Sukses! Penyebaran Bibit Nyamuk Wolbachia di Kembangan, Jakarta Barat, Tuntas
Program penyebaran nyamuk Aedes Aegypti ber-Wolbachia di Kecamatan Kembangan, Jakarta Barat, telah berhasil dituntaskan, menandai langkah signifikan dalam pengendalian demam berdarah dengue (DBD).

Jakarta, 10 Mei 2024 - Upaya pencegahan demam berdarah dengue (DBD) di Jakarta Barat menuai hasil positif. Suku Dinas Kesehatan Jakarta Barat telah menyelesaikan penyebaran bibit nyamuk Aedes aegypti yang mengandung bakteri Wolbachia di Kecamatan Kembangan. Pencapaian ini merupakan kabar baik bagi warga Kembangan dan sekitarnya, mengingat DBD merupakan penyakit yang cukup meresahkan.
Penyebaran terakhir dilakukan pada Jumat, 9 Mei 2024, di Kelurahan Meruya Selatan. Sebanyak 811 ember berisi bibit nyamuk Aedes aegypti ber-Wolbachia ditempatkan di 11 lingkungan RW. Kegiatan ini melibatkan berbagai pihak, termasuk kelurahan setempat, perwakilan Kementerian Kesehatan, dan tim dari Universitas Gadah Mada (UGM).
Kepala Puskesmas Kecamatan Kembangan, Rosvita Nur Aini, menyatakan bahwa Kelurahan Meruya Selatan menjadi wilayah terakhir di Kecamatan Kembangan yang menerima program ini. Proses penempatan ember-ember tersebut dilakukan di rumah-rumah orang tua asuh (OTA) yang telah ditunjuk sebelumnya. Kerja sama dan partisipasi aktif masyarakat menjadi kunci keberhasilan program ini.
Penempatan Bibit Nyamuk Ber-Wolbachia dan Peran Masyarakat
Proses penempatan ember berisi nyamuk Aedes aegypti ber-Wolbachia melibatkan kerja sama yang erat antara berbagai pihak. Bukan hanya petugas kesehatan, tetapi juga orang tua asuh (OTA), kader juru pemantau jentik (jumantik), petugas prasarana dan sarana umum (PPSU), dan tim surveilans puskesmas turut berperan aktif dalam memantau dan merawat bibit nyamuk tersebut.
Setiap 14 hari, atau dua minggu sekali, OTA bersama tim yang terlibat akan memantau dan mengganti telur nyamuk ber-Wolbachia. Setiap ember berisi sekitar 200-600 telur nyamuk yang menempel pada kain panel dan diberi pakan pelet. Metode ini dipilih sebagai bagian dari program pengendalian penyakit DBD dengan cara mengembangbiakkan nyamuk Aedes aegypti yang telah dimodifikasi secara genetik dengan bakteri Wolbachia.
Dari target 847 OTA, sebanyak 811 OTA telah berhasil dijangkau dan dilibatkan dalam program ini. Keberhasilan ini menunjukkan komitmen dan partisipasi masyarakat yang tinggi dalam upaya bersama memerangi DBD.
Harapan Penurunan Kasus DBD dengan Teknologi Wolbachia
Wakil Dekan Universitas Bidang Penelitian dan Pengembangan Fakultas Kedokteran - Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FK-KMK) Universitas Gadah Mada, Lina Choridah, turut memberikan komentarnya. Ia menjelaskan bahwa demam berdarah dengue (DBD) merupakan masalah kesehatan yang serius di Indonesia. Dahulu, DBD dianggap sebagai penyakit yang sangat menakutkan, baik bagi pasien maupun tenaga medis, karena berpotensi fatal.
Dengan adanya program Wolbachia atau yang disebut juga "nyamuk pintar", diharapkan angka kesakitan dan kematian akibat DBD dapat ditekan. Namun, Lina Choridah menekankan pentingnya dukungan dan kerja sama masyarakat agar program ini dapat berjalan optimal dan mencapai kesuksesan maksimal dalam jangka panjang.
Ia juga mengingatkan bahwa program ini membutuhkan perawatan dan pemantauan yang konsisten selama 6-8 bulan. Perawatan ini serupa dengan merawat makhluk hidup lain, membutuhkan perhatian dan ketelatenan. Harapannya, implementasi program Wolbachia ini dapat secara signifikan menurunkan kasus demam berdarah di masa mendatang.
Program ini menandakan sebuah langkah maju dalam upaya pengendalian DBD di Indonesia. Dengan kerja sama yang baik antara pemerintah, tenaga kesehatan, dan masyarakat, diharapkan program ini dapat memberikan dampak positif yang signifikan dalam menekan angka kasus DBD di masa depan. Keberhasilan di Kembangan dapat menjadi contoh sukses bagi daerah lain dalam menerapkan metode serupa.