Dua Pendekar Silat di Blitar Ditangkap, Terlibat Kasus Narkoba dan Provokasi
Polisi Blitar menangkap dua pendekar silat yang terlibat kasus narkoba dan provokasi melalui media sosial, menimbulkan kekhawatiran akan dampak negatif pada citra perguruan silat.

Kepolisian Resor Blitar berhasil menangkap dua pendekar silat, MRPS (18) dan HS (18), karena terlibat kasus penyalahgunaan narkoba dan aksi provokasi. Penangkapan yang dilakukan pada Rabu lalu ini berawal dari penyelidikan atas peredaran pil dobel L. Dari tangan kedua tersangka, polisi mengamankan 303 butir pil dobel L. Kejadian ini terjadi di Blitar, Jawa Timur.
Selain narkoba, penyelidikan lebih lanjut mengungkap keterlibatan kedua pendekar tersebut dalam aksi provokasi melalui media sosial. Mereka diduga memprovokasi anggota perguruan silat lain melalui grup WhatsApp dan status media sosial. Provokasi ini diduga terkait dengan insiden di depan Mapolres Blitar pada Kamis, 13 Februari 2024.
Fakta mengejutkan terungkap saat penggeledahan di rumah para tersangka. Polisi menemukan sejumlah atribut perguruan silat, menguatkan dugaan keterlibatan mereka sebagai anggota aktif. Penangkapan ini menimbulkan kekhawatiran akan dampak negatif terhadap citra perguruan silat di Blitar Raya.
Penangkapan dan Bukti yang Ditemukan
Kapolres Blitar, AKBP Arif Fazlurrahman, menyatakan bahwa penangkapan kedua tersangka merupakan hasil penyelidikan intensif. "Kami tangkap dua tersangka dalam perkara tindak pidana mengedarkan obat keras berbahaya berupa pil dobel L," ungkap Kapolres.
Selain pil dobel L, polisi juga menyita barang bukti berupa telepon seluler yang digunakan untuk menyebarkan pesan provokasi. Isi pesan-pesan tersebut, menurut Kapolres, mengarah pada upaya memprovokasi anggota perguruan silat lain untuk melakukan tindakan anarkis.
Penemuan atribut perguruan silat di rumah tersangka semakin memperkuat dugaan keterlibatan mereka dalam aksi provokasi. "Saat kami melakukan pemeriksaan di rumah pelaku, kami menemukan banyak atribut salah satu perguruan silat di Kabupaten Blitar Raya. Pengakuan yang bersangkutan adalah salah satu anggota perguruan silat," jelas Kapolres.
Polisi menilai tindakan kedua tersangka berpotensi merusak nama baik perguruan silat dan menimbulkan konflik antar kelompok. Oleh karena itu, kasus ini menjadi evaluasi bagi perguruan silat di Blitar Raya untuk lebih mengawasi anggotanya.
Dampak dan Tindak Lanjut
Aksi provokasi yang dilakukan kedua tersangka dinilai telah menimbulkan kesan negatif dan berpotensi mengganggu stabilitas keamanan daerah. Hal ini menjadi perhatian serius bagi pihak kepolisian dan pemerintah daerah.
Polres Blitar sebelumnya telah melakukan deklarasi damai bersama Forkopimda Kabupaten Blitar dengan seluruh perguruan silat di Blitar Raya. Deklarasi tersebut bertujuan untuk menjaga persatuan dan kesatuan antar perguruan silat.
Namun, kasus ini menunjukkan perlunya pengawasan yang lebih ketat dari pihak perguruan silat terhadap anggotanya. Perlu adanya upaya pencegahan agar kejadian serupa tidak terulang kembali.
Kedua tersangka saat ini ditahan di Mapolres Blitar untuk pengembangan kasus lebih lanjut. Mereka terancam dijerat dengan Pasal 435 dan Pasal 436 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan.
Kasus ini menjadi pengingat pentingnya komitmen bersama untuk menolak segala bentuk kekerasan dan konflik antarkelompok. Perguruan silat diharapkan dapat berperan aktif dalam menjaga keamanan dan ketertiban di masyarakat.