Diplomasi Jadi Kunci Hadapi Tarif Trump, Kata Dosen Perbanas
Dosen Perbanas Institut menyarankan Indonesia menggunakan diplomasi dan memperkuat sektor pangan serta energi untuk menghadapi dampak kebijakan tarif Trump.

Jakarta, 29 April 2024 - Di tengah kebijakan tarif yang diterapkan oleh pemerintahan Trump, Indonesia perlu mengutamakan diplomasi dalam hubungannya dengan Amerika Serikat. Hal ini disampaikan oleh Dr. Aviliani, Dosen Ekonomi Perbanas Institut, sebagai langkah strategis untuk melindungi sektor padat karya yang rentan terhadap dampak negatif kebijakan tersebut. Selain diplomasi, Indonesia juga harus aktif mencari pasar alternatif dan memperkuat posisi dalam rantai pasok global. Seminar Kebijakan Tarif Trump dan Langkah Indonesia Masa Depan yang diselenggarakan oleh Perbanas Institut di Jakarta pada Selasa lalu menjadi forum diskusi penting mengenai hal ini.
Dr. Aviliani menekankan pentingnya riset berbasis data untuk mengidentifikasi rantai pasok yang mendukung industri dalam negeri. Ia juga menyoroti perlunya kerjasama yang solid antara pengusaha, pemerintah, dan masyarakat. "Antara pengusaha, pemerintah, dan masyarakat harus kompak. Kita harus fokus ke sektor pangan dan energi sebagai masa depan Indonesia," tegas Wakil Ketua Umum Bidang Analisis Kebijakan Makro-Mikro Ekonomi KADIN Indonesia tersebut. Pernyataan ini menggarisbawahi pentingnya strategi jangka panjang dan fokus pada sektor-sektor vital bagi perekonomian Indonesia.
Seminar tersebut menghadirkan berbagai pembicara dari berbagai latar belakang, termasuk pemerintah dan akademisi. Diskusi ini menghasilkan konsensus pentingnya strategi yang komprehensif dan adaptif untuk menghadapi tantangan global. Tidak hanya berfokus pada diplomasi, tetapi juga pada penguatan ekonomi domestik dan diversifikasi pasar ekspor menjadi kunci utama dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi global.
Perluas Akses Pasar dan Penguatan Ekonomi Domestik
Olvy Andrianita, S.E., dari Kementerian Perdagangan RI, memaparkan strategi pemerintah dalam memperluas akses pasar melalui percepatan perjanjian perdagangan. Pemerintah terus berupaya mendorong penyelesaian perjanjian perdagangan agar produk Indonesia tetap kompetitif. Hal ini menunjukkan komitmen pemerintah dalam menghadapi tantangan global dan menjaga daya saing produk Indonesia di pasar internasional.
Sementara itu, Dr. Arif Wibisono dari Kementerian Keuangan RI, menekankan pentingnya kebijakan yang adaptif dan responsif terhadap perubahan global. Ia juga menyoroti perlunya fokus investasi pada sektor pertambangan, energi, dan pertanian melalui hilirisasi dan peningkatan nilai tambah. Strategi yang fleksibel dan perencanaan jangka panjang, menurutnya, adalah kunci untuk menjaga daya saing Indonesia.
Kedua pandangan ini saling melengkapi, menunjukkan bahwa strategi menghadapi kebijakan tarif Trump tidak hanya bergantung pada diplomasi, tetapi juga pada kebijakan ekonomi domestik yang kuat dan berkelanjutan. Penguatan sektor-sektor unggulan seperti pertambangan, energi, dan pertanian menjadi krusial untuk meningkatkan daya saing Indonesia di pasar global.
Reformasi Struktural dan Diversifikasi Pasar Ekspor
Dari kalangan akademisi, Dr. Tifa Noer Amelia (Perbanas Institute) dan Dr. Sahara (IPB University) menekankan perlunya reformasi struktural dan diversifikasi pasar ekspor. Reformasi struktural akan meningkatkan efisiensi dan daya saing ekonomi Indonesia, sementara diversifikasi pasar ekspor akan mengurangi ketergantungan pada pasar tertentu dan meminimalisir risiko akibat kebijakan proteksionis negara lain.
Hal ini menunjukkan bahwa strategi menghadapi dampak kebijakan tarif Trump membutuhkan pendekatan multi-sektoral dan multi-aspek. Tidak hanya berfokus pada diplomasi dan penguatan ekonomi domestik, tetapi juga pada reformasi struktural dan diversifikasi pasar ekspor untuk menciptakan ketahanan ekonomi yang lebih kuat.
Prof. Hermanto Siregar, Rektor Perbanas Institute, dalam sambutannya mengungkapkan bahwa kebijakan tarif Trump telah memicu risiko resiprokal sebesar 11 persen hingga 15 persen terhadap 57 negara di dunia. Seminar ini menjadi bukti komitmen Perbanas Institute untuk berkontribusi dalam mencari solusi atas tantangan global tersebut.
Sinergi Lintas Sektor untuk Ketahanan Ekonomi Nasional
Seminar ini juga dihadiri oleh perwakilan dari berbagai perguruan tinggi dan Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI). Analisis akademis yang disajikan menekankan urgensi pembentukan respons kebijakan yang berbasis data, riset, dan sinergi lintas sektor. Kerjasama yang erat antara pemerintah, akademisi, dan dunia usaha menjadi kunci dalam menghadapi tantangan ekonomi global.
Kesimpulannya, menghadapi dampak kebijakan tarif Trump, Indonesia membutuhkan strategi yang komprehensif dan terintegrasi. Diplomasi, penguatan ekonomi domestik, khususnya sektor pangan dan energi, reformasi struktural, dan diversifikasi pasar ekspor merupakan pilar penting dalam menjaga ketahanan ekonomi nasional. Sinergi dan kolaborasi lintas sektor menjadi kunci keberhasilan dalam menghadapi tantangan global ini.