DKI Jakarta Perluas Penyebaran Nyamuk Wolbachia ke Kembangan Selatan untuk Tekan Kasus DBD
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta akan memperluas program pengendalian Demam Berdarah Dengue (DBD) dengan menyebarkan nyamuk Aedes aegypti mengandung bakteri Wolbachia ke Kembangan Selatan, Jakarta Barat.

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta terus berupaya menekan angka kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di wilayahnya. Setelah berhasil mengimplementasikan program penyebaran nyamuk Aedes aegypti mengandung bakteri Wolbachia di dua kelurahan di Kecamatan Kembangan, Jakarta Barat, kini program tersebut akan diperluas ke Kelurahan Kembangan Selatan. Langkah ini diambil sebagai bagian dari strategi pengendalian DBD yang lebih komprehensif.
Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Ani Ruspitawati, menyatakan bahwa perluasan program ini merupakan langkah strategis untuk menekan angka kasus DBD yang masih cukup tinggi. "Implementasi Wolbachia sekarang sudah di dua kelurahan. Akan diperluas ke kelurahan yang ketiga, yakni Kembangan Selatan. Sebelumnya di Kembangan Utara dan Meruya Utara," ujar Ani dalam keterangan pers di Jakarta, Kamis (13/3).
Program ini melibatkan orang tua asuh (OTA) nyamuk yang bertugas untuk menjaga dan membiakkan nyamuk Aedes aegypti ber-Wolbachia. Perluasan program ini akan bergantung pada ketersediaan OTA dan stok telur nyamuk. "Kami sebenarnya menyiapkan OTA langsung di empat kelurahan. Nanti perluasannya tergantung seberapa banyak (OTA yang bersedia) dan stok telur," tambah Ani.
Perluasan Program Wolbachia di Kembangan
Setelah Kembangan Selatan, Pemprov DKI Jakarta berencana untuk memperluas program ini ke seluruh kelurahan di Kecamatan Kembangan. Pemilihan Kecamatan Kembangan sebagai lokasi awal program ini didasarkan pada data yang menunjukkan bahwa wilayah ini memiliki angka kasus DBD tertinggi pada tahun 2023, dengan tingkat insiden sebesar 54,1 per 100.000 penduduk. Program ini diharapkan dapat menurunkan angka tersebut secara signifikan.
Ani Ruspitawati menjelaskan bahwa berdasarkan pengalaman di dua kelurahan sebelumnya, implementasi nyamuk Aedes aegypti ber-Wolbachia berjalan dengan baik dalam menanggulangi kasus DBD. Meskipun sempat mengalami keterlambatan akibat kendala suplai telur nyamuk, Pemprov DKI Jakarta tetap optimis program ini akan memberikan hasil yang positif.
Pemprov DKI Jakarta resmi meluncurkan program ini pada Oktober 2024 di Kembangan Utara. Target evaluasi program ini adalah setelah enam hingga delapan bulan setelah telur-telur ditetaskan dan dilepas di suatu wilayah. Suksesnya program ini diukur dari tercapainya populasi nyamuk Aedes aegypti ber-Wolbachia minimal 60 persen dibandingkan populasi nyamuk lainnya.
Penurunan Kasus DBD di Jakarta
Data terbaru menunjukkan adanya penurunan kasus DBD di Jakarta pada periode Januari hingga Maret 2025. Tercatat sebanyak 1.416 kasus, lebih rendah dibandingkan periode yang sama pada tahun 2024 yang mencapai 1.729 kasus. Penurunan ini diharapkan dapat berlanjut hingga Mei mendatang.
Ani Ruspitawati mengakui bahwa angka kasus DBD hingga Maret 2025 dipengaruhi oleh siklus lima tahunan. Meskipun demikian, ia tetap optimis bahwa program penyebaran nyamuk ber-Wolbachia akan berkontribusi signifikan dalam menekan angka kasus DBD di Jakarta secara berkelanjutan. Ia berharap kasus DBD terus melandai dan tidak setinggi tahun lalu.
Program ini merupakan bagian dari upaya Pemprov DKI Jakarta dalam meningkatkan kesehatan masyarakat dan memberikan perlindungan terhadap ancaman penyakit DBD. Dengan perluasan program ini, diharapkan angka kasus DBD di Jakarta dapat terus ditekan dan kualitas hidup masyarakat dapat ditingkatkan.