DKP Gunungkidul Tebar 138.000 Benih Ikan di Sungai Oya: Upaya Jaga Ekosistem dari Ikan Invasif
Dinas Kelautan dan Perikanan Gunungkidul tebar 138.000 benih ikan nilam dan tawes di Sungai Oya untuk menjaga ekosistem dan mencegah dampak negatif ikan invasif serta pencemaran.

Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Kamis (13/3) melakukan penebaran benih ikan di aliran Sungai Oya. Kegiatan ini bertujuan untuk menjaga keseimbangan ekosistem perairan yang terganggu oleh ikan invasif dan pencemaran. Penebaran benih ikan ini merupakan bagian dari program pengayaan perairan darat yang diinisiasi oleh DKP Gunungkidul.
Program ini dimulai pada 6 Maret 2025 dengan penebaran benih ikan bersama Bupati Gunungkidul di Telaga Bendo Gede/Kempleng, Kalurahan Sumbergiri. Penebaran di Sungai Oya merupakan kelanjutan dari program tersebut, yang difokuskan pada wilayah Gari dan Siraman. Kepala Bidang Perikanan Tangkap DKP Gunungkidul, Wahid Supriyadi, menjelaskan bahwa program restocking perairan ini menelan biaya sebesar Rp17,25 juta.
Penebaran benih ikan tidak hanya dilakukan di Sungai Oya, tetapi juga mencakup beberapa lokasi lain seperti Telaga Bendo Gede/Kepleng, aliran Sungai Oya, Telaga di Giriwungu, Telaga Girisuko, dan Sumber Temon. Total 138.000 benih ikan akan ditebar dalam dua periode: 98.000 ekor pada Maret-April dan 40.000 ekor pada Oktober-November 2025. Jenis ikan yang ditebar meliputi nilam (78.000 ekor) dan tawes (60.000 ekor).
Upaya Pemulihan Ekosistem Sungai Oya
Menurut Wahid Supriyadi, program penebaran benih ikan ini sangat penting karena ekosistem perairan darat di Gunungkidul menghadapi ancaman serius. "Kegiatan rutin ini dilakukan didasarkan atas kondisi lingkungan ekosistem perairan darat yang mengalami gangguan baik dengan adanya pencemaran maupun munculnya ikan invasif/berpotensi invasif/predator yang mengakibatkan sumber daya ikan lokal berkurang bahkan menghilang digantikan oleh ikan-ikan invasif/berpotensi invasif seperti red devil, sapu sapu, nila maupun lele," jelasnya. Ikan-ikan invasif ini mengancam keberlangsungan hidup ikan lokal.
Penebaran benih ikan nilam dan tawes diharapkan dapat mengembalikan keseimbangan ekosistem dan memulihkan populasi ikan lokal. Jenis ikan ini dipilih karena kemampuannya beradaptasi dengan lingkungan Sungai Oya dan perairan darat lainnya di Gunungkidul. Program ini juga bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam menjaga kelestarian lingkungan perairan.
Selain penebaran benih ikan, DKP Gunungkidul juga melakukan pembinaan kepada kelompok masyarakat pengawas perairan. Pembinaan ini meliputi pemberian stimulan berupa peralatan kerja lapangan, seperti lampu senter, rompi, dan sepatu. Langkah lain yang dilakukan adalah pemasangan papan larangan untuk mencegah pengambilan ikan dengan cara-cara yang merusak lingkungan, seperti menggunakan setrum atau racun.
Pelestarian Ekosistem dan Peran Masyarakat
Wahid Supriyadi berharap, upaya-upaya yang dilakukan DKP Gunungkidul dapat memberikan dampak positif bagi pelestarian ekosistem Sungai Oya dan perairan darat lainnya di Gunungkidul. Partisipasi aktif masyarakat sangat penting dalam keberhasilan program ini. Dengan kesadaran masyarakat untuk menjaga lingkungan, diharapkan ekosistem perairan dapat pulih dan lestari.
Program ini bukan hanya sekadar penebaran benih ikan, tetapi juga merupakan upaya untuk membangun kesadaran kolektif dalam menjaga kelestarian lingkungan. Melalui pembinaan dan pemberian peralatan, DKP Gunungkidul berupaya memberdayakan masyarakat untuk ikut serta mengawasi dan melindungi perairan dari kerusakan.
Keberhasilan program ini bergantung pada kerjasama antara DKP Gunungkidul dan masyarakat. Dengan sinergi yang baik, diharapkan ekosistem Sungai Oya dapat kembali sehat dan lestari, serta memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar.
Program ini juga diharapkan dapat menjadi contoh bagi daerah lain dalam upaya pelestarian ekosistem perairan. Dengan pengelolaan yang tepat dan kesadaran masyarakat, kelestarian lingkungan dapat terjaga untuk generasi mendatang.