Kebijakan Tarif AS: Momentum Perkuat Industri Nasional, Kata Pimpinan MPR
Wakil Ketua MPR RI, Eddy Soeparno, menilai kebijakan tarif resiprokal AS justru menjadi peluang bagi Indonesia untuk memperkuat industri dalam negeri dan meningkatkan kualitas TKDN.

Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) RI, Eddy Soeparno, melihat kebijakan tarif resiprokal Amerika Serikat di bawah kepemimpinan Presiden Donald Trump sebagai momentum strategis bagi Indonesia. Kebijakan ini, menurutnya, dapat mendorong pemerintah untuk memperkuat industri nasional dan meningkatkan kualitas serta daya saing Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN).
Pernyataan tersebut disampaikan Eddy dalam keterangan resmi yang diterima di Jakarta pada Minggu, 6 April. Ia meyakini bahwa pemerintah tidak akan terpengaruh tekanan untuk melonggarkan kebijakan TKDN, meskipun ada kekhawatiran dari beberapa kalangan pengusaha. Eddy menegaskan pentingnya konsistensi kebijakan TKDN untuk melindungi pasar domestik dari dominasi barang impor.
Lebih lanjut, Eddy menjelaskan bahwa kebijakan TKDN bukanlah bentuk proteksionisme, melainkan instrumen untuk membangun industri dalam negeri yang berkelanjutan. Ia menekankan bahwa upaya Indonesia dalam membangun industri dalam negeri tidak berbeda dengan praktik yang dilakukan negara-negara lain, dan tim diplomasi Indonesia siap memberikan penjelasan komprehensif jika kebijakan TKDN dianggap sebagai hambatan oleh negara mitra.
Kebijakan TKDN dan Strategi Presiden Prabowo
Eddy Soeparno optimistis bahwa strategi Presiden Prabowo Subianto dalam menghadapi kebijakan proteksionisme AS akan memperkuat posisi Indonesia di kancah ekonomi global. Kerja sama dengan negara-negara ASEAN, BRICS (Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan), dan OECD menjadi kunci dalam strategi tersebut. Peningkatan daya saing produk lokal dan diversifikasi pasar ekspor juga dinilai sebagai langkah tepat untuk menjaga stabilitas ekonomi nasional.
Menurut Eddy, perluasan jaringan mitra dagang merupakan strategi yang tepat untuk menghadapi dinamika perdagangan global yang penuh tantangan. Hal ini akan membantu Indonesia mengurangi ketergantungan pada satu pasar utama dan membuka peluang ekspor ke berbagai negara.
Ia juga menekankan pentingnya peningkatan daya saing produk lokal agar mampu bersaing di pasar internasional. Dengan meningkatkan kualitas dan inovasi, produk Indonesia dapat menarik minat pembeli dari berbagai negara dan meningkatkan pendapatan negara.
Diversifikasi pasar ekspor juga menjadi strategi kunci untuk mengurangi risiko ketergantungan pada satu atau dua pasar utama. Dengan membuka akses ke pasar-pasar baru, Indonesia dapat mengurangi dampak negatif jika terjadi penurunan permintaan di pasar eksisting.
Hilirisasi dan Industrialisasi: Kunci Penguatan Ekonomi
Eddy Soeparno mengingatkan pentingnya percepatan hilirisasi dan industrialisasi agar kebijakan tarif AS tidak mengganggu agenda tersebut. Ia mendukung komitmen Presiden Prabowo untuk mempercepat hilirisasi sebagai upaya untuk meningkatkan nilai tambah dari produk mineral dan sumber daya alam Indonesia.
Dengan hilirisasi, Indonesia diharapkan tidak hanya menghasilkan produk mentah atau setengah jadi, tetapi juga produk jadi dengan nilai tambah yang lebih tinggi. Contohnya, produksi baterai, solar cell, kawat tembaga, dan perabotan rumah tangga dari aluminium. Hal ini akan meningkatkan pendapatan negara dan menciptakan lapangan kerja.
Peningkatan produksi hasil industri nasional tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, tetapi juga untuk meningkatkan ekspor. Pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan sangat bergantung pada investasi dan ekspor yang kuat. Dengan meningkatkan daya saing produk dan diversifikasi pasar, Indonesia dapat mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Secara keseluruhan, Eddy Soeparno menekankan pentingnya memanfaatkan momentum kebijakan tarif AS untuk memperkuat industri nasional. Kebijakan TKDN, strategi Presiden Prabowo, serta percepatan hilirisasi dan industrialisasi merupakan kunci untuk mencapai tujuan tersebut. Dengan langkah-langkah yang tepat, Indonesia dapat menghadapi tantangan ekonomi global dan mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.