai respons, aparat kepolisian berupaya menghalau massa yang anarkis. Para demonstran kemudian menyerang petugas dengan berbagai macam benda, termasuk botol air mineral dan petasan. Asap petasan sempat membumbung tinggi di lokasi demonstrasi, menandakan situasi yang semakin tidak terkendali. Meskipun demikian, setelah kepolisian menarik diri dari depan gerbang, aksi kembali melandai dan berlanjut dengan orasi-orasi.
Aparat Kerahkan Ribuan Personel
Kapolres Metro Jakarta Pusat, Kombes Polisi Susatyo Purnomo Condro, sebelumnya telah mengerahkan sebanyak 5.021 personel gabungan untuk mengamankan aksi demonstrasi tersebut. Personel gabungan ini terdiri dari Polda Metro Jaya, Polres Metro Jakarta Pusat, TNI, Pemda DKI Jakarta, dan instansi terkait lainnya. Mereka ditempatkan di sejumlah titik strategis di sekitar Gedung DPR RI untuk mengantisipasi berbagai kemungkinan.
"Lakukan unjuk rasa dengan damai, tidak memaksakan kehendak, tidak anarkis dan tidak merusak fasilitas umum," kata Kapolres Susatyo Purnomo Condro dalam imbauannya kepada para demonstran. Imbauan ini bertujuan untuk memastikan demonstrasi berjalan kondusif dan tidak menimbulkan gangguan ketertiban umum.
Namun, imbauan tersebut tampaknya tidak sepenuhnya diindahkan oleh sebagian massa aksi. Upaya mendobrak gerbang DPR dan penyerangan terhadap petugas menunjukkan adanya pelanggaran terhadap aturan demonstrasi yang damai dan tertib. Kejadian ini menjadi catatan penting dalam pelaksanaan demonstrasi di Indonesia.
Meskipun upaya perusakan fasilitas umum terjadi, gerbang Gedung DPR yang terbuat dari besi kokoh tetap utuh. Aksi demonstrasi yang sempat memanas kemudian mereda dan berlanjut dengan orasi-orasi dari perwakilan demonstran.
Kronologi Kejadian dan Tuntutan Demonstran
Berdasarkan laporan, demonstrasi dimulai dengan penyampaian aspirasi secara damai. Namun, situasi berubah ketika sebagian massa mencoba melakukan tindakan anarkis dengan mencoba mendobrak gerbang Gedung DPR. Hal ini memicu reaksi dari aparat keamanan yang berupaya meredam situasi. Lemparan berbagai benda dari arah massa aksi kepada petugas keamanan menjadi salah satu indikator memanasnya situasi.
Tuntutan utama para demonstran adalah penolakan terhadap revisi RUU TNI. Mereka khawatir revisi tersebut akan mengurangi pengawasan sipil terhadap TNI dan berpotensi meningkatkan potensi pelanggaran HAM. Kejadian ini menjadi sorotan penting terkait pentingnya penyampaian aspirasi secara damai dan tertib dalam konteks demokrasi.
Kejadian ini juga menggarisbawahi pentingnya komunikasi yang efektif antara aparat keamanan dan para demonstran untuk mencegah terjadinya eskalasi kekerasan. Penanganan demonstrasi yang proporsional dan terukur menjadi kunci utama dalam menjaga stabilitas keamanan dan ketertiban umum.
Ke depan, diharapkan adanya mekanisme yang lebih baik dalam penyampaian aspirasi masyarakat, sehingga demonstrasi dapat berjalan dengan damai dan tertib tanpa menimbulkan kerugian bagi siapapun. Pentingnya dialog dan negosiasi antara pihak-pihak terkait untuk mencari solusi yang terbaik menjadi hal yang krusial.