Kebijakan Tarif Trump: Momentum Perkuat Ketahanan Ekonomi Indonesia
Gubernur Lemhannas, Ace Hasan Syadzily, mendorong Indonesia memanfaatkan kebijakan tarif resiprokal Trump untuk memperkuat ketahanan ekonomi nasional dengan fokus pada hilirisasi, industri dalam negeri, dan ekonomi digital.

JAKARTA, 27 April 2024 - Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas), Ace Hasan Syadzily, menyatakan bahwa kebijakan tarif resiprokal yang diterapkan Presiden Amerika Serikat Donald Trump menjadi momentum strategis bagi Indonesia untuk memperkuat ketahanan nasional, khususnya di sektor ekonomi. Pernyataan ini disampaikan dalam acara Jatim Retreat 2025 di Jawa Timur pada Sabtu, 26 April 2024.
Ace menekankan perlunya Indonesia menyikapi perubahan lanskap geopolitik dan geoekonomi global dengan membangun kemandirian di sektor-sektor vital. Ia melihat kebijakan dunia yang mulai meninggalkan prinsip perdagangan bebas menuntut Indonesia untuk memiliki fondasi ekonomi yang kokoh dan mandiri. Hal ini penting untuk mengurangi ketergantungan pada pasar global yang cenderung fluktuatif.
Menurut Ace, ketahanan ekonomi merupakan pilar utama ketahanan nasional. Oleh karena itu, Indonesia perlu fokus pada penguatan sektor energi, pangan, industri, dan teknologi. "Ini momentum bagi kita. Kebijakan dunia yang tidak lagi mengutamakan perdagangan bebas, harus disikapi dengan memperkuat fondasi ekonomi nasional," tegasnya.
Penguatan Sektor Ekonomi Nasional
Ace mendorong percepatan hilirisasi sumber daya alam sebagai langkah strategis untuk meningkatkan nilai tambah di dalam negeri. Selain itu, ia juga menekankan pentingnya penguatan industri dalam negeri, pengembangan ekonomi kreatif, dan transformasi digital. Semua upaya ini bertujuan untuk mengurangi ketergantungan pada impor dan menciptakan lapangan kerja berkualitas.
Lebih lanjut, Ace menambahkan bahwa ketahanan ekonomi harus dibangun dari dalam. "Ketahanan ekonomi harus dibangun dari dalam. Kita harus mengelola sendiri kekayaan alam kita, memperkuat ketahanan pangan dan energi, serta memastikan ketersediaan lapangan kerja berkualitas untuk generasi mendatang," ujarnya. Ia juga menyoroti pentingnya investasi dalam kualitas sumber daya manusia, inovasi teknologi, dan pemberdayaan ekonomi lokal.
Pemerintah juga perlu fokus pada peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui pendidikan dan pelatihan yang relevan dengan kebutuhan industri. Inovasi teknologi juga menjadi kunci dalam menghadapi persaingan global yang semakin ketat. Sementara itu, pemberdayaan ekonomi lokal akan membantu menciptakan lapangan kerja dan mengurangi kesenjangan ekonomi.
Jawa Timur: Pilar Ketahanan Nasional
Ace menyebut Jawa Timur sebagai salah satu pilar utama dalam menopang ketahanan nasional. Berdasarkan Indeks Ketahanan Nasional (IKN) 2024, Jawa Timur menunjukkan kinerja yang cukup baik di bidang demografi, ekonomi, dan politik. Provinsi ini memiliki potensi besar untuk menjadi motor penggerak kemandirian nasional, berkat kekuatan sumber daya manusia, sektor pertanian, industri, dan ekonomi kreatifnya.
Namun, Ace mengingatkan pentingnya kewaspadaan terhadap tantangan era disrupsi global, perubahan pola perdagangan dunia, ketidakpastian bisnis, dan krisis sosial budaya akibat transformasi digital. Jawa Timur perlu memperkuat iklim investasi dan produktivitas ekonomi untuk pembangunan yang berkelanjutan. Pemerintah Provinsi Jawa Timur harus terus berupaya menciptakan iklim ekonomi yang sehat agar produktivitas tetap berkembang.
Tantangan lain yang perlu dihadapi adalah bagaimana mengelola potensi sumber daya alam secara berkelanjutan dan memastikan keadilan dalam pembagian hasil. Pemerintah perlu memastikan bahwa pembangunan ekonomi tidak hanya menguntungkan segelintir orang, tetapi juga memberikan manfaat bagi seluruh masyarakat.
Kesimpulannya, kebijakan tarif Trump menjadi momentum bagi Indonesia untuk memperkuat ketahanan ekonomi. Hal ini membutuhkan strategi komprehensif yang meliputi hilirisasi, penguatan industri dalam negeri, pengembangan ekonomi digital, dan peningkatan kualitas sumber daya manusia. Jawa Timur, dengan potensinya yang besar, dapat berperan sebagai motor penggerak kemandirian nasional.