DPR Desak Hukuman Berat Pelaku Pencabulan Anak di Tangerang
Anggota DPR Habib Idrus mendesak hukuman maksimal bagi guru ngaji di Tangerang yang mencabuli empat muridnya, menyerukan pengawasan ketat lembaga pendidikan non-formal dan perlindungan bagi korban.

Seorang guru ngaji di Kota Tangerang, Banten, berinisial W (40), kini berurusan dengan hukum setelah terbukti mencabuli empat murid laki-laki di bawah umur. Kasus ini mengemuka dan mendapat sorotan tajam dari berbagai pihak, termasuk anggota DPR RI Habib Idrus.
Habib Idrus, anggota DPR dari Dapil Tangerang Raya, dengan tegas mendesak aparat penegak hukum untuk menjatuhkan hukuman seberat-beratnya kepada pelaku. Ia menginginkan hukuman maksimal sesuai Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak, bahkan menyarankan penerapan pasal berlapis agar tidak ada celah hukum bagi pelaku untuk lolos dari jeratan hukum. "Pelaku ini harus dihukum seberat mungkin," tegas Habib Idrus dalam keterangannya di Jakarta, Sabtu.
Perbuatan pelaku dinilai sangat keji dan mencoreng dunia pendidikan serta nilai-nilai keagamaan. Habib Idrus mengecam keras tindakan tersebut, menyebutnya sebagai pengkhianatan terhadap nilai-nilai agama, pendidikan, dan kemanusiaan. "Seorang guru yang seharusnya menjadi panutan justru menyalahgunakan kepercayaan dan kehormatan profesinya," ujarnya.
Modus operandi pelaku cukup licik. Sejak tahun 2021, ia memanipulasi korban dengan mengaku sakit dan berdalih air mani korban dapat menyembuhkan penyakitnya. Kejahatan ini terungkap setelah salah satu korban memberanikan diri mengadu kepada orang tuanya, yang kemudian melapor ke pihak berwajib. Polisi langsung bergerak cepat dan menetapkan pelaku sebagai tersangka.
Kasus ini juga menyoroti perlunya pengawasan yang lebih ketat terhadap lembaga pendidikan non-formal, seperti pesantren dan tempat mengaji. Habib Idrus mendorong mekanisme pengawasan dan seleksi yang lebih ketat untuk tenaga pendidik, serta edukasi kepada anak dan orang tua tentang bahaya kekerasan seksual dan cara melaporkannya. "Kasus ini menjadi peringatan bagi kita semua," imbuhnya.
Selain itu, Habib Idrus menyatakan kesiapannya memberikan bantuan hukum dan psikologis bagi korban dan keluarga mereka. Ia menekankan pentingnya menciptakan lingkungan pendidikan yang aman dan terbebas dari kejahatan seksual. "Kita semua bertanggung jawab melindungi anak-anak kita," ucapnya.
Saat ini, pelaku sedang menjalani proses hukum lebih lanjut. Ancaman hukuman yang dihadapi pelaku cukup berat, yaitu minimal 10 tahun hingga maksimal 20 tahun penjara, atau bahkan hukuman kebiri kimia jika terbukti sebagai predator seksual berulang, sesuai Pasal 81 dan Pasal 82 UU Perlindungan Anak.